Powered By Blogger

Senin, 17 Maret 2014

Trust me #oneshoot



Talent:
👦marc marquez
👰alya al rasyid


Introduction :
Ini adalah FF paliing Gaje, karena singkat banget bikinnya mungkin cuma 2 jam, idenya asbun naggepin twitter. trus ada yang nagih...yah janji ada hutang...ini FF pertama yang by request hahaha...so i write as fast as i can, as good as i can in the few time, may you like it...

Ting tong!! Assalamualaikum...
Terdengar seseorang mengucapkan salam dari luar. Allya tengah berkutat dengan hafalan surat An Naba. Malas membukakan pintu sebab harus memakai jilbab lagi. Allya meneruskan lagi hafalannya

Ting tong !! Assalamualaikum...
Terdengar lagi suara bel dan salam dari luar.

“Allya, bukakan pintunya..nak..” terdengar suara berat Ayahnya. Allya tidak bisa membantah kalau Ayah yang sudah berkata. Terpaksa Allya mengenakan jilbabnya lagi, berjalan menuju pintu ruang tamu. Menyiapkan senyum manis, sebab Ayah selalu berpesan jika senyum itu ibadah.

“Walaikum salaam” Allya menjawab salam itu seraya membukakan pintu.

Ternyata paman Markus dan seseorang entah siapa, sebab tertutupi badan paman Markus.

“Silahkan masuk paman, sebentar Alya panggilkan Ayah...” Alya mempersilahkan paman Markus duduk di ruang tamu, kemudian berlalu ke dalam.

“Ayah, ada paman markus, aku sudah menylahkan duduk...”

“Oh ya, apa dia datang dengan seorang anak laki lakai?...”

“sepertinya iya...” jawab Alya tak peduli

“Al, ibumu masih belum kembali dari pengajian, tolong buat kan teh untuk kami bertiga ya...”

“baiklah...’

Sebetulnya bukan Alya yang membuatkan teh, bisa bisa menjadi kolak kalau Alya yang buat. Alya hanya menjadi mediator antara Ayahnya dan bibi supi, pembantu di rumahnya. Tepatnya bibi supi yang membuat tehnya dan Alya yang menyuguhkan ke depan. Kata Ayahnya, meski yang membuat bukan Alya tapi selama tuan rumah ada maka sebaiknya tuan rumah yang menyajikan, sesuai dengan hadis Nabi untuk memperlakukan tamu dengan sebaik-baiknya.

Alya membawa baki berisi 3 cangkir teh panas ke ruang tamu. Alya meletakkan satu persatu cangkir itu ke meja, dan seseorang menyambutnya. Alya melirik wajah pemilik tangan itu. Mata choklat dengan alis tebal dan senyum yang sangat ramah dan hidung yang mancung, mengingatkan Alya kepada pebalap idolanya Marc Marquez. Laki-laki itu mirip sekali Marc Marquez. Alya tidak berani berlama lama di ruangan itu, selesai meletakkan cangkir itu Alya masuk kembali ke dalam.

Melalui sekat antara ruang taju dan ruang tengah yang diagonal, Alya bisa mencuri lihat ke ruang tamu.

Alya melongkokkan kepalanya lagi, ingin meyakinkan dirinya. “betul mirip sekali” komentar hati Alya. Tapi ini tidak mungkin, tidak mungkin !! Bantah sisi hatinya yang lain.

Alya kembali mengintip, laki-laki itu mengenakan kemeja koko berwarna putih dengan kopiah putih dan celana panjang warna coklat. Alya terus memperhatikan laki-laki itu, cara ia tersenyum, cara ia menyapu bibirnya dengan ujung lidah, cara ia menggigit bibir bawahnya, semuanya. Betul betul mirip Marc.

Alya hampir frustasi dibuatnya, apakah ini fatamorgana? Karena Alya terlalu rindu menunggu musim motoGP selanjutnya. Alya masuk ke kamarnya, menyalakan laptop dan membuka  koleksi foto-foto marc, alya pandangi satu persatu foto-foto itu dan tidak bisa di sangkal lagi laki-laki berkopiah tadi benar-benar mirip Marc.

‘Al, paman markus mau pulang nih...’ tiba tiba suara ayahnya terdengar begitu dekat. Alya langsung menutup monitor laptopnya. Bisa dipasung jika sampai ketahuan Alya menyimpan foto pebalap motoGP itu, apalagi Alya anak perempuan.

Alya berdiri di samping Ayahnya melepas paman markus dan anal laki-laki misterius itu.

“Ayah, siapa laki-laki yang bersama paman Markus?”

“Anak laki laki paman markus...”

“haaah kenapa tiba tiba paman markus punya anak laki-laki, bukankah semua anaknya perempuan?”


Alya mengekor dibelakang Ayahnya yang berjalan menuju ruang keluarga dan duduk di salah satu sofanya.

“Jadi 21 tahun yang lalu, Markus memberikan anaknya pada pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak...’

“lalu...’

“Dulu paman Markus pernah tinggal di spanyol, waktu itu paman markus sudah punya 2 orang anak perempuan, Elena dan Nadia. Bulan april tahun 1993, ada sesuatu hal yang tidak bisa ayah ceritakan yang mengharuskan paman markus segera meninggalkan spanyol, saat itu anak ketiga mereka baru berumur 2 bulan, anak laki-laki yang sangat ditunggu-tunggu. Karena usianya yang masih sangat kecil, terpaksa paman Markus menitipkannya pada keluarga Julia dan Roser. Kebetulan pasangan itu belum punya anak, meski usianya sudah cukup tua. Namun ada perjanjian bahwa mereka harus mengembalikan anak itu jika Julia dan Roser memiliki anak kandung sendiri di kemudian hari, dan batas usia maksimal untuk membuka identitas adalah 21 tahun. Dan benar saja 3 tahun sejak mereka mengadopsi anak itu kemudian Roser melahirkan anak laki laki dari darah daging mereka sendiri. Mereka menepati janjinya. Anak itu sekarang sudah 21 tahun, dia kembali ke sini, ke bumi minang. Paman Markus menitipkan anak itu ke pesantren yang ayah pimpin. “

“Apa nama anak laki laki itu, Marc marquez yah?”

Ayah menoleh ke arah Alya kemudian membelah ubun-ubun Alya “ Iya dia Marc Marquez, pebalap idolamu...”

Alya tercekat, napafsnya tertahan, kaget yang pertama adalah ternyata ayahnya tau diam diam alya menggemari olahraga maut itu dan kaget kedua adalah menerima kenyataan laki-laki berbaju koko dan berkopiah tadi adalah marc marquez. Alya masih terpaku di tempatnya, padahal sudah lebih dari 5 menit yang lalu ayahnya meninggalkannnya untuk pergi shalat jamaah di masjid.

Akhirnya kumandang suara Adzan menyadarkan Alya dari ketidakpercayaannya. Logikanya masih sulit menerima bahwa marc marquez, yang menurutnya tidak mungkin pernah ia temui, baru saja bertamu ke rumahnya.


Ayah memperkenalkan Marc ke seluruh penghuni pesantren, tidak ada terikan histeris tidak ada yang mengelu-elukannya. Tidak ada. Penghuni pesantren ini benar-benar tidak pernah terpapar berita motoGP, kecuali Alya. Sebetulnya dari kebetulan ketika Alya belajar menghafal al quran hingga tengah malam lalu ia iseng menyalakan televisi karena saat itu tidak ada siaran yang bagus sampai akhirnya di salah satu televisi sedang memutar siaran langsung motoGP saat itu sedang berlangsung seri di Austin, dan sejak saat itu Alya begitu jatuh cinta dengan balapan itu dan diam diam terus mengikuti perkembangannya.

Alya hanya memperhatikan dibalik kaca jendela, peraturannya adalah siswa laki-laki dan perempuan terpisah. Marc menjadi siswa pesantren khusus, karena tatap muka langsung hanya saat jeda antar musim balapan sisanya akan diadalak kelas jauh via skype dengan web cam saja.

Sejak kehadiran marc di pesantren itu, membuat Alya semakin penasaran. Diam diam Alya mengikuti perkembangan marc dari hari ke hari. Marc siswa yang cerdas tidak sampai sebulan ia sudah lulus Iqro. Tidak terasa hampir sebulan sekalipun Alya belum pernah bercakap-cakap dengan marc, lagi-lagi hanya bisa memandangnya dari kejauhan atau mengintip di balik jendela.

Seperti siang itu, hari jumat pagi biasa Ayahnya akan khusus menguji marc secara tersendiri di ruang perpustakaan. Alya sudah standby di balik jendela, lokasi yang paling strategis mencuri lihat marc, dari posisinya sekarang Alya bisa puas memandang wajah marc dari samping.

Sudah 10 menit tapi marc maupun ayahnya tidak juga tampak. Alya masih setia menunggu sampil menempelkan jidatnya ke jendela.

“Alya !! Sedang apa disitu..?’ Alya terlonjak kaget. Jantungnya seperti mau lepas. Malu sudah pasti. Sebenarnya posisi Alya tertutupi pot berisi tanaman rimbun yang menutupi tubuh kecilnya dari pandangan orang yang lalu lalang. Selama ini terbukti aman. Tidak hari ini

Alya membalikkan badannya. Dan saat melihat siapa yang menegurnya tadi, untuk pertama kalinya Alya ingin menghilang dari muka bumi. Marc!! Yap suara cowok yang menegurnya ternyata Marc. Apa harus bilang jujur? Jawabannya tidak!

Alya gugup dan mendadak keringat segede-gede jagung bermunculan di wajahnya, padahal udara bukit tinggi termasuk dingin. Adrenalin dan cortisol lah yang membuat kelenjar keringat di bawah kulitnya bekerja ekstra. Sendi-sendi kakinya lemas, tapi tidak ada cara lain kecuali kabur dari hadapan marc secepat mungkin.

Marc menatap heran le arah Alya, biasanya cewek-cewek akan histeris saat ditegur atau minimal menyalaminya dan mengajak foto. Bukan menatapnya seperti melihat monster. Marc memegangi kopiahnya, apakah kopiah ini yang membuat dirinya seperti monster. Tanya Marc dalam hati.

Saat marc melepas kopiahnya, mata Alya terbelalak. Alya akhirnya yakin orang yang dihadapannya adalah benar Marc Marquez. Dan terjadi kekacauan syaraf sensorik dan motorik, ketika hatinya ingin memeluk mahluk di hadapannya tapi pikiran mengingatkan bahwa tidak boleh memeluk seseorang yang bukan muhrim.
Kyaaaa!!!!

Alya kabur tanpa sepatah katapun. Namun rok panjangyang dikenakannya tersangkut dan BUMMM!!! Tubuhnya terjerembab

Marc tak sempat melakukan apa-apa selain berusaha membangunkan Alya. Mata Alya terpejam, tak ada pilihan kecuali pura pura pingsan. Semoga ada orang lain yang melihat kejadian itu dan segera mencairkan keadaan. Sialnya tak satupun siswa yang lewat saat itu. Siswa santri perempuan sedang melakukan kegiatan tata boga sedang santri laki-laki semua sedang berkumpul di masjid.

Alya merasakan Marc mulai mengangkat tubuhnya, dan terbayang Ayahnya akan murka jika ketahuan.

“No ..no marc! Don’t touch! “ serga Alya sambil berusaha bangun sendiri, namun tiba tiba ia merasa ada benda cair mengalir di pipinya. Alya mengusapnya, seketika wajahnya berubah menjadi pucat seperti kertas. Tangan Alya berlumur darah segar, yang diusapnya bukan keringat tapi darah. Lalu semua benar-benar menjadi gelap gulita. Alya benar-benar pingsan. Sejak kecil Alya phobia darah....


Di ruangan yang serba putih itu, atmosfer dengan aroma obat-obatan.  Sayup-sayup Alya mendengar seseorang tengah melantunkan juz 30 Al quran. Alya berusaha melihat ke arah suara itu, namun keningnya berdenyut denyut. Alya merapa keningnya, terasa kain kasa dan plester pertengger di sana.

“arrrgghhh”...lengguhan Alya menghentikan lantunan ayat-ayat suci itu.

“Alya, sudah sadar?’ wajah marc muncul dengan kopiahnya.

Alya merapa kepalanya, alhamdulillah masih berjilbab.

“di mana?”

‘di rumah sakit Al, kepalamu bocor terantuk pot bunga, maaf bacaan Al-quranku masih buruk, kau pasti terbangun gara-gara itu yah?”

Alya menggeleng.

“Al, kenapa kamu selalu ketakutan melihatku? Apa aku menakutkan untukmi?”

Alya menggeleng lagi

“lalu kenapa?’ tanya Marc lagi

“kamu siapa?” tanya Alya

Marc mengerutkan keningnya. Mungkinkah Alya amnesia?

“kau tidak tau siapa aku?”

Alya menggeleng lagi.

“Aku marc marquez, suamimu” jawab marc iseng

Alya tersenyum mendengar jawaban itu, tatap matanya tak lagi tatap mata ketakutan. Marc senang.

“siapa aku?”

“kamu adalah Alya Marquez, istriku” jawab marc masih dengan keisengannya. Dari pengalaman marc  menghadapai teman-temannya biasanya benturan kepala menyebabkan kekacauan memori yang bersifat sementara. Hal itu pernah terjadi pada julian simon, nico terol dan beberapa teman lain.

Beberapa saat kemudian muncul Ayah dan ibu Alya. Namun alya hanya menatap kosong ke arah mereka

“Dia siapa marc?’ tanya Alya..


Sontak ibu Alya langsung menjerit “ Astaghfirulloh naaakkk, ini ibu...”

Tapi Alya justru ketakutan dengan ekspresi histeris ibunya. Ayah berusaha menenangkan ibunya yang merangsek ke arah Alya sementara alya justru meronta ketakutan.



Dua bulan kemudian...
Dugaan Marc salah, amnesia Alya tidak bersifat akut. Dan kesalahannya memberikan informasi palsu telah mengacaukan sistem ingatan Alya. Masa satu jam pertama saat pertama kali sadar adalah “golden period”. Seharunya informasi yang masuk adalah informasi yang benar sehingga bisa matching dengan memori sebelumnya. Akibat miss match pada saat kesadaran pertamanya membuat amnesia yang seharusnya hanya akut menjadi persistent. Dan marc terjebak dalam posisinya, sebagai suami Alya. Alya hanya mau ditemani marc, alya merasa hanya marc satu satunya yang ia miliki.

“ini salah saya, saya yang mengatakan bahwa saya suaminya saat Alya baru sadar, tapi saya tidak bermaksud apapun, saya pikir Alya akan sembuh kemudian mengingat semuanya. Maafkan saya...”

“sudahlah marc, semua sudah terjadi, saat ini persoalannya adalah hubungan kalian, sudah banyak yang mulai menggunjingkan. Kau tau kami penganut islam yang taat. Kebersamaan kalian bisa menimbulkan fitnah...kau tau maksudku?”

Marc mengangguk “ Saya mengerti, saya akan menikahi Alya...menjaganya selamanya, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat......trust me”





Rabu, 05 Maret 2014

The past #oneshoot




Selena Gomez as Selena Jadheite
Marc Marquez as himself
Maia Mitchell as Maia Marquez Jadheite

2029, kediaman Marc Marquez,

Marc menopang dagunya dengan ujung ujung jari tangannya yang saling merapat, kedua sikunya ia sandarkan ke tangan-tangan kursi. Duduk menyendiri di dalam apartemennya yang super mewah, memandang langit biru dan awan putih yang berarak. Ia merasa iri dengan awan awan itu, bahkan awanpun tidak sendirian ! Komentarnya dalam hati.

Ketika semuanya telah diraih, ketika mimpinya telah terwujud, ketika tak seorangpun mampu mengalahkannya, di saat itulah kesepian merajam. Merasa sepi dan sendiri. Kemudian muncul pertanyaan untuk apa semua ini, mengapa hatinya begitu kosong.

Entah telah berapa euro di rekeningnya, entah sudah berapa dirty track di buat, entah berapa yayasan ia santuni, entah berapa musim ia menangi. Ketika semuanya begitu mudah diraih, hidup menjadi terlalu hampa di jalani.
Marc kemudian bangkit dari duduknya berjalan mendekati lemari pajangan yang berisi tropi hasil raihannya selama ini. Lemari itu besar sekali berukuran 8 x 10 meter, namun tetap saja tropi itu berjejalan seperti berebut tempat kosong. Marc menekan tombol di samping lemari itu, beberapa bagian lemari itu terbuka. Sejurus kemudian tubuh marc hilang dibalik lemari raksasa itu.

Sebuah ruang rahasia yang hanya diketahui oleh keluarganya dan beberapa orang kepercayaannya seperti Emilio Alzamora, Santi Hernandez dan Carlos Linan. Ruangan itu lebih mirip dengan ruang control panel di film star trek, beberapa monitor sentuh, projector yang ketika dinyalakan membentuk monitor besar yang tembus pandang. Dengan sekali sentuh semua perangkat dalam ruangan itu aktif. Ruangan itu berisi data data settingan motor, rekaman balapan, peta sirkuit, dan semua data terkait dengan motoGp yang ia rajai selama ini. Di tengah ruangan itu terdapat sebuah silinder raksasa dengan dinding kaca tebal, nampak partikel partikel melayang di dalamnya seperti tidak terpengaruh gravitasi bumi.

Marc duduk di salah satu kursi ruangan itu. Menatap silinder raksasa di hadapannya. Teletransporter, demikian benda dihadapannya itu disebut. Hadiah dari almarhum tercintanya Julia Marquez. Marc berkaca kaca mengingat ayahnya, ayah yang sejak kecil menjadi pendukungnya, selalu mendukung semua ambisinya. Marc tiba tiba teringat saat ia merengek meminta kado ntal berupa motocross mini, lalu ambisinya untuk menang di setiap race sejak turun balapan di usia 5 tahun. Ayahnyalah yang mencarikan mekanik terbaik di Spanyol, mekanik yang setia hingga saat ini. Bahkan mama roser yang semula khawatir akhirnya menjadi pendukungnya setelah sang ayah, kemudian si kecil Alex adalah pengagum pertamanya. Air mata marc tak terbendung. Mereka semua sudah tidak ada. Keluarga yang sangat hangat, keluarga yang sangat mengerti dirinya, bahkan ketakutannya, sedikit orang tau Marc sangat takut naik pesawat. Setiap pesawat take off ia harus dipeluk oleh Ayah, Mamanya ataupun Alex. Hingga pada ulang tahun Marc yang ke 26,  Ayahnya menghadiahkan sebuah alat teletransporter tipe  wormhole untuk membantunya bepergian. Alat yang dianggap hanya fiktif oleh banyak orang. Marc tidak pernah tau bagaimana Ayahnya mendapatkan alat itu, yang pasti alat itu adalah impian ayah marc yang selalu ingin diberikan untuk marc. Alat yang membuat Marc tidak perlu lagi menempuh waktu lama di pesawat untuk berpindah dari satu sirkuit ke sirkuit lainnya. Sejak kehadiran teletransporter itu Marc tidak lagi harus tegang bergelut dengan phobia naik pesawat yang dideritanya.

Marc bangkit lalu tanggannya menyentuh dinding silinder  raksasa itu, ia bergumam “ seandainya kapasitas tabung ini bisa untuk 4 orang, pastilah saat ini aku tidak sendiri”
Masih segar dalam ingatnnya, ketika itu Marc usai membalap di sepang, malaysia sebelum race akhir di valencia. 

Kemenangan paling memilukan yang ia alami, setelah kemenangan hari itu, ia tak pernah lagi bertemu dengan keluarganya. Sebuah kecelakaan pesawat telah merenggut nyawa keluarganya juga beberapa rider motoGP, moto2 dan moto3 yang ada dalam pesawat nahas itu.

Meski peristiwa itu sudah lama berselang namun, semakin lama justru Marc semakin tidak bisa lupa, semakin tidak bisa menerima kenyataan itu dan semakin kesepian. Meski hector dan emilio setiap hari telah membuatkan jadwal yang sangat padat, tetap saja di dalam hatinya kosong.
Marc duduk lagi, kali ini ia duduk dikursi yang menghadap monitor. Kursi yang biasanya di duduki oleh Axel untuk mengoperasikan teletransporter saat akan digunakan. Marc menyentuh layar monitor itu kemudian tampilan berubah. Jutaan mention twitter, ribuan komen facebook, instagram dan berbagai media sosial yang tak pernah lagi secara langsung disentuhnya, semua terhubung dengan alat di ruangan ini. Robot pintar telah mengatur semuanya, mengupdate semua kegiatannya. Tiba tiba ia merasa rindu dengan dunia maya itu. Secara acak, lalu di monitornya muncul sosok gadis remaja dengan rambut pirang, dari wajahnya di hafal itu adalah wajah casey stoner. Betapa cepat waktu berlalu Ally sudah jadi gadis remaja. Bahkan Valentino Rossi pun sudah menimang bayi, meski menikah di usia yang sudah tidak muda lagi.

Marc meremas rambutnya sendiri, ketika di monitor itu muncul sesosok wanita dengan rambut hitam lebat, berwajah asia. Selena! Ruangan itu memang dilengkapi dengan peralatan canggih yang dapat memproyeksikan apa yang dipikirkan. Selena adalah Wanita yang pernah membuat diri Marc sangat jatuh cinta, namun ia campakkan demi ambisinya. Menganggap Selena hanya akan menghalangi karirnya, menanganggap Selena hanya akan menghancurkan impiannya.

***
2013, Emirates Airways

Saat itu perjalanan dari jepang ke barcelona transit di DoHa. Duduk di kelas bisnis, seharusnya bersebelahan dengan Hector, tapi ia pulang ebih dulu karena istrinya melahirkan. Sangat menegangkan ketika harus naik pesawat tanpa ada yang menemani, yang bisa mengalihkan perhatian Marc dari rasa takut naik pesawat.

Marc duduk di samping jendela, menatap keluar, seorang gadis berambut panjang dan lebat tergopong gopong duduk di samping Marc. Marc tidak menoleh, ia khawatir jika menoleh gadis itu akan teriak histeris, seperti selama ini yang sudah terjadi. Marc masih menghadap ke jendela, namun matanya terpejam, pesawat take off. Marc terus memejamkan matanya. Hingga terdengar suara pramugari yang membolehkan sabuk pengaman di lepas, artinya sudah aman. Perlahan Marc melirik gadis di sampingnya, gadis itu tengah menatap serius tablet berukuran 12 inch yang ada ditangannya. Padahal pesawat menyediakan aneka film terbaru yang terpampang di moniq tor setiap penumpang. 

Namun gadis itu sama sekali tidak mneyentuh monitor yang tersedia di pesawat, ia terus menatap monitor tablet itu. Marc mengintip dengan ekor matanya, ia penasaran dengan apa yang sedang dilihat gadis itu.

Setelah berhasil mengintip, Marc lalu menutup mulutnya dengan tangannya agar tawanya tidak keluar. Gadis itu rupanya sedang serius menonton race motoGP jepang 2 hari yang lalu.

Setelah berhasil mengontrol kegeliannya, marc tanpa ragu ragu menoleh ke arah gadis itu, berharap gadis itu juga menoleh lalu berteriak histeris memanggil namanya. Ternyata tidak!

Bahkan marc dengan leluasa memperhatikan wajah gadis itu, dan marc baru sadar ternyata, gadis yang ada di sampingnya cantik sekali. Entah kekuatan apa namanya, membuat marc terus menatap setipa lekuk wajah gadis itu, sangat semppurna! Puji hati marc.

“ehm, boleh tau kamu lagi nonton apa” tanya marc basa basi

Gadis itu tetap tidak menoleh
“ohmm, race motoGP jepang...”

“ehm, serius banget nontonnya ...” goda marc

“iyaa, aku melewatkannya karena pernikahan kakakku beretpatan dengan race” jawab gadis itu, masih dengan mata yang tak lepas dari monitor itu

Marc mengangguk-angguk.
“ohmmm.....siapa rider jagoanmu?”

“marc marquez, tapi aku suka bukan karena wajahnya, aku suka karena skill dan kepribadiannya, tidak seperti temen2ku, yanng ngga pernah nonton race tapi selalu datang acara meet and greet!”

“oh yah...memang kepribadianya seperti apa?” tanya marc pura pura

“sssshhh, diamlah dulu ini sudah 2 lap terakhir....” kata gadis itu sambil meletakkan jari telunjuk di bibirnya sendiri sambil matanya tetap tidak lepas sedetiknpun dari monitor tablet.

“tenanglah rider idolamu pada lap terakhir ditikungan ke 3 akan mengovertake Aleix...”

“kau ini sok tau, diamlah...sebentar lagi selesai”

“oke” jawab Marc sambil mengulum senyum.

“argghhh, yessssss.....you are great marc, like usually and always!’ pekiknya pelan lalu mencium monitor tabletnya

“sudah? Betulkan kataku tadi...”

“hmmm iyaa wajarlah kau tau, pasti kau menonton live di televisi” jawab gadis itu sambil memasukan tablet ke dalam tasnya.

“Boleh kenalan?” tanya Marc sambil mengulurkan tangannya

Gadis itu menyambut uluran tangannya, tapi agaknya ia malu untuk menatap langsung, gayanya Asia sekali, “ Selena Jadheite”

‘marc marquez”

Sontak gadis bernama Selena itu menoleh. Tangan kirinya menetupi mulutmya yang terperangah karena kaget sementra tangan kananya masih erat dalam genggaman tangan Marc.

Marc tersenyum. Selena bukan membalasnya tapi justru memejamkan mata. Kemudian membuka lagi, dan terperangah lagi. Ia seperti sedang meyakinkan dirinya bahwa laki laki yang saat ini sedang menjabat tangannnya adalah Marc Marquez. Wajahnya memerah dan mata indahnya terbelalak, marc suka sekali dengan ekspresi wajah Selena.
Selanjutnya selena memperhatikan wajah marc dengan teliti, seakan sedang mencocokkan antara wajah marc di hadapannya dengan wajah marc dalam memori otak Selena.

“Kau benar-benar Marc?” tanya selena ragu
Marc mengangguk, kemudian melepaskan jabatan tangannya. Marc membimbing tangan Selena ke pipinya “ Coba pegang, ini bukan topeng plastik”

Dengan tangan bergetar selena menyentuh pipi marc, kemudian tersenyum “aku masih tidak percaya bisa bertemu denganmu sedekat ini....” kata Selena lirih.

Marc berusaha mencairkan ketegangan Selena, selanjutnya penerbangan saat itu menjadi penerbangan pertama kali yang paling menyenangkan untuk Marc dan untuk Selena pastinya. Sejak pertemuan itu seakan takdir terus berpihak pada keduanya, begitu cantik jalan yang terbentuk menyatukan keduanya. Selena adalah dokter spesialis rehabilitasi medik, dan tanpa di duga dokter Xavier Mir yang selama ini merawat Marc jika mengalami cedera, ternyata adalah calon atasan selena. Keinginan Selena untuk bisa menonton race tiap tahun di eropa membuatnya nekat membuat aplikasi lamaran ke rumah sakit di Barcelona, dan ia diterima setelah melewati proses yang panjang. Siapa menyangka di hari kepindahannya ke Barcelona ia justru satu pesawat dengan rider jagoannya selama ini, Marc Marquez.

pantas saja teman temannya yang tidak hobby nonton balapanpun mau ikutan meet n greet “ternyata aslinya ganteng selangit “ puji Selena dalam hati kecilnya.


***

2015, Barcelona

Menjadi kekasih rahasia Marc Marquez, itulah peran Selena saat ini. Sementara media hanya tau selena adalah dokter rehabilitasi medis yang selalu menangani Marc setiap kali cedera. Suatu kebetulan yang sangat rapi, membuangkus hubungan personal mereka berdua dibalik kedok profesi. Tidak ada yang curiga. Kedekatan keduanya semakin hari semakin intim, hingga suatu saat Selena menyadari tamu bulanannya tak kunjung datang. Sepuluh jenis test pack dari berbagai merek menunjukkan hasil yang serupa “ POSITIF”
Selena tau Marc sangat suka dengan anak kecil, berita kehamilannya pasti akan membuat marc senang. Selena merancang makan malam yang amat romantis di suatu tempat yang privat.

Di suatu bukit di salah satu sudut kota barcelona, di mana kerlap kerlip lampu di lembahnya seperti sebaran permata warna-warna. Malam itu selena mengenakan gaun hitam panjang dengan belahan tinggi dan bagian punggung terbuka. Marc datang dengan kaus hitam lengan panjang dengan potongan leher turtle neck di padu jeans warna biru tua dan sepatu kets. Ia nampak sangat tampan dan memang selalu seperti itu, apapun yang dikenakannya akan selalu nampak menarik.

“Marc aku, ada berita bahagia untukmu...”

“oh yaa....kau membuat aku penasaran....”

“aku tau kau sangat suka anak kecil kan..”

“iya...aku suka anak kecil, mereka lucu dan lugu serta menyenangkan...”

“sebentar lagi aku akan memberimu anak....”

“Maksudmu? “ tanya Marc gusar, reaksi ini sama sekali tidak Selena duga.

“Aku hamil marc, anak kita.., aku sudah lakukan test pack hasilnya positif, besok teani aku USG yah...”

“tidak, selena! Kau jangan gila, aku tidak mungkin menemanimu USG, kau lupa hubungan kita rahasia!”

“marc, sampai kapan? Hubungan kita sudah 2 tahun...dan sekarang aku hamil, kau harus bertanggung jawab...”

Mark berdiri dari duduknya, ia menggeleng-gelengkan kepala berkali kali.

“tidak mungkin, ini tidak mungkin....aku tidak mungkin menikahimu, selena ! Ini benar benar gila!! Arggggghh!! “ Marc meremas kepalanya sendiri.
Selena bersujud di kaki Marc “sungguh ini anakmu, ini buah cinta kita marc...kumohon, terimalah...”

“tidak bisa selena, aku tidak bisa, mengertilahh ??!!”kata Marc setengah membentak
“Marc, aku tidak menyangka kamu ternyata sekejam ini...”

“aku tidak kejam Selena, hanya kau saja yang terlalu tinggi berharap padaku..!”

“Marc!! Cukup, aku tidak akan memohon lagi padamu, tapi ingat kau akan menyesal seumur hidup telah memperlakukanku seperti ini, juga anak ini...”

Marc hanya tertawa getir “kau mengancamku?”.”

Selena hanya menangis lalu meninggalkan Marc, tanpa pernah menoleh lagi. Saat itu Marc pun merasakan sakit luar biasa saat Selena hilang dari pandangannya. Mengatakan sesuatu yang berlawanan dengan hati rasanya seperti sedang menabrakkan diri dalam kecepatan 260 km/jam ke tembok beton.

Entah setan mana yang merasukinya saat itu, ia justru mencampakkan Selena  dan menyuruh Selena pergi dari kehidupannya. Sejak saat itu Selena menghilang dan marc baru menyesalinya setelah semua keluarganya tiada. Seandainya Ayahnya tau perbuatan Marc yang tidak bertanggung jawab pastilah ia akan dihukum, mengingat ayahnya adalah penganut agama yang taat, tidak seperti dirinya.


****

2029, ruang rahasia kediaman Marc 
Marquez.

Marc membenamkan kepalanya dalam lipatan kedua tangannya di atas meja. Tanpa ia sadari air matanya mengalir. Tak tau kemana ia harus melangkah selain kembali ke masa lalu karena di masa sekarang dan masa depan ia tidak memiliki siapa siapa. Marc masih ingat kata-kata mamanya

“dicintai secara mendalam akan membuatmu kuat, dan ketika mencintai seseorang secara mendalam itu kan membuatmu berani”

Cintanya pada Selena yang masih terpendam membuatnya berani mengambil keputusannya untuk kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahannya. Meski selama ini axel yang membantunya mengoperasikan alat transporter, namun hanya marc yang tau bahwa teletransporter ini selain dapat memindahkan benda ke tempat berbeda juga dapat menembus waktu mengirimkan benda ke dimensi waktu yang berbeda. 

Berhari hari Marc menghabiskan waktu di ruang rahasia itu untuk menemukan aplikasi untuk mengantarnya ke masa lalu, karena ini adalah pertama kalinya ia memanfaatkan hal itu. Senyum tipis di bibirnya yang sudah lama menghilang hari itu muncul kembali, ketika di layar tampak tulisan “time machine is ready”, setelah mengatur setingan tahun, tanggal bulan dan hari serta waktu dan lokasi bujur dan lintang pada saat marc terakhir bertemu dengan Selena. Sebenarnya marc ingin mengirim dirinya ke waktu di mana selena melahirkan, tapi marc tidak tau di mana dan kapan.
Marc menekan tombol oke, kemudian di monitor tampak waktu yang berjalan mundur dari hitungan 60 detik. Marc segera memasuki tabung kaca itu, lalu duduk di kursi robotic dengan sabuk elektrik lalu mengenakan helm yang bentuknya mirip UFO dengan sinyal lampu warna warna yang menyala bergantian. Masuk hitungan detik ke 10 pintu silinder itu tertutup otomatis kemudian dindingnya mulai berpendar dan mulai muncul suara desing, seperti menda melesat, kemudian kursi yang di duduki marc berputar dengan kecepatan 1juta rpm. Marc tak merasakan lagi tubuhnya ia merasa bagian tubuhnya pecah menjadi partikel debu yang bertebaran lalu ditarik oleh kekuatan magnet yang maha dahsayat hingga ia merasa seperti debu yang dihisap vacuum cleaner raksasa, semuanya gelap, bagaikan masuk terowongan yang tak berujung.
***
Barcelona, 2015
Selena berlari dengan gaunnya yang menyapu lantai, sepatu high heelsnya ia tenteng, meski anak dalam kandungannya tak dikehendaki Marc, namun ia tak ingin bayi yang dikandungnya keguguran. Selena berhenti sejenak mengatur nafasnya, berharap marc akan mengejarnya dan meminta maaf atas ucapannya tadi. Tapi sia-sia, marc tak menyusulnya. Selena menuju mobilnya, dengan gusar ia nyalakan mesin lalu berputar arah, namun baru saja akan meninggalkan gerbang tiba tiba  “booommmmbb” sebuah benda seukuran orang dewasa hampir saja tergilas roda mobilnya jika ia tak cepat menginjak pedal rem.
Selena segera turun untuk melihat keadaan, sebab meski ia sudah berusaha menghindari tetap saja benturan itu tak bisa dihindarkan.
Selena melongok” ternyata orang!” Bathin selena
“hei kau tak apa-apa?” tanya selena hati-hati
Marc masih pusing dengan proses teleportaasi yang juga menmbus di mensi waktu, ini untuk pertama kalinya dan rasanya lebih tak keruan dibandingkan teleportasi biasa tanpa menembus dimensi waktu. Marc berdiri sambil memegangi kepalanya, pandangannya masih belum jelas.
“ya Tuhan, Marc!! Aku hampir menabrakmu...” jerit Selena khawatir. Jeritan ini menyadarkan Marc.
Dipandanginya selena, betapa wajah ini sudah sangat dirunduinya selama 15 tahun, dan sekarang ada dihadapannya. Marc memeluk Selena erat
“Selena maafkan aku, aku tak akan membiarkanmu pergi, aku tidak mau kehilangnmu..juga nak kita...”
Selena tertegun tak mengerti, hatinya bertanya tanya siapkah sosok yang sekrang sedang memeluknya, mengapa berbeda sekali dengan Marc yang baru 10 menit lalu membentaknya dan mencampakannya.
Selena melepaskan pelukan Marc, memandangi marc, kemudian mengusap sedikit darah di pelipis marac dengan ibu jari “ Apakah ini betul betul kau...?” tanya selena ragu...
“iya ini, akuu...Ya  Tuhan, aku rinduuu sekali selena...” kata Marc sambil menopang wajah Selena dengan kedua tangannya
“tapi kita baru 10 menit berpisah, marc...tapi kau seakan akan tidak melihatku selama 10 tahun...”
“lebih....15 tahun, selena. Sungguh aku rindu sekali...” lalu marc kembali membenamkan selena ke dalam pelukannya.
“Marc...kau terlalu berlebihan, kita kan baru saja bertemu, sudah serindu ini?”
“peluk aku yang erat, waktu kita tidak banyak“ jawab Marc ketika dilihatnya electric watch yang melingkar ditangannya sudah berkedip kedip. Marc segera melingkarkan sabuk electric ke pinggang selena menyatu dengan dirinya. Selena bingung namun belum sempat ia berontak, raganya selaras ringan melayang menjadi butiran debu halus kemudian melesat menembus lorong waktu.
***
2029, Kediam Marc Marquez
“Dziiinngggg” terdengan suara berdesing....putaran kursi dalam tabung kaca itu melambat dan kemudian berhenti dengan sempurna. Marc terduduk di dkursinya dengan posisi tangan seperti memeluk seseorang.
Marc membuka matanya, tangannya masih kaku memeluk selena namun, ternyata kosong. Ia kembali seorang diri, entah di mana selena. Marc melepaskan sabuk electrik itu dari pengganggnya, berjalan gontai keluar tabung kaca itu. Perutnya terasa lapar dan kepalanya pusing. Mesin waktu itu memang hanya fiktif!! Bathin marc. Ia kecewa tak berhasil membawa Selena bersamanya. Marc tetaplah sendiri. Ia keluar dari ruang rahasianya. Dan begitu Marc keluar dari ruang itu otomatis semua lampi dan peralatan elektronik mati.
Marc berjalan menuju ruang makan. Dan jantungnya hampir saja melompat keluar, ketika dilihatnya selena duduk di sana menunggunya dengan hidangan yang sudah tertata rapi
“marc, hampir saja aku mengetuk ruang kerjamu. Sudah beres pekerjaannya?’ tanya selena lembut. Marc mengamati wajag selena yang tampak anggun dan bijaksana, lebih matang dari selena yang beberapa menit lalu ditemuinya. Marc tidak tau bagaimana sistem mesin waktu yang dipakainya bekerja. Inikah selena setelah 15 tahun itu?’ tanya Marc dalam hatinya
Belum hilang rasa bingungnya, kemudian munul gadis cantik yang wajahnya mirip selena berusia sekitar 14 tahun berlari ke arahnya, lalu memeluknya “ Ayah, kapan maia boleh setir mobil sendiri?”. Gadis kecil itu menyebut dirinya “ayah”. Marc tertawa bahagia balas memeluk gadis kecilnya, lalu mencium kening bocah itu. Selena mendekat, kemudian marc meraihnya memeluk keduanya.
***

Minggu, 02 Maret 2014

THE SERIAL OF MARQUEZ FAMILY #seri1



Sub tittle  : No Nanny for a while
Genre       : Comedy mild :D
Category  : serial lepas

Talent      :
Marc Marquez as himself
Alex Marquez as himself
Myself as Alicia Marquez
Niccolo Antonelli as himself
                   
Ini adalah cerita keluarga Marquez yang ditinggal mudik asisten rumah tangganya. Marc, Alex dan Alicia terpaksa mengerjakan sendiri keperluannya. Untuk Marc dan Alex pekerjaan rumah tangga sebetulnya sudah bukan hal asing sebab sebelum Alicia lahir mereka sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri seperti membereskan tempat tidur, menyiapkan makan, bebersih setelah makan etc. Mami Roser menggunakan jasa asisten rumah tangga sejak si kecil Alicia lahir.

"Heyyy heyy!" Teriak Marc sambil menarik kerah leher adiknya. Alicia terpaksa mundur karena lehernya tercekik.

"Uhuk! Uhuk! " alicia terbatuk

"Haduh! sakit !!" Teriak alicia sambil memegangi kerahnya.

"Mau ke sekolah pake baju kusut gitu? Ga disetrika? Jangan malu-maluin  dong!" Kata marc seraya melepaskan kerah Alicia.

" iya masa abangnya jurdun motogp adiknya ke sekolah pake baju ngga disetrika!" Tambah Alex sambil bermalas malasan di atas sofa.

"Dasar kompor nih  Alex!" Sambil melemparkan topi sekolahnya ke arah alex

"Ayo setrika dulu bajunya!" Perintah Marc lagi

"Setrikaannya rusak abaaaangg!!" Bantah Alicia

"Ngga usah alesan, adik kecil" sambil mendorong tubuh kecil Alicia ke kamar.

"Nih...kalo ngga percaya, setrikanya ruuusak" Alicia menunjukkan bagian dasar setrikaan yang hitam akibat ada kain yang lengket dan gosong menempel.

Marc mengamati bagian dasar setrika itu.    
"Al, baju siapa yang kamu setrika sampai bolong?" Tanya marc curiga

Alicia terkesiap "bbbaju aku, iyahh baju akuuu"

Marc menghela nafas kesal, sebenarnya ia sayang pada Alicia dan ingin mengajarkan Alicia mandiri. Tapi mengingat baju yg berlubang akibat setrikaan belum lagi beberapa hari lalu tangan Alicia yang melepuh kena setrikaan.

"Ya sudah, lepas bajunya. Aku strikain dulu" kata marc datar

Alicia melompat girang di tempat.
"Bener bang? Abang memanglah kakak terhebat di duniaa" kata Alicia sambil mencium pipi Marc.

Meski Marc cenderung lebih saklak dari Alex, tapi ia lebih care pada Alicia. Tidak seperti Alex yang seharian cuma tidur tiduran di sofa kayak kucing rumahan.

Marc membersihkan bagian bawah sterika sebelum ia mule menyetrika kemeja Alicia.
Sementara di ruang tengah terdengar suara gaduh Alex yang sedang menonton truck battle di motorvision.

Alicia meninggalkan marc yang sedang menyetrika kemejanya, menuju ruang tengah.

"Siapa yang menang ?"  Tanya Alicia penasaran.

Alex menepuk keningnya ketika Alicia muncul.

"Aduhhh kenapa ngga pake baju sih dek? Haduh..." kata alex sampil memukul mukul jidatnya sendiri.

"Emang kenapa sih???" Kata Alicia sambil mendekati Alex.

Alex bangun dari sofa kepalanya celingak celinguk.

"Kalo ada orang lain lihat gimana? Jendela rumah kan tirainya dibuka, ayooo masukk kamar gihh" kata Alex sambil mendorong 

Alicia yang hanya mengenakan bra dan rok sekolah. Buah dadanya tidak terlalu besar memang. Baru tumbuh. :D

"Kenapa sih ah..kau dan marc juga sering telanjang dada..kenapa aku ngga boleh?" Bantah alicia.

Gubrak !! Alex hampir terjungkir mendengar pertanyaan Alicia.

"Al, kamu kan cewek...ngga boleh telanjang dada!" Terang alex sambil berkali kali menoyor kepala Alicia.

"Marc, mana baju Al, anak ini keluar kamar ga pake baju!!" Teriak Alex.

Marc keluar kamar membawa baju Alicia yang sudah licin. Memakaikan ke adik kecilnya itu. Sementara Alicia menjulurkan lidah ke Alex "weew abang jelek!!"

Agak berlebihan memang jika marc sampai memakaikan baju Alicia. Tapi marc hanya tidak mau kecerobohan Alicia terulang, salah memasang kancing baju, hingga baju nampak asimetris.

Semua karena marc sangat menantikan Alicia sejak masih dalam kandungan mamanya.
Tidak bagi Alex. Kehadiran Alicia hanya merampas perhatian marc dan orang tuanya saja.

****

Ini adalah hari ke 3 dari hari yang dijanjikan nanny nya Alicia alias asisten keluarga Marquez untuk kembali bekerja di keluarga Marquez, belum juga ada kabar. Rumah sudah tak teratur, hanya Marc yang terpaksa membereskan dengan sisa sisa tenaga setelah race atau training.

 Sementara Alex tidak peduli yang ia pastikan hanyalah sofa tempat ia melingkar tetap bersih, tidak ada bra maupun pembalus Alicia bertengger di sana.

"Alexx...alexxxx" terdengar teriakan Alicia dari kamar mandi.
Alex yang tengah asyik dengan play station nya tak menjawab.

"Alexxxxxx!!!" Teriakan Alicia makin kencang, jika sudah seperti ini sebentar lagi artinya Alicia akan menangis. Sungguh merepotkan punya adik perempuan. Gerutu Alex

Biasanya Marc akan datang jika Alicia berteriak teriak, tapi hari itu mereka hanya berdua di rumah. Marc dan orang tuanya sedang ke Valencia menghadiri jamuan dari client.

Alex berjalan malas menuju kamar mandi "apa yang ketinggalan?" Tanya alex sesampainya di depan pintu kamar mandi. 

Kebiasaan Alicia tiap acara mandi selalu saja ada yang ktinggalan dan yang paling adalah ketinggalan handuk atau saat haid lupa membawa pembalut ke kamar mandi.
Alicia membuka pintü kamar mandi sedikit, menampakkan wajahnya yg basah dan penuh busa shampoo.

"Alex!!, airnya mati. Mataku pedihhh"
Alex terbahak melihat tampang Alicia. Alex segera berbalik. Ia salah mematikan aliran air tadi selesai mencuci mobil tadi. Kasian Alicia.

Baru saja Alex akan melingkarkan badannya di sofa, terdengar lagi teriakan Alicia. Alex mendengus kesal !!

Pasti handuk! Pikir Alex sebab saat ia tadi menyalakan aliran air ke kamar mandi ia sempat melihat handuk pink hello kity kesayangan Alicia masih di sana.
Terpaksa Alex mengurungkan niatnya untuk bermalas malasan di atas sofa. Ia mengambil handuk Alicia.

"apalagi sih Al?" Teriak Alex di depan pintu kamar mandi sambil menenteng handuk
Alicia membuka pintu sedikit, belum lagi ia menjawab pertanyaan Alex, sebuah handuk pink mendarat dengan kencang ke wajahnya.

Alex berlalu kembali ke singgasananya. Meneruskan game tadi.

Tak berapa lama Alicia muncul di hadapan Alex, mengenakan hotpant putih polkadot pink muda dan tangtop senada dengan polkadotnya. Sebuah tas pink dengan rantai silver melingkar di pundaknya.

"Alex..udah oke kan?"
Alex menatap adiknya dari ujung kepala sampai ujung kaki

"Mo kemana??"

"Hehe...antonelli mengajaku nonton monster university!!" Lalu berlari menuju pintu depan dan belum sempat Alex menangkapnya, Antonelli sudah melesat membawa Alicia.

"Semprul si antonelli, bisa aja alesan ngajak nonton film kartun!!, awas aja berani pegang paha adik gw!" Alex mengomel sendiri. 

Alex cukup kewalahan menanggapi beberapa teman moto3 yang tergila gila dengan alicia terutama yang usianya lebih muda dari Alex. Bukan Alex tidak suka dengan mereka tapi Alicia masih terlalu kecil buat pacaran, pakai kemeja aja belum bisa!!! Alex lalu bergegas mengambil kunci mobilnya.

Antonelli memeluk Alicia lekat-lekat , kek perangko aja. Alicia yang semula biasa saja jadi merasa ngga nyaman

"Antonelli, kamu ngapain sih peluknya kenceng banget, gw susah nafass" keluh Alicia, wajahnya mulai basah oleh keringat.
Antonelli bukan merenggangkan pelukannya malah menciumi pundak Alicia. Alicia hanya pasrah sepertinya Antonelli bukan tak mendengar Alicia tapi tak mau dengar, akhirnya giliran mereka memasuki studio 2 yang memutar monster university.

Alicia baru akan menduduki kursinya, antonelli menarik ke pangkuannya. Hampir saja bibirnya mendarat ke bibir Alicia, ketika ada seseorang yang menarik Alicia dari pangkuannya.

"Alicia sudah besar, dia ngga perlu dipangku ant!!" Tiba tiba Alex muncul kemudian duduk di antara Antonelli dan Alicia.

"Meski alex sering menyebalkan tapi ia selalu datang pada saat yang tepat" bathin Alicia


***

"Marc, sepertinya kita harus mendidik Alicia masak, masa ceplok telur aja harus kita, kita kan rider masa ceplok telur.." keluh Alex dari atas sofanya. Alex si hantu penghuni sofa.

Marc yang sedang menghabiskan pasta di kursi makan belakang sofa terhenti sejenak.
"Ngga papalah, Alicia masih kecil. Lagipula hanya ceplok telur, lu aja yang pemalesan lex!!" Jawab Marc lalu melanjutkan lagi makannya.

"Tapi kan dia cewek, masa cewek ngga bisa masak..." timpal alex.

Akhirnya yang sedang diperbincangkan muncul dari kamar dengan baju tidur hello kitty pink dan sendal tidur kepala kelinci serta boneka teddy bear dipelukannya. Rambutnya acak acakan.

"Makan apa kak?" Tanya Alicia pada marc sambil mengucek matanya yang masih ngantuk.
"Pasta, kamu mau? Nanti kakak buatkan" tanya marc

Sementara Alex hanya mencibir di balik sofanya.

Alicia menggeleng "aku mau jus dan telor mata sapi"

"Okee, ayok kita ke dapur!!" Ajak Marc sambil merangkul Alicia.

Telfon berdering. Karena tidak ada orang terpaksa Alex mengangkatnya. Hector Martin mencari Marc.

Alex berlari ke dapur menjumpai kakaknya "marc hector nih" sambil menyodorkan telfon. Marc menerima telfon itu lalu berjalan keluar dapur.

Alhasil tinggal Alex dan Alicia di dapur. Alicia menatap penuh arti ke arah Alex yang artinya "ceplokin gw telor doong..." tanpa dikatakan Alex sudah tau maksud Alicia. Alex mengangkat kedua tangannya 

"...ceplok telor sendiri yah adik manis ..."

"Siapa takut, !!!" Jawab Alicia sebal.

Lalu Alicia keluar dapur dan meminta kunci gudang ke Alex. Dengan kepala penuh pertanyaan Alex memberikannya. Apa hubungannya kunci gudang yang berisi perlatan balap dan ceplok telur. Tapi sudahlah Alex menuruti saja.

Alex kembali bertahta di sofanya, sementara Marc masih belum usai berbicara dengan Hector. Alex mencari channel yang menurutnya menarik, akhirnya ia berhenti di fox channel sedang ada live motoXGP.

Sementara masih iklan, alex mendengar suara gemericik minyak yang sedang dipakai ceplok telor. Alex tersenyum sendiri dalam hatinya sebentar lagi Alicia pasti akan berteriak teriak minta tolong.
Tapi dugaan Alex salah, tidak ada suara teriakan Alicia yang kepanikan karena takut kecipratan minyak. Alex bangun dari sofanya hendak mengintip ke dapur.

"Loh lex, kok disini? Yang bantuin Alicia ceplok telur siapa?" Tanya marc usai menerima telfon dari Hector.

"Sst, ayo kita lihat tadi aku menyuruhnya ceplok telur sendiri"

Lalu keduanya ke dapur. Alex dan marc kaget bukan main ketika dilihatnya seseorang dengan baju balap lengkap dengan helmnya tengah berada di dapur.

Alex dan marc saling berpandangan. "Itu siapa?" Sama sama melontarkan pertanyaan.

"Pake baju balap gw pulak!" Gerutu Alex

"Taraaaa, ceplok telurnya jadiiii..." seseorang dengan  baju balap itu membalikan badannya dan  berteriak riang dengan sepiring ceplok telor di tangan kanannya lalu tangan kirinya membuka kaca helm. Dan tampaklah wajah Alicia dari balik helm itu.
Marc dan Alex terpingkal-pingkal melihat ulah Alicia.

Marc melepaskan helm yang dipakai Alicia "ada ada aja al.."

"Yah abis alex ngga bantuin alice sih.."

"Oh jadi tadi pinjem kunci gudang buat ambil baju balap ini?" 

Alicia nyengir kuda dengan pertanyaan Alex.

"Ide bagus Al, kau aman haha"

"Ide bagus apa, lihat sarung tanganku bahkan penuh minyak begini" bantah alex sambil menunjukkan sarung tangannya yang penuh minyak

"Maaf, nanti kubersihkan. Habis kau tadi tak mau bantu, aku lapar sekali tau..."

"Lagipula kenapa bukan baju marc saja yang kau pakai"

"Baju marc tertata rapi di lemari dan aku ngga tau di mana kuncinya, sementara bajumu teronggok" jawab Alicia sambil mencibir

Marc hanya terbahak melihat celotehan adik adiknya. Alex kurang rapi memang dalam urusan menyimpan barang barangnya.

"Aku buatkan kalian juga nih..." kata Alicia sambil menyodorkan masing masing sebuah telor mata sapi

ini link seri 2
http://mercymarc.blogspot.com/2014/04/marquez-family-serial-2.html