Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label cervera. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cervera. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 April 2016

The Serial of Marquez Family #14



Cerita sehari hari marc dan keluarganya selalu asyik untuk di tunggu!
Kali ini cerita kegalauan mami Roser saat Marc dan Alex pergi race ke benua amerika. kangen dua jagoannya!!

Sehari atau dua hari saat Papi Julia, Marc dan Alex pergi ke sirkuit selalu jadi hari yang menyenangkan buat mami Roser apalagi kali ini Alicia juga sedang liburan di rumah kakek Ramon. Perfect! Me time!. Memiliki 2 anak laki laki dan 1 perempuan yang sifat malasnya terbawa kakak laki lakinya seperti punya 3 anak laki laki. Tapi betulkah kemalasan Alicia karena pengaruh kakaknya atau pengaruh kucingnya?

Pagi itu mami Roser bangun dengan senyum terbentuk dibibirnya. Alasan pertama karena ngga harus repot menyiapkan makanan pagi 3 menu yang memusingkan. Dua jagoannya dan suami tercinta mami Roser alias papi julia memiliki selera sarpan yang beda beda. Konsekuansinya, mami roser harus masak 3 menu, beruntung Alicia satu selera dengan Marc, kalo tidak terpaksa mami harus buat 4 menu. Papi julia paling suka sarapan telur rebus dan kentang goreng, Marc maunya spaghetti, sedangkan alex sandwich isi ham.

Mami Roser menyungging senyum sambil melakukan streching yang diam diam gerakan strechingnya diikuti oleh maru, kucing kesayangan Alicia.
streching!!



Alasan kedua, ngga perlu ngomelin Alex yang hobby naruh handuk basah habis mandi di atas kasur. hayo siapa yang punya hobby kayak alex? keluar kamar mandi pake handuk, dan habis buat handukan trus di taroh kasur begitu aja. Setiap hari mami Roser selalu ngoceh " Alex, kalo habis mandi handuknya di jemur, jangan ditaruh di atas kasur, bla bla...", dan setiap hari Alex pun menjawab " iya mam, besok engga". Tapi besokannya tetep begitu lagi

Alasan ke tiga adalah, ngga perlu ngoceh lagi tentang kebiasaan Marc yang suka mencet pasta gigi di bagian depan. Mami selalu kasih contoh untuk pencet pasta gigi dari bagian belakang, tapi Marc lebih suka pencet bagian depan, jadi yang kempes depan dan gelembung di belakang. Buat Marc alasan mami itu ngga krusial, jadi tetep aja besokannya Marc pencet dari bagian depan. Ini bukti kalo cara pencet odol kayak Marc orang keras kepala. Mami pun sabar, dan lama lama depresi tiap liat pasta gigi udah kempes lagi bagian depannya. Apa susahnya pencet bagian belakang?

mami maunya C tapi Marc sukanya C, kalo kamu yang mana?
Alasan keempat adalah masih seputar handuk. Papi Julia itu punya kebiasaan yang ngga hilang dari dulu yaitu lupa bawa handuk ke kamar mandi, jadi tiap pagi kalo ada papi di rumah pasti ada teriakan papi manggil mami minta handuk. 

Bahagianya cuma sampai hari ke 3, hari ke empat mami mulai kangen, dan mulai nelfon, apalagi seperti sekarang mereka bertiga pergi cukup lama karena setelah argentina lanjut austin. Mami kangen juga suasana sibuk di pagi hari bikin sarapan. 

"Halo Marc? "

"Iya mam...mami apakabar?"

"Baik, breakfast apa hari ini?'

'hehehehe...spaghetti "

"enak, spaghetti di argentina"

'hmmm enak buatn mami, ngga ada psaghetti seenak kalo mami yang buat"

Mami senyum senang, sejak kecil Marc paling bisa bikin mami happy

'Alex mana marc, mami mau ngomong"

marc menyerahkan HP nya ke alex yang duduk di depannya, urutannya selalu sama kalo mami telefon Marc lalu Alex dan terakhir papi Julia.

"Alex, kunci kopernya mana? itu koper waktu motogp qatar belum dibongkar, kamu bawa koper mami ya"

Alex garuk garuk kepala " kuncinya kebawa ke sini mam hehe"

mami langsung ilfil ngomong sama Alex dan HP beralih ke Papi

"Pap, di argentina mesti extra jagain marc di luar sirkuit, mami khawatir Marc di sosor perempuan argentina yang waktu itu, duh agresif banget, kalo ada undangan pesta ditolak aja ya pap. mami lebih khawatir kalo marc sama temen temen di luar sirkuit, jangan kasi dia nyetir mobil sendiri ya pap"

Papi cuma ngangguk angguk, mami sejak dulu selalu khawatir kalo marc sama temen temen di luar sirkuit, saking protektifnya marc dan alex ngga dikasi ijin bikin SIM untuk motor biar ngga berkeliran naik motor. Untung SIM mobil masih dikasih ijin. Kalo enggak bakal jadi cowok pingitan. Kadang paranoid mami berlebihan kalo Marc dan Alex di luar lintasan. Mami begitu paranoid dengan temen temen marc di luar balapan sampai sampai waktu Marc diundang pesta ultah temennya, mami dan papi julia ikut, mereka nungguin di mobil. Ngga boleh terlalu malem, ngga boleh mabok mabokan.

****

Mami ngga sabar setelah lebih dari 2 minggu dtinggal 3 pria kecintaanya, hari ini mereka akan pulang. Mami udah nyiapin makanan kesukaan mereka. Apalagi kali ini Marc menang di argentina dan austin, hati mami betul betul berbunga bunga. 

"Jagoan mami pulaang " teriak mami di depan pintu, selalu seperti ini sejak Marc berusia 7 tahun. lalu Alex mengantri pelukan di belakang Marc. Adakalanya marc merasa jengah karena sekarang ia adalah pria berusia 23 tahun bukan bocah laki laki kecil usia 7 tahun. 

Penerbangan panjang yang melelahkan, sejak kecil marc paling tidak suka naik pesawat sebetulnya, penerbangan amerika eropa ini paling menyita energinya. Marc memarkir kopernya begitu saja di depan Tv lalu ia memabnting tubuhnya di atas sofa tanpa melepas sepatu. Sementara Alex langsung ke kamarnya, untuk membongkar koper dari qatar karena sejak dari bandara tadi mami sudah mengingatkan untuk segera membongkarnya sebelum menjadi sarang jamur.

'Marc, kopernya taruh kamar dulu "

"Iya mam, " jawab Marc sambil merem

lima menit kemudian koper masih tergeletak di depan TV

'marc, bawa koper ke kamar, ganti baju trus mandi kan lebih enak istirahatnya, ini mami udah masak spaghetti pesananmu "

'iya mam lima meniiittt lagi"

"bener ya 5 menit, mami ke kamar dulu nyiapin baju papi, nanti mami balik kopernya udah dipindahin ya"

'okay mam"

lima belas menit kemudian....

Marc masih tidur tiduran di sofa dan kopernya masih belum berubah dari posisinya

"Marc, kok belum dipindah ini udah lebih dari 5 menit"

"masa mi, belum"

'papi udah selesai mandi, mami udah selesai beresin koper papi di kamar tadi"

"hehehe..1 lagu lagi deh mi" nego marc lalu kembali mendengarkan musik lewat head setnya, volumenya di naikin biar omelan mami ngga kedengeran

mami mulai kesel, lalu pergi ke kamar Alex.

'Alex, nah gitu doong, kalau tiap kali pulang koper langsung diberesin"

"Iya mam, ini udah beres'

'langsung masukin mesin cuci ya"

'iya mam, ada lagi?'

'oia, tolong ambil headset marc kasi ke mami ya"

Marc itu suka banget dengerin lagu, pakai headset kalao udh gitu jadi susah diajak ngobrol.

Lima belas menit kemudian setelah Alex beres urusan mesin cuci. Ia ke kamar mami

"Ini mam"

Mami melotot " buat apa?'

"Kan mami tadi bilang minta diambilin keset punya Marc?"

"Alex!! mami bilang headset bukan kesettttt...!!' teriak mami kesal

Alex garuk garuk kepalanya yang ngga gatel sambil nyengir salting.

tiktoktiktoktiktok....

Mami langsung nyium alex gemezz, lalu bergegas ke ruang tengah. sesuai keyakinan mami, Marc masih belum beranjak, bahkan kini bocah itu tertidur.

Pelan pelan mami melepas headset marc yang melilit tak keruan, bisa bisa marc tercekik kabel head set kalo tidak segera di lepas. Marc justru terbangun, dan menyadari mami di depannya Marc langsung panik,

"Iyaa iya maam, marc pindahin kopernya sekarang...jangan marah maam cantikk"

Ucap Marc sambil sempoyongan bangun. Mami roser mencegahnya lalu memeluk Marc dan menciuminya

"Mami kangen Marc..."

Marc tersenyum senang " Iya mam, kangen denger omelan mami hehehe"


see u on TSOMF #15



'



Sabtu, 09 April 2016

The Serial Of Marquez Family # 13

Sport Award night!


Ceritanya Marc sekeluarga diundang hadir di acara malam penganugerhan Sport Awar 2016. Pastinya perut kalian harus siap siap siap dikocock dari awal sampai akhir. Jadi jangan baca di tempat umum takut disangka gila. jangan baca tengah malem trus ngakak ngakak nanti dikira kuntilanak. jangan juga baca di toilet umum ntar di gedor karena keasyikan baca ngga kelar kelar di toilet. jangan juga baca di kelas karena bakal bikin menderita saat kepengen ketawa tapi takut ketauan nyolong baca FF. Jadi bacalah saat hari minggu di rumah lagi santai pas banyak orang dan ajakin deh mereka jadi pemca setia blog ini hahay,,,

maaf atas kesalah penulisan judul kemarin, ini seri ke 13 bukan 12, kalo yang 12 ini linknya
TSOMF #12

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Marc si abang ganteng sedunia, memilih kemeja hitam + celana hitam + jas hitam + dasi hitam.  meletakaan baju yang akan dikenakan di atas tempat tidurnya. Alicia memperhatikan dari jauh, Nampak wajahnya sedih. Ia teringat kali terajhir marc memakai pakian hitam hitam itu adalah saat menghadiri pemakaman salah seorang pejabat penting di Spanyol. Lalu Alicia melangkah lunglai ke kamar Alex.

Alex sedang bedendang riang dengan suara falls-nya, entah kenapa suara Alex itu memapu mengusir kesedihan hati Alicia dan berganti dengan amarah dan ingin berteriak “ diaammm”
BRAKK!! Alicia membuka kamar alex dengan kasar. Otomatis Alex langsung kaget dan mingkem.

“nah gitu dong, gantengan diem!  kalo nyanyi ilang gantengnya” Jawab Alicia dan langsung masuk lalu duduk di kasur alex. Alex menepuk jidatnya sambil nyengir

“kok belom dandan, kamu kan yang paling lelet kalo dandan…” Tanya Alex ke Alicia

“Dandan mau kemana?’

‘Sport Award lah..kita sekeluarga kan di undang, lupa ? kecil kecil pikun huuuh” sambil menoyor kepala Alicia hingga nyungsep ke bantal

“Kan batal, “ Jawab Alicia santay sambil merapihkan rambutnya dengan jari

‘hah, batal?? Serius? Yaaah ga jadi tebar pesona nih aliias tepe tepe …”

Alicia langsung nyengir jijay mendengar alas an Alex “ Idiiihhh, kerjaan tepe tepe muluk dapat cewek juga enggak”
“Ih dasar kayak sendirinya punya aja, eh btw kenapa ngga jadi?”
“ya kan, marc nya aja ngga berangkat yang mau terima Award masa kita berangkat??”

“haah marc, ngga berangkat? Kenapa? Kok ngga bilang?”

‘Iya belom bilang aja, marac mau menghadiri pemakaman’

“siapa yang meninggal?”

‘Ngga tau, kepo banget sih.  Udah biarin aja kita main game aja yuks”

“eh bentar mom sama dad, udah tau belum? “

“Ya pasti udah taulah, biasanya jug akit ayang dikasih berita paling terakhir weeew”

“Oh iya bener juga, ya udah yuk pasin PS aja”

Dan mereka berduapun main PS




Marc menuruni tangga dengan setelan jas yang tadi ia siapkan, ia Nampak gagah dan misterius dengan setelan jas itu. Mom dan Dan juga sudah rapi menunggu di ruang tengah
“Waaah liat pi, anak mami ganteng  sekali, udah ngalahin ganteng ganteng serigala, hihi ini ganteng ganteng pembalap “  komentar si mami kebanyakan nonton sinetron

‘Eh maksud mami anak kita ganteng sekali “ ralat mami. Semula Papi Julia yang protes akhirnya ngga jadi. Kalo yang masih inget serial marquez family seri entah berapa pasti masih inget kajidian papi dan mami berantem gara gara mami salah ngomong,

Marc cengar cengir seneng, sejak kecil dia yang sellau kebagian di puja dan alex dicela haha…( Alex ngga bakal baca FF ini kayaknya, Piss ya Alex muaah). Lanjut

“Alex dan Alicia mana mam?”

Mom Roser melihat jam di pergelangan tangannya “ Masih 15 menit  lagi, kayak ngga tau adik adikmu sukanya ngepas”

Marc mengangkat kedu alisnya dan mengankat bahunya sejenak. Selalu menjadi pihak yang menunggu. Tapi menurut Marc lebih baik menunggu daripada telat.
Sambil membuka buka sosmed di hapenya, Marc melihat 10 menit sudah berlalu dan tidka ada tanda tanda Alicia dan Alex turun.

“yeyyyayyyyy hore horeee huu hup kyaaaaaaaa uhuyyyy menaaaangggg menangggg” terdengar suara gaduh dari kamar Alex.

Marc langsung berlari menaiki tangga dan membuka kamar Alex. Saat pintu kamar di buka tampak Alicia sedang jingkrak jingkrak di atas kasur Alex sambil mengangkat bantal seperti mengangkat piala. Sementara Alex dan posisi terkapar  di atas karpet dengan wajah bĂȘte.
Marc mengerucutkan bibirnya “ Kaliaaaaannn!!! Kenapa belum siap siap? !!! Apa kalian lupa hari ini Sport Award haaahh?!!

Alex langsung terduduk “ Kata Alicia ngga jadi karena lu mau ke pemakaman?”
“Dasar bodoh, mana ada ke acara pemakaman malem malem???’ sanggah Marc dengan murka

“Itu kan baju yang dipake ke pemakaman waktu itu “ Sela Alicia

‘Ngga usah banyak alesan, sekarang kalian siap siap, waktunya 5 menit dari sekarang!!!’ bentak Marc lalu balik badan dan meninggalkan Alex dan Alicia yang saling berpandang pandangan

Waduh gawattt!! “ bathin Alicia, sebelum Alex menghabisinya Alicia langsung kabur ke kamarnya dan berdandan seadanya. Untung udah mandi jadi tinggal pakai gaun, dan bermake up kan bisa dibantu mami saat dalam perjalanan nanti.

Marc berdiri di samping pintu mobil sambil memperhatikan jam di tangannya dan berteriak “5…4…3…2…satu setengahhhhh” Alex dan Alicia belum muncul…..

Baru ketika Marc akan menyebut satu, kedunya muncul di muka Marc. Alex dipastikan tidak mandi dan mungkin ngga gosok gigi ( yeakk!!). Alicia namapak kontras antara gaun yang dipakai dengan mukan dan rambut yang acak acakan tanpa make up.

Marc duduk di samping supir. Sdangnkan Alicia dan mommy di bangku ke dua lalu alex di bangku paling belakang bersama papi.

Marc yang duduk di depan Cuma geleng geleng , menghela nafas lalu menghembuskannya pelan, mencoba memperbaiki moodnya, lalu seperti biasa dia kembali masuk ke dunia maya.

Sementara mami sibuk mendandani Alicia , sedangkan papi membantu Alex merapikan kancing kemejanya yang ngga pas.

Tepat saat mobil yang mengantar mereka sampai di lobby hall, kegiatan dandan Alicia dan Alex selesai.

Semua sudah turun kecuali marc. “ Eh Alex, marc kok ngga turun coba dilihat”

Alex berjalan malas ke pintu depan , dia sudah menduka pasti marc merem keasyikan denger lagu via headset di telinganya. Benar saja!

Alex menarik kabel headset. “ Udah sampai pangerannnn!!” teriak Alex ketus
Marc bergegas mengejar keluarganya yang sudah beberapa langkah di depannya. Marc memperhatikan langkah Alex yang tidka biasanya. Sepatu yang dipakai Alex tanpaknya tidak nyaman.

Marc menyusul mensejajari Alex “ Kenapa kakinya?”

“tau nih sakit yang kiri, apa kakiku membesar ya, kayak kesmepitan gitu…”
‘yang kanan juga?”

“Ngga sih yang kiri aja”

‘Coba berenti dulu…” Marc tidak tega juga melihat alex kesakitan

‘ngga usah deh nanti aja, malu banyak orang” tolak Alex

Akhir dengan terpincang pincang sampilah di lift.
Satu lift kebetulan hanya muat 7 orang, selain keluarga marquez ada  Garbine Muguruza bersama ayahnya.

Marc tersenyum dengan jurus maut peleleh hati wanita. Garbine membalas senyum Marc dengan tersipu. Lalu Mr, Muguruza bersalaman dengan Mr Julia, dengan kaya yang sangat jantan dan elegan. Beberapa detik kemudia ekspresi wajah Marc ketakutan sambil menunjuk nunjuk Alex tanpa berkata jelas. Semua orang di Lift bingung tidak mnegerti apa yang membuat Marc super ketakutan, kecuali Alicia. Dia sangat mengerti kakaknya si pebalap hebat yang su[er berani di lintasan dan tidak takut apapun kecuali satu hal. Yaitu binatang imut dengan sayap coklat mengkilap yang sekarang sedang bertengger manis di dada kiri jas Alex. Kecoak!.  Teriak Alicia

Semua menjauhi Alex dengan wajah takut dan jijik termasuk Mr Muguruza yang tadik Nampak menyeramkan, ternyata juga takut kecoak. Sementara Alex hampir mati berdiri, Alex juga sangat takut kecoak, ia tak dapat bergerak di tampatnya saking ketakutannya. Dan tak satu orangpun yang berani membuang kecoak dari jas Alex. Alicia tersenyum girang melihat ekspresi wajah wajah orang dalam lift yang ketakutan. Dengan santai Alicia mengambil selembar tisyu dalam tasnya lalu menangkap kecoak itu dengan wajah biasa saja.

Lalu menakuti mami dengan kecoak yang ia pegang, mami teriak “ Alicia awas ya” teriak mami, Alicia tertawa tawa senang sambil menakuti yang lain, wajahnya jahilnya Nampak puas.  Lift berhenti d roof top. Semua ingin keluar dari lift duluan sambil kegeleuhan dengan kecoak itu.

Sebelum memasuki ballroom ada pengecekan security, semua oranag mengikuti prosedur dengan lazim. Saat tiba giliran Alicia, “pak tempat sampah di mana?’ Tanya Alicia pada team security di tenpat registrasi

“Biar saya buang sampahnya “ security itu menawarkan diri karena melihat Alicia hanya ingin membuat secarik tisyu

Namun saat Alicia menyerah tisyu ke tangan sekuriti, sang asekurrti langsu berteriak dan menghamburkan tisyu itu, sambaill teriak “kecoaaakkk” dan kontan seluauruh orang yang ada di bagian registrasi ikut teriak dan berhamburan. Si binatang kecil imut dengan sayap coklat mengkilap pun bebas.

Alicia cekikian lalu ngeloyor  masuk ke ballroom. Langsung menuju deretan kursi di depan. Duduk di tengah dipaiti momoy daddy serta Marc Alex,

“kemana aja sih lelet satu ini,” omel Alex saat Alicia nimbrung mau lewat sambil ngegelitik pinggang Alicia dengan telunjuknya. Alicia yang tukan geli reflek nampol jambul Alex, yang seketika itu juga langsung bubar.

Alex, syok dengan jambulnya yang porak poranda, sementara Alcia duduk manis di sebelah Marc.

“Nah looh, iseng sihh” ucap marc ke Alex mencerminakan dukungan ke Alicia

“siang gw hari ini, ada kecoak nemplok, jambul rusak, kaki sakit “

“makanya mandi jadi kecoal ngga nemplok, kecoak kan sukanya sama yang kotor kotor hahahaha…” (bayangin marc ngakaknya kyak di pre event argentina 2016 yakk”)

“ssssstt kenceng amat ketawanya sih kak? “ Alicia protes sambil meninju lengan Marc

Marc langsung hard break ketawanya. Senyap.

“Al, jadi kecoaknya kamu  kemanain tadi, jangan bilang kocak masih kamu simpen dalam tas?” Tanya Marc dengan wajah ngeri liat tas Alicia

Alicia nyengir lalu mendekatkan tas nya ke arah Marc, spontan Marc  langsung meninju tas Alicia sampai mendarat di bangku mami Roser.

Mami Roser mendelik “ Apa apan sih kalian ini, ngga di rumah ngga di mana mana, rebut aja kerjaannya!” keduanya langsung nginyem

“Tuh kan, kakak sih , lagian kan ngga mungkin Al nyimpen kocoak di tas” protes Alicia sambil berbisik di telinga Marc

“Eh tumben manggil kak” komen Marc ngga nyambung

“ini kan di tempat umum, mami bilang harus panggil kamu kakak”

“ OOOhhh “

 Alex masih penasaran dengan sepatu kirinya yang menyiksa, diam diam ia melepasnya dan aroma terasi pun menyebar.

“Al kok bau terasi ya?” Tanya marc, lalu Alicia mengendus…”iya kak, bener…”

“kalian ngapain sih kayak kucing aja ngendus endus?” Tanya Alex

“Lex, ngga nyium bau terasi, kok baunya makin kuat pas deket elu ya?” Tanya Marc

Marc menatap Alex curiga dari atas sampai bawah dan matanya berhenti ketika melihat Alex tidak memakai sepatu kirinya.

“Hmm… tau deh sumbernya sekarang, tuh !!” kata marc sambil menyengol nyenggollengan Alicia dan menunjuk kaki Alex

Spontan Alicia langsung nutup idung dan merogoh tas mengeluarkan botol parfum dan menyerahkan ke Marc. “ semport pakai ini kak, sebelum neyebar baunya ke seluruh ruangan “

Dengan sigap Marc menerima botol parfum itu dan langsung nyemprotin ke kaki kiri Alex, Alex Cuma bisa pasrah,

Selesai nyemrot boto parfum di balikin lagi ke Alicia
“Whattt??” teriak Alicia histeris sambil nutupin mulutnya , Alicia Shock berat ngeliat isi botol parfumnya yang kandas. Marc ngga pake kira kira nyemprotinnya

“tenang besok kakak beliin yang baru, okeh? Jangan berisik ntar di cubit mami taurasa”

“ hihihi asyikkkk, 2 botol yah?” sahut Alicia sambil memeluk lengan kiri Marc dengan manja.

“Iyaah, cerewet”  bisik marc menyudahi

Acara mulai berlajalan, Alex masih penasaran dengan sepatunya. Lalu ia menyomot sepatunya dan mengamati dengan seksama lalu tersadar pada angka di dinding sepatu itu “42”.  Pantesan sempit, Alex langsung melirik kea rah Marc dan menyikut lengan marc yang tengah asyik memperhatikan MC karena sebentar lagi namanya disebut.

“Marc ngg ngerasa kegedean sepatu yang kiri? “

“Apa sih lex, sebentar lagi di panggil “

Bukannya memperhatikan apa yang dikatakan Alex Marc terus memperhatikan ke depa hingga namanya di panggil. Ia maju ke depan menerima Award, selebrasi di atas stage, lalu sepatu kirinya melayang kea rah audience. Satu ballroom tertawa riuh. Marc malu bukan main. Sementara Alex langsung menuju ke rah jatuhnya sepatu Marc yang ia yakini itu adalah sepatunya.

MC mengomentari tindakan Alex sebagai hal yang sangat terpuji karena mengambilkan sepatu sang kakak. Usai mengambil sepatu Alex justru kembali ke bangkunya, membuat MC dan orang orang di ballroom bingung. Dugaan Alex benar sepatu mereka tertukar, inilah akibat punya sepatu model dan warna sama. Ketuker deh, ia segera mengenakan sepatunya lalu membawa sepatu Marc ke depan. Audience pun bertepuk tangan. Alex girang bukan main, tapi ada komentar yang meruskan suasana hatinya

“Adiknya marc oke juga, tapi kok pas lewat wanginya wangi parfum cewek yah”

“ini semua ulah mrac yang membabi buta menyemproti kakinya dengan parfun Alicia” geram bathin Alex dengan wajah yang tetap tersenyum

“Nih sepatu lo, gw bilang juga apa ketuker, masa lug a nyadar sih pake septum kegedean?”  protes Alex sambil berbisik di telinga Marc. Bukannya menyesal malah marc terkekeh…

“ya gw pikir sepatunya yang mekar hehehe” kilah Marc tak mau kalah











Selasa, 27 Mei 2014

THE REST OF MY LIFE


Introduction :
Dear reader, not rider hehe...
This story is just my imagination, please be kindly for not so serious to think about this.
I just worry if you got insomnia hahaha...
Happy reading all...

----------------------------------------------------------------------------------------- Namaku Ilona. Ilona Mayla Rosquez 

Aku lahir di Madrid. Aku penari balet remaja terbaik, bahkan untuk kategori usiaku aku penari balet terbaik di Spanyol. Bakat baletku ini membawaku berkeliling ke berbagai negara, apalagi kalau bukan berkompetisi dengan penari penari balet terbaik dari negara lain. sungguh sangat menyenangkan, semua mengatakan aku beruntung - sebab di usiaku yang masih belia hampir seluruh negara pernah aku kunjungi. Namun tidak ada yang abadi di dunia ini, aku mungkin tidak pernah kalah oleh penari balet lain seusiaku. Namun aku tak berdaya ketika akhirnya Myasthenia Gravis* mengalahkanku.

Aku terlahir karena cinta yang begitu dalam dari Ayahku Sebastian Rosquez kepada mamaku seorang penyandang myasthenia gravis, Mayla Alonso. Karena cinta itulah dalam 2 tahun ini aku duduk di atas kursi roda. Aku tidak hanya mewarisi bakat balet mama tapi juga penyakit autoimune yang disebut Myasthenia gravis. Warisan mamaku yang ini telah melumpuhkan otot otot kakiku dan menyudahi karirku sebagai penari balet. Sekarang aku hanya menunggu ketika myasthenia gravis itu menyerang otot otot pernafasanku, seperti saat yang sama ketika myasthenia gravis itu memisahkan mama dari aku dan papa.
Mungkinkah aku seberuntung mama? Merasakan cinta yang manis dari seorang lelaki.
Aku hanya bisa tersenyum kecut. Kenyataan dihadapanku terlihat pahit...

Aku gadis 15 tahun dan sudah 2 bulan myasthenia gravis ini telah merenggut bakatku menari, berdiri di tas jempol-berlari-melompat dan berputar. aku bukan siapa-siapa lagi, bukan Ilona sang penari balet lagi. Aku hanya pesakitan di atas kursi roda yang sedang menunggu kematian. Penyakit ini warisan mama, mamaku tercinta. Parahnya penyakit ini lebih cepat muncul ketika diturunkan. Nenekku juga meninggal karena myasthenia gravis ketika usia 60, dan mama pun pergi dengan cara yang sama di usia 40 tahun. Secara matematis, aku akan meninggal di usia 20 tahun. Aku tidak memberitahu papa tentang hitungan matematis ini. Aku menuliskannya di dalam tablet, hadiah ulang tahun dari papa 2 tahun lalu.

Aku tersenyum getir. Sudah dipastikan takkan ada laki laki yang mau punya kekasih calon mayat seperti diriku. Aku meminta pada papa untuk pindah dari madrid. Aku malu dengan teman temanku. Aku ingin tinggal di tempat kelahiran mama, cervera. Di sana aku bisa setiap hari mengunjungi makan mama dan nenek setiap hari, dan membayangkan 5 tahun lagi aku pun berbaring di sana di samping mereka.

Sepanjang ingatanku, cervera seperti negeri dongeng. Rumah rumah di atas bukit, udara sejuk jauh dati deru motor dan mobil, hamparan rumput yang luas. Rasanya akan sangat indah jika aku menghabiskan sisa waktu di sana.

---//---

Aku duduk di atas kursi rodaku berwarna pink dengan kombinasi warna putih, tidak tampak seperti kursi roda. lebih mirip kursi putri raja. tapi sebagus apapun kursi roda aku yakin tak satupun orang menginginkan kakinya lumpung dan bergantung pada benda itu. aku mendesah pelan. buku dalam pangkuannku telah habis kubaca sejam yang lalu. entah sudah berapa buku kubaca. tetap saja semuanya terasa membosankan, sepi dan kosong. Aku mengarahkan roda kursiku ke jendela, menatap kosong sisa butir butir air hujan. langit masih mendung, sama mendungnya dengan hatiku.

"ilo...sayang..sudah diminum obatnya nak " tanya papa tiba tiba sambul menusak ubun-ubun kepalaku. lamunanku buyar seperti kolam tenang yang tiba tiba di lemar batu. Aku belum mengatakan keinginanku pindah ke Cervera. Mungkin inilah saat yang tepat, batinku.

"belum pap, aku benci minum obat itu karena membuatku diare" jawabku pelan. sepertinya tubuhku tidak bisa mentoleransi pyridostigmine bromide yang terkandung dalam obat itu. sejak minum obat itu aku seriang mual dan diare. tanpa sepengetahuan papa, aku berhenti meminumnya.

Papa menarik kursi rodaku ke dekat tempat tidur. Papa duduk dikasur dan kursi roda yang kududuki ia pegangi. kami sekarang berhadap hadapan. sepertinya papa tidak suka karena aku tidak minum obat itu. 

"sudah berapa lama kamu berhenti meminumnya?" tanya papa dengan nada yang tetap lembut. sikap papa yang tidak emosional itulah yang membuatku selalu berani berkata jujur.

"udah 2 minggu pap, dan ternyata benar. sejak Ilo berhenti minum obat itu ilo ngga mual dan diare lagi pap..." jawabku membela diri

Papa manggut-manggut, aku tau dalam hati pasti papa sebenernya komplain " kenapa ngga bilang sama papa...". Dan setelah itu pasti papa akan merasa bersalah, karena papa selama 2 minggu ini baru tugas dari Jerman dan Prancis.

"Hmm, sudah tidak apa-apa. Hari ini jadwal kontrol, nanti papa minta dokter untuk mengganti resepnya, tapi janji yah di minum ! " kata papa sambil mengacak rambutku.

Aku mengacungkan 2 jari simbol Victory " janji pap"

Aku mengurungkan niatku untuk mengutarakan keinginanku pindah ke Cervera. Papa terlihat capek apalagi saat ia tau aku tidak minum obat selama 2 minggu. Aku harus menumbuhkan kepercayaan papa dulu padaku, dengan disiplin minum obat dan mengurus diriku sendiri. Aku tidak boleh terlihat sedih dan putus asa di hadapan papa.


---//---

Sejak, aku tidak lagi menari aku mencoba mencari kegiatan lain. mencoba mencari bakat lain dalam diriku -tentunya kegiatan yang tidak memerlukan posisi berdiri. sebenarnya aku bukan sama sekali tidak bisa jalan, aku bisa jalan tapi hanya sebentar setelah itu aku akan terjatuh. lebih baik aku mencari kegiatan yang bisa dilakukan sambil duduk. Aku mencoba mengikuti kelas merajut, tapi kepalaku pusing dibuatnya. benang benang itu seperti ular yang saling melilit. kemudian aku mencoba kelas menyanyi namun papa tidak mengijinkan karena khawatir akan merangsang kelumpuhan otot-otot pernafasan lebih cepat. akhirnya waktuku kuhabiskan dengan menulis, aku membuat blog khusus untuk menampung semua imajinasiku, aku tidak menyangka ternyata banyak yang menyukai tulisanku. rasanya seperti pertama kali aku pentas saat usiaku 4 tahun kemudian semua orang yang  menonton pertunjukkan tepuk tangan. mungkin rasanya seperti ketagihan marijuana. 

Sesekali jika ide menulisku sedang tidak muncul aku menghabiskan waktu dengan bermain piano, seperti sore ini. Aku memainkan lagu lama milik westlife "I have a dream". suara denting pianoku menyebar ke seluruh ruangan di rumah ini karena letak piano berada di tengah tengah ruangan. aku suka sekali dengan lirik lagu ini cocok sekali untuk menyemangati diriku tentang kenyataanku, kenyataan takdirku sebagai penyandang MG.

I have a dream, a song to sing
To help me cope with anything
If you see the wonder  of a fairy tale
You can take the future even if you fail
I believe in angels
Something good in everything I see
I believe in angels
When I know the time is right for me
I'll cross the stream - I have a dream

I have a dream, a fantasy  

To help me through  reality  
And my destination  makes it worth the while
Pushing through the darkness 

Still another mile
I believe in angels
Something good in everything I see
I believe in angels
When I know the time is right for me
I'll cross the stream 

I have a dream.....

bibirku ikut bersenandung melagukan syair terakhir lagu itu  ketika jariku menekan tuts terakhir piano.

"Plok plok plok..." terdengar suara tepuk tangan ketika denting pianoku berakhir. Aku menoleh

"papa!!! sejak kapan papa di situ? bikin Ilo kaget deh..." rajukku manja. aku menghampiri papa yang masih rapi berpakaian kantor.

"dari tadi, kamu menghayati sekali lagu itu sayang....bahkan papa ikut terbawa roh lagu itu.."

" idihh papa bisa aja deh..., makan yuk pap " ajakku, jam sudah menunjukkan pukul 18.00. masih terlalu sore memang untuk disebut sebagai makan malam. Tapi aku harus memulai lebih awal, aku tidak boleh makan terburu-buru dan harus mengunyahnya pelan agar  sel sel otot pencernaanku
tidak kehabisan energi. sebetulnya penyakitku simpel aku hanya kehabisan asetilkolin (ACh) akibat sistem imun tubuhku merusaknya, sehingga sinyal syaraf motorik yang seharusnya menggerakan sel-sel otot terhambat, sehingga ototku lumpuh.


"Ilo makan duluan aja, papa mau mandi dan ganti baju, nanti papa nyusul, okay?"

Aku mengacungkan jempol ke arah papa, pertanda okay!

Aku menekan tombol mirip saklar lampu di meja. itu adalah bel untuk ke dapur pertanda aku sudah siap makan. sesaat setelah aku menekan tombol itu 2 asisten rumah tangga di rumahku datang, menyaiapkan meja makan dan menu harianku yang sudah terjadwal.

Aku mulai menyantap hidangan itu pelan-pelan seperti nasihat dokter padaku. aku jadi ingat dulu waktu mama sakitnya makin parah, bahkan menelan makananpun mama tidak bisa, hingga harus makan melalui selang yang disalurkan ditenggorokannya. Aku bergidik membayangkannya. aku tidak ingin seperti itu, jika sakitku nanti parah aku tidak mau hidup dengan selang seperti mama. ketika semua selang yang menuju tubuh mama di lepas, mama meninggal. mama sangat menderita bertahan dengan semua selang oksigen, selang invus, dan selang sonde. rasanya tekadku untuk pindah ke Cervera semakin bulat, aku ingin meninggal dengan normal dan tenang di desa kecil itu.

Pada datang ketika makananku tersisa separuh porsi lagi. Papa tersenyum melihatku.
"perkembangan kamu makin bagus nak, papa lihat kamu tidak pucat lagi dan sesekali sudah bisa menggerakan kaki ya ?" kata papa sambil menyendok makananya. Aku hanya mengangguk. Dokter melarangku bicara saat makan karena dapat merangsang kejadian tersedak.

Aku tersenyum senyum kecil, rasanya suasana sekarang sangat tepat untuk menyampaikan keinginanku pindah ke Cervera. Kulihat wajah papa juga sedang sumringah
"Ilo !!"

"papa!"

kami berbarengan memanggil. aku dan papa terkekeh.

"papa mau bilang apa sama ilo?"

"Tadi ilo juga, mau bilang  hayoo sama papa?"

"papa dulu aja deh, nanti baru ilo yang cerita"

"Oke, papa lusa cuti, papa mau ajak kamu liburan. papa tau kamu pasti sangat bosan karena hampir 5 bulan tidak kemana-mana..."

Aku menyambut dengan girang " kemana pap?" Tanyaku penasaran.

"Ke Cervera!!, kamu pasti suka kita akan mengunjungi makam mama dan nenek di sana. sisanya berjalan jalan pagi dan sore menikmati pemandangan cervera yang katamu seperti negeri dongeng kan? sejak kecil kamu selalu bilang begitu. papa sendiri tidak tau karena papa tidak pernah pergi ke negeri dongeng" papa sedikit menggodaku tentang imajinasiku mengenai negeri dongeng.

Aku senang tak terkira, Tuhan mendengar doaku. Tanpa ku repot mengatakannya, papa dengan sendirinya menawari.

"papa udah cerita, sekarang giliran kamu yang cerita "

Aku menggeleng " Ngga jadi pap..."

"loh kenapa?" tanya Papa dengan ekspresi heran

"soalnya yang ilo mau sampaikan sudah papa sampaikan hihi...." jawabku sambil nyengir. entah kenapa aku tidak berani bilang, aku mau selamanya di sana. Aku khawatir jika aku bilang papa justru membatalkannya.

"hahaha..jadi kamu ingin ke Cervera juga...Guud!!" seru papa, lalu menghampiriku dan mencium ubun-ubunku.

setelah itu papa mengantarku ke kamar. Papa menggendongku dari kursi roda ke tempat tidur. menyiapkan meja kecil dipangkuanku. tanpa diminta papa sudah tau, sebelum tidur aku selalu menulis catatan harian di tablet.

"jangan terlalu larut ya nak, cepat istirahat..." pesan papa sebelum meninggalkan kamarku.

" sipp pap!" jawabku ceria.

Hari ini aku bahagia sekali, artinya lusa aku sudah akan berada di cervera. rasanya tak sabar menunggu hari itu tiba. Oooh cervera...seperti ada magnet yang kuat menarikku ke sana.

Cervera- rumah-rumah di atas bukit yang cantik


---//---

Cervera,

Akhirnya hari yang paling kutunggu tiba juga. "cervera I'm coming " pekikku dalam hati. Jika dulu aku lebih suka naik kereta dari Madrid ke Bracelona baru lanjut ke cervera. Mengingat kondisiku sekarang, Papa lebih memilih menggunakn pesawat yang hanya perlu waktu 45 menit. Padahal naik kereta lebih asyik, karena pemandangan sepanjang jalur kereta madrid barcelona sangat indah, namun papa khawatir perjalanan selama 8 jam di kereta bisa membuat staminaku drop. 



Lumayan lama menunggu bagasi sebab bawaan kami seperti orang pindahan. Diam diam aku membawa sebagian besar bajuku. papa tidak curiga, mungkin itulah sifat pria, seandainya mama masih ada, mama pasti bertanya mengapa hanya 4 ari tapi aku membawa baju seperti untuk 1 bulan. Di cervera nanti kami tinggal di rumah nenek yang saat ini didiami oleh adiknya mama dan suaminya. Paman Alzamora dan bibi Carlotta yang menjemput kami. Paman Alzamora adalah dokter penyakit dalam sedangkan bibi carlotta adalah ibu rumah tangga biasa yang sangat jago bikin aneka kue. Mereka sudah menikah 13 tahun namun belum dikaruniai anak.

Sejak kepergian mama,  aku sering meminta bibi Carlotta datang ke madrid. Dia adik mama satu satunya, wajahnya pun mirip. Cukup mengobati kerinduanku pada mama.

Aku melajukan sendiri kursi rodaku karena papa sudah cukup repot membawa 2 kopor besar. Lagi pula kursi rodaku ini dilengkapi dengan fungsi elektrik, jadi jika aku ingin cepat aku tidak perlu repot memutar roda, cukup menarik tuasnya saja- kursipun meluncur. Tepat di pintu keluar kedatangan, paman dan bibi sudah menunggu. Mereka melambaikan tangan ke arah kami. Aku mempercepat laju kursi rodaku, bibi Carlotta setengah berlari menyambutku.

"Ilo sayang....bibi sangat merindukanmu, senang melihatmu sehat nak..." 

Bibi carlota memelukku, mencium kedua pipiku dan terakhir mencium keningku. Kulihat matanya berkaca kaca, aku yakin itu air mata bahagia karena melihatku kembali sehat setelah beberapa bulan lalu terbaring di ICU.

"Aku juga rinduuuu sekali ..." sambutku tak kalah semangat. Sementara ayah dan paman Alzamora berpelukan sejenak sambil saling menepuk punggung, khas pria jika saling bertemu. Paman Alzamora membawakan 1 kopor kami lalu bersama sama menuju ke mobil yang diparkir tidak jauh dari pintu kedatangan tadi.

Di mobil aku tertidur, ini adalah perjalanan pertamaku ke luar kota sejak Miasthenia gravis menjajahku. Rasanya melelahkan meski untuk ukuran orang normal tidak sama sekali.

Aku terbangun dan akhirnya menyadari aku tidak lagi di mobil tapi di dalam kamar, kamar tamu di rumah bibi Carlotta. Rupanya aku tertidur lelap sekali bahkan aku tidak terbangun saat papa memindahkan aku dari mobil ke dalam kamar. 

"Sudah bangun nak?" Suara lembut bibi Carlotta yang pertama kudengar. Aku tersenyum malu. Sungguh memalukan tidur seperti kerbau sampai sampai tidak terbangun, makiku pada diri sendiri.

"Eeehmm iyaa, aku tidak tau kenapa bisa tertidur sepulas itu..." terangku malu malu.

Bibi carlota duduk di bibir tempat tidur, membelai rambutku.

"Tidak apa apa, mungkin pengaruh obat yang kamu minum..."
Kata kata bibi Carlotta sungguh bijak, tidak memojokkanku. Aku memeluk bibi carlotta

Sore itu setelah aku bangun tidur engan dibantu bibi Carlotta, aku menata pakaianku ke dalam lemari. Bibi Carlotta nampak heran dengan jumlah baju yang kubawa.

"ilo, banyak sekali bajunya, apa sehari kamu mau ganti sepuluh baju?' tanya bibi Carlotta menggodaku. Tapi aku tau pasti dalam hati bibi Carlotta berkata "singgah 4 hari kenapa bajunya seperti setahun". Ia hanya tidak ingin dikira mengusirku kalau bertanya begitu.

Aku tertawa renyah dengan komentarnya " hihi iya bi, aku mau pindah tinggal di sini..boleh yaaa?" tanyaku manja.

Bibi Carlota membelalakkan matanya "Benarkah?? kenapa tidak bilang dari kemarin ? tentu bibi tidak keberatan, senang sekali sayang " seraya memelukku. Aku tak membalas pelukannya. Bibi Carlotta merenggangkan pelukannya tapi masih memegangi kedua pundakku. Kali ini tatapannya menyelidik. Aku segera memasang senyum inosen andalan, sambil berkata " Tapi papa belum tau, aku belum bilang...hmmm aku ingin bibi Carlotta membantuku persuasi papa yah? bisa kaan? " Kali ini aku yang bergelayut manja pada bibi Carlotta, berharap beliau mengiyakan.

"hmm...." bibi Carlotta bergumam, sepertinya sedang mempertimbangkan permintaanku. Aku tersenyum kecil.

"Oke, tapi beritahu dulu alasanmu, papamu itu orang yang rasional, asalkan alasannya masuk akal pasti diperbolehkan..." 

Aku menegakkan posisi duduk, tidak lagi bergelayut seperti tadi. "pertama, aku perlu suasana baru, di rumah terlalu banyak kenangan tentang mama ditambah kondisiku sekarang yang tidak bisa ballet lagi menambah tekanan secara emosional, di rumah itu banyak pernak pernik balet yang tak mungkin kubuang tapi menyakitkan jika melihatnya..." kata-kataku tertahan rasanya seperti tercekat, mataku mulai basah oleh cairan bening air mataku

Bibi carlotta tersenyum teduh, menangkanku dengan mengusap air mata di pipiku dengan kedua ibu jarinya. Kini ia menopang daguku dengan kedua belah telapak tangannya. Tangisku justru semakin menjadi, sebenarnya alasan pertamaku sudah cukup buat bibi Carlotta mengajukan argumen ke papa. Tapi aku tetap bertekad menyampaikan alasan ke dua "Kedua,...aku ingin bisa setiap hari ke makam mama, agar aku tidak selalu membayangkan mama hidup, tapi aku benar benar menerima bahwa mama sudah tiada....aku..."

Aku benar benar tidak sanggup meneruskan kalimatku, bibi Carlotta menarikku ke dalam pelukannya.


"Sayang jangan menangis, ingat kesehatanmu...jangan membuat papamu khawatir melihatmu menangis seperti ini.." kata bibi Carlotta sembari membelai lembut kepalaku. Meski bibi Carlotta tidak punya anak, namun naluri keibuannya bisa kurasakan. Aku menuruti nasihatnya, kuhapus air mataku dengan punggung tanganku. Bibi carlotta kemudian menyodorkan tissu kepadaku. setelah beberapa lembar tissu barulah wajahku benar benar kering dari air mata. tapi hidungku masih merah, juga mataku. Semoga Papa tidak mendapatiku dalam keadaan seperti ini. Bibi Carlotta beranjak meninggalkan kamar setelah melihatku tenang. Sejurus kemudian ia kembali dengan segelas air putih. 

"Minumlah, biar lebih tenang..." setelah menyodorkan segelas air putih, bibi carlotta meraih sebuah novel dari meja dan menyerahkannya padaku seraya berkata "..dan ini coba lihat ada novel bagus bacalah ini karya penulis paling terkenal di Spanyol, Gabriel Garcia Marquez "

Aku membaca judul di sampulnya " Innocent Erendira". Aku tersenyum ke arah bibi Carlotta " Terimakasih...selama ini aku hanya mendengar namanya, kegiatan balletku dulu membuatku tidak pernah sempat membelinya.."

Bibi Carlotta tersenyum lalu meninggalkan kamar. Aku memanggilnya " Bibi Carlotta mau kemana?'

"Melaksanakan tugasmu cantik..." seraya mengeringkan sebelah matanya kemudian menghilang di balik pintu. 

"Tuhan, semoga papa mengijinkanku tinggal di cervera...aamiin!" doaku dalam hati.  


www.mercymarc.blogspot.com
Makan malam tiba. Bibi Carlotta menjemputku ke kamar dan mendorong kursi rodaku ke ruang makan. Papa dan paman Alzamora sudah menungguku, mereka tampak terlibat obrolan seru, apalagi kalau bukan tentang sepak bola, apalagi tim kebanggaan kota kami menang.

"waah anak papa, cantik sekali malam ini...ayo sini nak kita makan masakan bibi Carlotta.." ajak papa tanpa ada perubahan air muka seperti yang kukira. sudah berceritakan bibi carlotta tentang keinginanku untuk tinggal di cervera- tanyaku dalam hati.

Hari itu bibi Carlotta memasak lassagna terlezat di dunia. Makananpun ludes. Setelah itu di tutup dengan puding manis untuk menetralkan rasa asin lasagna tadi. Selama kami makan obrolan seputar bola masih menjadi topik hangat. Lama-lama aku penasaran juga mengenai pendapat papa tentang keinginanku. Ahh! Bibi carlotta juga tidak membuka pembicaraan ke arah sana.

"Ehmm, pap...paman...boleh ganti topik, ngga?" selaku memberanikan diri.

"eiihh hehe, iyalah boleh, sebab kalau bicara bola sama pamanmu ini tak pernah ada ujungnya, kenapa sayang..?" Papa menanggapi

"Iya, kenapa ? ilo mau menyampaikan sesuatu?" tanya paman Alzamora

"hmmm....." aku kemudia melirik bibi carlotta memberi kode.

"Tenanglah...iloo, papamu sudah ACC kamu tinggal di sini, argumenmu di setujui " ucap bibi Carlotta dengan wajah sumringah sambil mengerlingkan mata ke arahku

Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku "haaaahhh kenapa bibi tidak bilang???"

"Hahaha, baru saja papa mau bilang " sela papa sambil tertawa.

Sungguh di luar dugaanku, tau begini aku tidak perlu stres dan pusing memikirkan cara menyampaikan berita ini ke Papa.

"tau tidak? kalian berdua ini sama!" ucap bibi Carlotta 

"Maksudnya ?" tanya Papa bingung

"iya maksudnya ?" aku ikut bingung

"Iya kalian sama sama ingin pindah ke cervera, tapi sama sama takut menyampaikan karena berbagai kekhawatiran dipikiran kalian sendiri. Ilo, papamu bulan depan pindah tugas ke Barcelona, dia ingin mengajakmu pindah ke barcelona tapi khawatir kamu sedih karena meninggalkan rumah di madrid yang penuh kenangan karena kamu dilahirkan dan besar di sana, dia meminta bibi menyampaikan berita ini ke kamu ..."

"iih kok bibi ngga ceritaaaa" potongku

"eeeh dengar dulu, bibi baru tau pada saat akan menyampaikan keinginanmu pindah ke cervera. Klop kan??'

Kami semua tertawa bahagia, papa memelukku erat. Malam itu aku tidur sangat nyenyak. Ternyata bulan depan papa pindah tugas ke Barcelona, papa akan menetap di barcelona. Papa akan rutin mengunjungiku di cervera 3 hari sekali, aku maklum karena pekerjaan papa sangat sibuk.  Aku? Aku tetap seperti rencana semula, tinggal di Cervera bersama bibi Carlotta dan paman Alzamora.   

---//---

Graveyard, Cervera


Graveyard, Cervera. Di sini mama dan nenek dimakamkan
  
   Seperti yang kubayangkan, kepindahanku ke Cervera menjadikan diriku lebih baik secara emosional. Aku menjadi manusia yang baru. Tidak lagi Ilona cengeng yang menangisi kehancuran mimpinya sebagai seorang ballerina. Aku bahkan melupakan bahwa aku adalah seorang ballerina. Aku yang sekarang adalah Ilona si penulis fiksi baru. Aku membuat blog, menulis semua imajinasiku di sana. Menghabiskan pagiku dengan berkeliling bukit memanjakan mata selagi masih bisa melihat- dengan pemandangan indah yang menghampar di cervera. Rutenya selalu sama di akhiri dengan duduk berlama lama memandang batu nisan mama dan nenek. Bagiku pemakaman itu nampak seperti taman dengan pohon pohon rindang dan rumput hijau yang seperti hamparan karpet. Minggu-minngu pertama di cervera kegiatan pagku itu selalu ditemani oleh bibi Carlotta. namun stelah beberapa kali aku mencoba pergi sendiri dan berhasil pulang dengan selamat, bibi Carlotta akhirnya percaya untuk membiarkanku pergi sendiri.

       Pagi ini entah sudah pagi yang keberapa aku melewati jalanan ini, jalanan yang terbuat dari susunan paving blok kokoh, memudahkan kursi rodaku melaluinya- tapi aku tidak pernah sedikitpun bosan melalui pagiku dengan berkeliling seperti ini. Dan pagi ini seperti pagi beberapa hari yang lalu aku kembali bertemu dengan sekelompok laki laki bersepeda, kali ini mereka bertiga. Aku tidak tau siapa mereka. Pasti penduduk asli sini. Aku selalu menunduk setiap kali berpapasan dengan mereka, aku belum siap mental dengan tatapan sebelah mat aorang normal kepada orang invalid seperti aku sekarang. Aku terus menunduk hingga mereka semakin dekat. mereka bertiga terdengar akrab satu sama lain. Siapalah aku ini, mungkin jika aku masih seperti dulu, mereka akan berhenti dan mengajakku berkenalan. Aku menoyor kepalaku sendiri, menyadarkan diri untuk tidak terlalu berangan-angan. Aku ini mayat, dalam 5 tahun ke depan. Aku tidak boleh jatuh cinta, agar kematianku tak terlalu menyakitkan, karena semua kematian harus di hadapi sendiri. Bahkan presiden yang punya ratusan ajudanpun, saat kematian tetap saja ia sendiri. Semua manusia pada akhirnya akan sendiri. 


 "Heii...tunggu..." terdengar suara memanggil.


Sejenak kulepas tuas elektrik kursi rodaku. terdengar langkah-langkah kaki mendekat.

"Apa ini milikmu? "  tanya sesok laki laki yang sekarang berdiri tepat di hadapanku. Aku reflek mendongak. Ia memakai helm sepeda dan kaca mata hitam, wajahnya tidak begitu jelas kuidentifikasi. Tapi giginya bagus dan rapi dibingkai  bibirnya yang tebal dan berisi. Ia menyodorkan handphone berwarna putih dengan sampul warna pink. Tidak salah lagi itu hapeku, aku mengalihkan pandanganku ke pangkuanku. Kosong. Pasti benda itu merosot dari pangkuanku tadi saat aku ingin cepat cepat berlalu dari tempat itu. 

"Oh iyaa, terimakasih yah..." ucapku sambil menerima hape yang ia berikan.

"Ternyata kau sangat cantik, tapi kenapa selalu menunduk?" tanya laki-laki itu tiba -tiba.

Sial!! Makiku dalam hati. ternyata laki laki ini memperhatikanku. Aku malas sekali menanggapi  gayanya yang sok Don Juan. 


 
Ini kesempatanku untuk kabur. "Permisi..." Kilahku sambil menarik tuas elektrik kursi rodaku lagi.

"Eh kita belum berkenalan, siapa namamu?" tanya laki laki itu setengah mengejarku, aku tak menghiraukannya. 

 "Marc ayooo, target kita 40  kilometer hari ini..." teriak salah satu laki-laki yang mungkin teman atau saudaranya. laki-laki itu berhenti mengejarku.

Setidaknya aku tau laki laki itu bernama Marc...

To be continue.... 





     
*: Myasthenia Gravis adalah kelainan auto-imun yang ditandai dengan adanya kelemahan yang berfluktuasi pada otot skeletal. Kelemahan ini akan meningkat saat sedang beraktivitas dan berkurang bila sedang istirahat.