Powered By Blogger

Selasa, 16 Juni 2015

The Rest of My Life #4

Cover Story of The rest of My Life #4



hi dear...
ternyata kegagalan marc di beberapa balapan terakhir ini penyebabnya (in my imagination)..hehe selamat membaca

Seri 3 nya keterlauan jauh kepisah sama seri 4. pasti kalian lupa ceritanya. nah silahkan baca lagi di link berikut untuk mengingat kembali  TROML #3

------------------------

Marc setengah berlari memasuki koridor rumah sakit, ia terlambat 30 menit dari jadwal operasi Ilona. Pagi itu Marc mengenakan sweater abu abu dan celana kain berwarna hitam. Meski telah masuk musin panas, tapi suhu di pagi hari seringkali drop hingga suhu dibawah 10 derajat, meski kemudian saat siang hari bisa mencapai suhu 35 derajat.

Marc mendorong pintu kamar perawatan ilona. Matanya menjelajahi ruangan. Kosong.

"Ah pasti ilona sudah masuk ruang operasi" bathin Marc. Marc kembali berlalri menuju ruang operasi. tidak sulit baginya menemukan ruang operasi karena dirinya pernah beberapa kali dioperasi di rumah sakit itu akibat kecelakaan saat race.

Marc berhenti di sebuah ruang dengan ukuran pintu raksasa, ruang operasi. Di depan ruang itu terdapat beberapa kursi yang biasa digunakan untuk keluarga pasien menunggu. Marc mengamati wajah-wajah yang duduk di kursi itu, tak satupun ia kenal. Tidak ada bibi Carlotta, paman Emilio maupun ayah Ilona.

"Kemana mereka semua?'' tanya Marc pada diri sendiri.
 marc menyenderkan badannya ke tembok, kepalanya menengadah. sejenak mengatur nafas dan menata pikiran. setelah terdiam beberapa saat, marc memutuskan untuk ke ruangan dokter Mir.

Ruangan dokter Mir kosong, pun perawat yang biasa menjadi asistennya. Marc terduduk pasrah di salah satu kursi di ruangan dokter Mir, mengeluarkan iphone dari sakunya. Mencoba menghubungi bibi Carlotta dan paman Emilio. Tapi tidak diangkat.

Marc meremas rambutnya, kedua siku ia topangkan di atas paha. Tertunduk.
."tuan marc!"

Tiba tiba sebuah suara memecah keheningan. Marc terjaga dari lamunannya.

"Yah?" Sahut marc sambil merapikan jambul nya yang rusak setelah ia remas tadi.

"Mencari dokter mir?" Tanya seorang perawat

"Ah iya betul, ehh tidak sebetulnya saya mencari pasien bernama Ilona yang seharusnya operasi hari ini. Saya sudah ke ruang operasi tapi tidak ada..ehmm..."

"Nona Ilona dipindahkan ke rumah sakit Universitat de barcelona, tadi pagi ia kritis ...."

"Apaa??? Tapi tapi kemarin ia baik baik saja..."tanya Marc panik tak keruan.

Perawat tadi mundur satu langkah, ia khawatir Marc akan menerkamnya.

Percuma, Marc bangkit menangkap kedua pundak perawat tadi dan mengguncangkannya sambil memberondong banyak pertanyaan "keadaannya bagaimana sekarang, katakan! Di ruang apa? Kritis bagaimana? Apakah dia akan selamat?"

Si perawat itu melepaskan cengkeraman tangan Marc
"tenanglah tuan, jangan panik pergilah ke rumah sakit universitat de barcelona, nona ilona ada di ICU. Dan berdoalah Tuhan memberikan yang terbaik untuknya. Tuan..selama ini saya mengenal tuan sangat baik bisa mengontrol emosi. Tuan pasti bisa melewatinya...."

Marc tertegun sejenak. Benar. Perawat itu benar. Baru saja Marc kehilangan kontrol emosinya. Untuk pertama kalinya pikiran negatif menghantui pikirannya. Betapa tidak menyenangkan memiliki pikiran negatif. Marc baru saja berfikir negatif tentang keadaan ilona yang membuatnya panik. "Keep calm, marc! She will be okay" lalu Marc menarik nafas dalam dalam, menata hati dan emosinya.

***

Lapisan bening di bola mata Marc, membuat pandangannya blur. Menatap tanpa berkedip sosok cantik di hadapannya. Ilona. Wajahnya putih seperti kertas. Bibirnya biru-ungu, bersembunyi di balik masker oksigen. Rambut nya terbungkus cap. Matanya terpejam menampakkan lentik bulu mata, tebal. Alisnya tertata rapi, meski bukan hasil sulam alis. Tubuhnya tipis di balik selimut tebal yang menutupinya. Jemarinya yang panjang-lentik, terdiam kaku dengan jarum infus yang menembus pembuluh darahnya yang tipis. Marc menyentuh pipi Ilona. Dingin. Alat monitor jantung naik turun dengan lemah suaranya mengiris-iris perasaan Marc. Perasaan takut suara alat perekam jantung itu berhenti. Lapisan bening itu tak terbendung. Marc memejamkan matanya, dan cairan bening meluncur deras. Tubuh Marc terguncang-guncang, menahan tangis dan perih. Marc tidak pernah menyangka sedalam itu cintanya pada Ilona, hingga kesakitan Ilona menjadi kesakitannya juga. Marc menangis tanpa suara.

"Ilona, bangunlah...sayang....ini aku...." bisik Marc dengan lembut di telinga Ilona. Seseorang menyentuh pundak Marc. Bibi Vanessa.

"Sudah Marc, percayakan pada tim dokter. Ilona berada di tangan yang tepat. Ada yang mencarimu di luar " Ucap bibi Vanessa

Marc menghapus air mata dengan punggung tangannya sebelum menoleh. 

'Ehmm, iya...saya permisi bi, " Marc beranjak keluar dari ICU dengan wajah tertunduk.

Mata Marc masih merah, ia menemui seseorang yang dikatakan bibi Vanessa.

"Hector, ayo kita berangkat "

'Marc, kau baik-baik saja ? ' Tanya Hector penasaran

"Aku tidak tau, jika bisa aku memilih, aku tidak ingin pergi ke Jerez " jawab Marc datar.

---Jerez FP 1 dan 2 ---

Team repsol honda dibuat pusing 7 keliling dengan perubahan Marc. Marc seperti lupa cara tersenyum. Keceriaan dalam tim yang biasa ia ciptakan tak lagi ada. Sepi. Candaan Luigi, banyolan Milo dan ledekan martinez. Nol besar !. Sedikitpun tidak membuat Marc tersenyum. Nakamoto pun tak berkutik menghadapi Marc. Marc seperti 2 sisi pisau. Jika ia tertawa ia seperti anak-anak yang menyenangkan yang bisa diganggu seiapa saja yang ingin membuat tertawa siapa saja. Jika ia diam, ia seperti arca-dingin membatu-tanpa ekspresi.

---Jerez FP4-5 dan Kualifikasi ---

Santi mengguncang pundak Marc " Marc, apa inputnya? settingan apa yang masih kurang? sebentar lagi kualifikasi, sejak kemarin tidak ada satupun input yang bisa kita buat untuk improve "

Marc menatap Santi dengan bibir terkatup rapat " Oke, semua oke. Kalian team yang hebat " kemudian berlalu duduk di kursinya. Membuka iphone-nya, tampak menghubungi seseorang

'Bibi Carlotta, bagaimana keadaaan Ilona hari ini ? apakah ia sudah sadar ?" tanya Marc gusar. 

"Belum, tapi kondisinya mulai stabil, tekanan darahnya mulai naik. Mudah-mudahan besok membaik lagi ''

"Terimakasih, nanti aku hubungi kembali". Marc menutup telefonnya.

Kualifikasi, masih tersisa 10 menit lagi tapi Marc memutuskan untuk menyudahi. Ia kembali ke pit. catatan waktunya terlibas oleh rider lain. Untuk pertama kalinya sepnjang karir balapnya ia masuk ke Q2. Media massa dibuat heboh dengan pemberitaan itu. Semua bertanya "ada apa dengan Marc?". Menjadi Headline di semua media massa sport.


----Race Day, Jerez 2015 ----

Start di posisi 13. Tapi bukan itu yang membuatnya murung. Bahkan lebih murung dari hari kemarin. Semalaman Marc tidak bisa tidur. Bibi Vanessa menelfonnya mengabarkan bahwa Ilona gagal nafas. Paru-parunya tidak bisa bernafas secara otomatis. Ia memerlukan alat untuk memacu paru-parunya agar bisa memompa udara. Di balik helm lotus bergambar semut merah, kaca hitam. Air matanya tak terbendung. Seiring lampu hijau menyala, di antara deru suara mesin motor. Marc berteriak sekerasnya, meluapkan emosinya. Yang ia inginkan adalah balapan cepat berlalu. lap demi lap terasa sangat lama. Hanya ada 1 rider di depannya, entah sudah lap ke berapa. Marc tak lagi memperhatikan pit board. Bayangan wajah Ilona yang tergeletak lemah di ruang ICU terus melintas dipikirannya. Hingga pegangan tangannya terlepas dan tubuhnya mendarat dengan keras di atas aspal, motornya terlempar. Semuanya berakhir sebelum race berakhir.

Pemberitaanpun semakin santer, tentang gagal finish yang Marc alami. Ini kali ke 2 Marc DNF. Hingga saat ini media gagal mengorek penyebab hal tersebut terjadi. Beberapa media pun mengkambing hitamkan buruknya mesin Honda tahun ini. Semua hanya spekulasi. Hanya Marc yang bisa mengalahkan dirinya. Seharusnya media mengingat itu. Headline yang selalu ditulis sepanjang tahun 2014, ketika Marc mendominasi.

----Cerverra---

Hector bersama Alex menuju Cervera, Marc memutuskan untuk tetap di Barcelona.

'Alex, ada apa dengan Marc?'

Alex tak menjawab, tatapannya lurus ke depan. Alex menarik nafas berat lalu menghembuskannya kuat kuat.

"Marc melarangku bercerita, tapi aku rasa lebih baik kalau kau tau "

'Ceritakanlah...aku tidak akan mengatakan pada siapapun. Barangkali aku bisa membantunya jika aku tau apa masalahnya"

"Marc jatuh cinta dengan seorang gadis penderita Myasthenia Gravis"

sontak Hector mengerem mobil yang sedang dokemudikannya. beruntung mereka semua memakai sabuk pengaman hingga tidak terlempar

Alex mengelus dadanya. 

"Maaf Alex, aku benar-benar benar terkejut. Kurasa lebih baik kita menepi". Hector mengarahkan mobil ke rest area.

"Apa kau tau Myasthenia gravis ?"

"Aku tau, sahabatku dulu pun pergi karena penyakit itu. Padahal ia telah menjalani operasi, hmm jadi yang sedang di rawat di barcelona adalah wanita itu ?'

Alex mengangguk.

Siapa namanya ?" tanya Hector lebih lanjut

"Ilona Mayla Rozquez"

'kau yakin itu namanya ? sebelum aku pindah ke sini, aku tinggal di madrid. bukankah itu nama balerina paling berbakat yang dimiliki spanyol?"

Alex menggeleng kembali " Aku tidak tau, kurasa tidak mungkin, sebab dia lumpuh. Ia menggunakan kursi roda "

"apa ini pertama kalinya Marc, jatuh cinta? "

"Kurasa iya, wajahnya selalu berninar ketika menceritakan Ilona. kau tau biasanya hanya valentino rossi yang paling semangat ia ceritakan. Aku tidak mengerti bagaimana Ilona di mata marc, Ilona begitu sempurna di mata Marc, padahal Ilona yang kulihat adalah gadis berkursi roda. Mungkin itu namanya true love. entahlah aku sendiri belum pernah mengalami hal seperti Marc. Terakhir Marc bercerita padaku hubungan mereka serius. Aku merasa senang bercampur sedih. Aku senang melihat Marc bahagia, dia adalah orang terdekatku, tapi aku khawatir dan sedih bagaimana jika Ilona meninggal? bagaimana hancurnya perasaan Marc. Kau tau bagaimana kacaunya marc di motoGp jerez? Kurasa sekarang kau sudah tau sekarang, apa penyebab Marc berubah. Hector kurasa hanya itu yang aku tau..."

Hector termenung. Tidak tau harus berkata apa, selain bergegas kembali melanjutkan perjalanan ke Cervera.


****

Hampir 2 minggu Ilona tergeletak tak berdaya, keberadaannya tergantung pada semua alat-alat yang terpasang di badannya. Ada rasa menyesal dalam hati Marc. Rasa menyesal telah mempersuasi Ilona untuk menjalani timektomi. Seandainya timektomi itu tidak dilakukan, mungkin Ilona tidak akan mengalami koma panjang seperti ini. Seribu kali Marc memandang wajah diam ilona sejuta kali Marc ingin  menatapnya kembali. 

Dua hari lalu, alat bantu paru-parunya sudah dilepas. paru-pari Ilona kini sudah bisa berfungsi secara otomatis lagi. Marc  mengusap jemari Ilona, punggung tangan gadis kecintaannya ini sedikit membengkak akibat terlalu lama menerima infus. Marc tersentak ketika jari Ilona bergerak. Marc tercekat, matanya menyipit untuk lebih fokus, meyakinkan diri dengan matanya bahwa perasaanya tadi tidak salah. Ia merasa jemari Ilona bergerak. jari Ilona benar benar bergerak. Marc ternganga bahagia tanpa suara. Wajahnya terasa hangat seakan semua darah mengalir ke wajahnya. Ilona sadar!
Bola mata Ilona bergerak gerak dibalik kelopaknya yang masih tertutup. Marc girang bukan main. Samar samar marc mendengar suara lemah Ilona

'haus....hausss " lemah dan tipis, namun Marc dengan pasti dapat mencerna, Ilona kehausan. Dapat dibayangkan selama 2 minggu koma tanpa ada air yang membasahi kerongkongannya. Marc beranjak keluar memanggil perawat.

Seorang perawat dengan name tag Carbonel di dada kirinya membantu membuka masker oksigen, dan menyuapkan air minum beberapa sendok. Marc memperhatikan dari balik kaca ICU dengan bibir menyungging senyum. Tidak ada yang lebih membahagiakannya selain melihat Ilona kembali sadar. Perawat itu tersenyum ke arah Marc.

Perawat itu mempersilahkan Marc masuk,

'Tuan Marc, silahkan masuk...nona Ilona sudah sadar.."

"Terimakasih ya, ehm rasanya aku pernah melihatmu "

Perawat itu tersenyum " Aku baru bertugas di sini 3 hari, sebelumnya aku bertugas di cervera, terimakasih telah mengingatku. Bangga rasanya diingat oleh juara dunia motoGP seperti Anda..."

'Ah jangan berlebihan, eh iya aku masuk dulu ya..."

'silahkan Tuan, oh iya...apa aku boleh minta tanda tanganmu lagi ? "

Marc menautkan alisnya "jangan panggil aku Tuan, panggil aku Marc saja, mana yang mau ditanda tangani ? '

'ehm besok saja Marc " kata Carbonel sambil tersenyum manis


***

Ilona POV

Mataku sulit sekali membuka, sedikt saja terbuka seakan cahaya membutakanku. Aku tidak tau seberapa lama aku terbaring di sini. Tubuhku berat melekat di atas tempat tidur. Aku hanya bisa menggerakan jemariku. Lidahku kaku, air liurku kering. Tiba tiba kurasakan sebuah kecupan mendarat di keningku. Bibir yang hangat dan lembut. Nafasnya hangat mengenai kulitku. Kecupan itu memberiku kekuatan untuk bisa membuka mataku. 
Aku belum bisa mengidentifikasi. mataku masih harus beradaptasi dengan cahaya. perlu beberapa waktu untuk mendapat gambaran lengkap bayangan seseorang yang menciumku tadi. Wajahnya mendekat, dekat sekali hingga hembusan nafasnya dapat kurasakan. Mata coklat itu, alis tebal itu, senyum ceria itu. "Marc " ucapku lemah

"iya sayang, aku di sini..." jawab Marc di telingaku lalu kembali menghujaniku dengan ciuman. Wajahku terasa hangat, darahku terpusat ke wajah, mengusir pucat.

Tidak ada yang lebih bahagia kurasakan selain melihatnya, saat siuman. Orang yang sangat kucintai, orang yang telah membuatku hidup kembali, seseorang yang membuat kerinduanku akan kematian hilang, aku ingin hidup untuknya, untuk Marc. 


****
Ruang 2207

Ilona terus membaik dan hari ini dipindahkan ke ruang perawatan. Selepas Kualifikasi Marc mengunjungi Ilona. Gadisnya itu sedang tertidur cantik. Marc tidak ingin menganggunya. Setelah hampir setengah jam menunggu di samping Ilona, ia nampak begitu terlelap. Marc memutuskan untuk tidak membangunkan Ilona, ia hanya meletakkan  rangkaian bunga mawar segar di samping Ilona, mengecup keningnya lalu meninggalkan ruangan itu.

Di luar ia bertemu kembali dengan perawat yang waktu itu. Carbonel.

'hei Marc, bagaimana temanmu hari ini?"

"hi, sudah membaik, kau tidak bertugas di ruang perawatan?"

"tidak, aku khusus bertugas di ruang ICU, syukurlah kalu sudah membaik "

'oh iya dia bukan temanku, dia adalah bagian dari diriku " ucap Marc mengkonfirmasi tanpa diminta. marc sudah terlalu jengah dengan perempuan yang berharap akan perhatiannya, mulai saat ini ia tidak ingin memberi harapan ke wanita manapun kecuali Ilona. Hanya Ilona.

Carbonel tersenyum hampa. "Ehm oh yaaa...dia wanita yang sangat beruntung ...'

"Bukan dia tapi aku, aku yang beruntung memilikinya " bantah Marc

'Ah baiklah, anything you say Champ !"

Selepas Marc pergi Carbonel memasuki kamar Ilona. Ia melihat rangkaian bunga dan sepucuk surat disampaing tenpat tidur Ilona. Carbonel mengambilnya lalu membawanya pergi. Di kejauhan tanpak carbonel membuang rangkaian bunga itu ke dalam tempat sampah.

----

Race Day, Catalunya 2015

Berkali-kali Marc mencoba menghubungi Ilona, tetapi tidak berhasil. Race moto 2 sudah selesai. padahal seharusnya Ilona menghubunginya jika ia membaca pesan dalam rangkaina bunga yang semalam ia letakkan di samping tempat tidur Ilona.

Ada panggilan masuk. Dari bibi Carlotta. 'Marc, ada apa dengan Ilona, sepanjang pagi ini dia murung, makan paginya belum di sentuh, panggilan teflonmu tidak dia angkat. Katanya kau ingkar janji tidak mengunjunginya semalam?"

Marc memijit-mijit keningnya " Aku ke sana tadi malam 30 minit aku di sana saat Ilona tertidur, aku meletakkan bunga dan pesan untuknya. Apa di tidak menerima bunga itu ?"

"Entahlah Marc, aku tidak melihat ada bunga di dalam ruangan. Coba aku tanya pada perawat mungkin ia yang membereskannya. Oh iya Marc kebetulan perawatnya aku kenal. Dia orang cervera, carbonel. kau kenal kan ? di pernah merawatmu saat kakimu patah dulu "

'Hah..Carbonel.. ii ya aku tau, tapi bukannya dia perawat ruang ICU ??..."

Firasatnya mengatakan carbonel akan membahayakan Ilona

 "Tolong...tolong jaga ilona jauhkan dari carbonel !" ucap marc gugup setengah berteriak

"Sudah dulu Marc, nanti aku hubungi lagi..."

Tanda tanya besar memenuhi kepala Marc sebelum race, ia tidak suka keadaan begini. Marc tidak ingin Ilona sakit hati oleh sesuatu hal yang bukan sebenarnya. Rasanya Marc tidak ingin membawa motornya keliling sirkuit tapi ia ingin membawa lari motornya ke hadapan Ilona, lalu menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Tanda tanya tentang Carbonel yang misterius, ya perawat itu selalu ada di manapun Marc berada.

Benar saja, baru 1 putaran, Marc sudah mendarat di gravel. Ia tidak melanjutkan balapan. Setelah performanya yang gemilang di Free parctice dan kualifikasi di Catalunya padahal sebelumnya tampil mengecewakan di Jerez hari ini Marc kembali memberi kejutan.
Race motoGP masih berlangsung, Marc sudah pergi meninggalkan sirkuit.

----

Ruang 2207

Ilona POV

Pagi itu aku terbangun, aku tidak menemukan rangkaian bunga atau boneka berpita dari Marc. 

'pagi nona cantik....' sapa seorang perawat

'pagi...." Ilona menyipitkan matanya, wajah perawat itu seperti ia kenali. Ya, itu adalah perawat di Cervera. Bagaimana mungkin dia berada di sini. Sekarang aku ingat, dia adalah perawat yang membawa amplop berisi foto-foto itu. foto-foto yang membuat pikiranku kalut menjelang operasi. Aku memejamkan mata, terbayang dihadapnku foto-foto Marc. Siapakah dia? mengapa ia memiliki foto Marc?

'Aku membawakanmu Jus strawberry, minumlah..." perawat itu mengulurkan segelas juice segar ke arahku. Tidak biasanya aku diberi makanan yang menyelerakan, mungkin mulai hari ini menu makanku berubah. Aku menerimanya. 

"terimakasih ya..." ucapku, lalu meletakkannya di meja

'minumlah sekarang...'

'iya nanti aku minum, hmm kau bukannya perawat yang menitipkan amplop untuk Marc?

'kau ingat, kupikir koma panjang sudah merusak memorimu "

'Aku tidak sempat memberikannya..."

"Tidak masalah, aku bisa memberikannya langsung ..."

Wajahku meradang, "tapi amplop itu entah di mana, aku tidak sengaja melihat isinya"

Carbonel tersenyum simpul. Aku semakin penasaran. "kenapa kau memiliki foto- foto Marc?"

"Minumlah Jus mu ayo, nanti aku jelaskan " ucap Carbonel setengah memaksa. Aku berusaha berontak tapi otot2ku belum sepenuhnya terkontrol aku masih harus mengikuti serangkaian fisioterapi untuk melatih gerak motorikku.

Untungnya bibi carlotta muncul. Bibi carlotta merebut gelas berisi Jus itu ' Jangan paksa dia ' teriak bibi Carlotta

Carbonel terkejut. Wajahnya kalap. lalu tiba tiab tertawa keras " hahaha...kau wanita lumpuh, sebentar lagi akan masuk peti mati, kau tidak pantas untuk Marc. kau pikir kau pantas ha??? ahahaha kau itu cuma wanita lumpuh hahaha "

Aku menangis mendengar kata-katanya, dia benar aku wanita lumpuh, aku tidak pantas untuk Marc. Tiba tiba carbonel mendekatiku dan melingkarkan jemarinya di leherku. Aku shock, sebelum semuanya menjadi gelap.

---------




 
 













Sabtu, 13 Juni 2015

The Serial of Marquez Family #10

TSOMF season 10 is coming !
Cover Story - TSOMF season 10


Apakah kamu pembaca baru serial ini ?
Jangan lewatkan serial sebelumnya, klik aja link berikut:
TSOMF season 10, begin.....
 

Pagi-menjelang siang yang sejuk di musim semi. Angin semilir membangunkan rerumputan untuk senam pagi. Goyang kanan-goyang kiri. Rumah keluarga Marquez dari luar tampak lengang. Hanya seekor kucing putih di teras rumah tengah berjalan mengikuti burung-burung kecil yang berlompatan di halaman rumah.



Kemudian suasana hening  itu pun pecah !



“Mamiiiiiiiiiiii” Teriak Alicia histeris hingga 7 oktaf. Teriakan Alicia lebih mengagetkan dari suara petir di tengah hujan.



Mami Roser yang lagi ngerapiin alis sampai kaget, dan akibatnya alisnya gundul separuh. Papi Julia yang lagi asyik minum kopi sambil baca koran sampai keselek. Alex yang udah 2 jam nongkrong di WC , sembelitnya kumat dan pas hampir berhasil mengejan tiba-tiba hilang selera pup karena kaget dengan teriakan Alicia. Ilfil . “Alicia reseh !!” Gerutu Alex. Beruntung kakek Ramon sedang tidak menginap di rumah, bisa-bisa kena heartc attack kalo dengar teriakan Alicia barusan.



“Mamiiii....Papiiiiiii, Alexxxx ....Marc kecelakaan, huaaaa !!!” tangis Alicia meledak.



Mami langsung lari keluar kamar. Papi sambil terbatuk batuk juga sama berlari ke ruang tengah. Meski kesal awalnya tapi demi mendengar Marc kecelakaan Alex langsung ngacir dari WC. Saat Alex datang papi dan mami lagi melukin Alicia. Alex menghambur bergabung memeluk mereka.



Sedetik kemudian. Tangis haru tiba tiba lenyap begitu Alex mendekap mereka dengan tangan panjangnya. “Ah, betapa aku ini sangat menenangkan, sekali peluk semua diam” batin Alex.



Alicia, Papi Julia, dan Mami Roser berontak dari pelukan Alex lalu mengambil jarak, sambil ketiganya menutup hidung



Alex celingukan lalu garuk garuk rambutnya yang udah mirip sarang burung.



‘Alex bauuuuu kentuutt” teriak Alicia



“Kamu abis kecemplung WC? Bau banget??’ omel mami Roser



‘Alex kamu ngga cebok ??” tuduh papi Julia



“Udah pap! udah cebok...cuman  kentut, dikiiiittttt“ jawab Alex sambil ngerlingin matanya, ikut-ikutan gaya Marc kalo ketemu kecengannya.


“Al, gimana Marc?’ tanya Alex khawatir

Alicia bukannya menjawab, malah menangis histeris lagi


Mami Roser jadi khawatir betulan, “Al, marc kenapa ??”


“Huaaa, mamiiiiiii Marc kecelakaan di dirt track, barusan Om Hector yang telfon “


“Sekarang marc di mana, yang luka apanya??? “ tanya mami dengan gusar sambil mengguncang-guncang pundak Alicia.



Bukannya jadi cepet ngejawab karena saking kencengnya megguncang malah Alicia jadi kesedak dan batuk batuk. Trus asmanya kumat. Akhirnya malah Mami, Papi dan Alex jadi tergopoh gopoh bawa Alicua ke UGD rumah sakit.



Marc cengar cengir melihat kelingkingnya yang gendut karena dibalut perban. Antara sakit dan lucu. Marc cuma retak di kelingking, dan Marc ngga kenapa napa bahkan masih cengar cengir seperti nggak ada apa-apa.



“Marc, sebentar lagi mungkin keluargamu datang aku sudah kasih mereka kabar” ucap Hector saat menghampiri Marc.


“haha ngga usah dikabari padahal, mereka itu lebay. Siapa tadi yang terima telfon?” tanya Marc santai.


“Alicia, kubilang kau di rumah sakit, karena kecelakaan kecil “ jawab Hector


“Di mana Martinez, aku mau minta tolong antar ke rumah, tangan kiriku masih kebas sisa bius tadi “


“Biar aku yang antar saja, Martinez sudah pulang. Dia merasa bersalah menggilas kelingkingmu, sudah lah biarkan dia merenung. Semoga tidak terulang lagi ketololannya “ lanjut Hector acuh.


Marc hanya mengangkat kedua pundaknya, lalu turun dari tempat tidur. Ia tau antara Hector dan Martinez tidak begitu cocok secara personal. Jadi lebih baik, no comment.


Marc berjalan di belakang Hector, ketika melewati UGD langkah mereka terhenti. Tentu saja Marc hafal betul dengan yang ia lihat. Alex sedang tergopoh menggendong Alicia diikuti Mami Roser dan Papi Julia.


Alicia langsung ditangani oleh dokter jaga. Sementara keluarga menunggu di luar.


“Mam, Alicia kenapa ? “ tanya Marc. Mami, Alex dan Papi spontan menoleh. Pertama pandangan mami ke Marc, melihat Marc baik-baik saja dari ujung kaki sampai ujung rambut. Pandangan mami beralih ke Hector, kali ini tatapan-kesal.


“Hector !! tadi ngabarinnya gimana sih? Alcia bisa histeris gitu di rumah dapet denger kabar Marc kecelakaan ? “ tanya mami roser emosi ke Hector


‘Iya Hector, cobalah jangan menyampaikan berita berlebihan, Alicia sampai shock dan asmanya kambuh “ sela Papi Julia

Hector kelabakan, bingung sebab seingetnya sudah dengan jelas mengatakan pada Alicia bahwa Marc mengalami kecelakaan ringan dan hanya terluka di jari kelingking. Kelingking.

“Iya mam, Marc cuma retak kelingkingnya nih” kata Marc sambil menunjukkan kelingkingnya yang diperban plus senyuman inosen-jangan marahin aku mam.


Mami memalingkan wajahnya dengan kesal “ Sudahlah, kalo gitu mami mau lihat kondisi Alicia dulu, nanti mamai kembali lagi ke sini ya”


Mami Roser memasuki ruang perawatan Alicia, putri kecilnya itu mengenakan masker uap. Alicia langsung melambaikan tangan ke mami Roser begitu muncul di pintu.


“Alicia, udah ngga sesek lagi?? , kamu bikin Mami panik...’ kata Mami sambil mengecup kening Alicia.



Alicia memandang wajah maminya, semula menatap haru namun kemudian ekspresi Alicia berubah. Alicia memejamkan matanya dan menahan tawa.



Alex yang muncul di belakang mami jadi heran, melihat Alicia cekikikan dibalik masker uapnya. Alicia malah menunjuk nunjuk ke arah Mami, Alexpun menoleh ke wajah Mami dan langsung terbahak.



Mami Roser jadi bingung, kebetulan ada kaca dinding. Setelah melihat wajahnya di kaca lalu teriak histeris, 7 oktaf. Sudah tau bakat histeris teriakan tuju oktaf yang dimiliki Alicia menurun dari siapa kan?



Mami Roser shock menatap wajahnya sendiri, karena alisnya yang kanan gundul !!!!



Marc yang masih di luar ruangan langsung ngacir ke UGD. Setelah tau apa yang terjadi mereka semua terbahak. Kecuali mami Roser dan Papi. Sebetulnya Papi juga pengen ketawa tapi Papi tidak tidak berani melakukannya. Papi cemen, Pasti papi takut kalo ngetawain mami nanti ngga dimasakin trus disuruh bobo di luar bareng sama Maru.



####





Yang paling sedih akibat kelingking Marc retak adalah Alicia. Masih inget kebiasaan Alicia yang males cuci piring? Kemalesannya cuci piring bukan karena males sebetulnya tapi karena kulit tangan Alicia super sensitif kalau kena sabun cuci. Pastinya pahlawan buat Alicia dalam hal ini adalah Marc. Marc rela menggantikan jatah Alicia cuci piring. Tapi sekarang kelingking tangan Marc sakit. :(


 
Alex? Aaaah!! Tidak bisa diharapkan. Alicia menatap tumpukan piring kotor di dapur dengan wajah merana. Marc sedang pergi fisioterapi, Alex melingkar di sofa , mami pergi ke salon untuk sulam alis yang kemaren tercukur, dianter sama papi. Belum mencuci aja rasanya sudah gatal gatal.



“tingtong “ ada seseorang datang. Alicia bergegas membukakan pintu depan.



“Halo kamu pasti Alicia kan? Si barbie keluarga Marquez “



Bukannya senang Alicia malah mendengus kesal dengan orang itu. Siapa sih ngga kenal ketemu langsung ngegombal



“Ada perlu apa ya? “ tanya Alicia ketus dan tak memeperduliakn pertanyaan sebelumnya



“Ehm, aku Martinez personal asistant marc yang baru ...”



“ Ohhhw, asisten baru yang melindas kelingking Marc kan ?” desak Alicia



“Marc mengatakan padamu ? “ tanya orang itu khawatir, tercetak jelas di wajahnya dia khawatir campur takut



“ Jadi betul ? ‘ tanya Alicia memojokkan.



“Aku minta maaf tapi aku betul betul menyesal, aku tidak sengaja ‘



‘Sudahlah aku malas mendengarnya “



Tiba tiba terlintas dikepala untuk memperkerjakan, dan memanfaatkan martinez ini.





“Apapun akan kulakukan agar Marc memaafkanku..” Martinez memohon



Alicia menyembunyikan senyum jahilnya. Ini kesempatan ! Pikirnya



Lucu juga melihat orang seseram Martinez memelas di depan gadis remaja yang berwajah inosen seperti Alicia.



“Kau tau, sejak Marc terluka kelingkingnya di rumah ini tidak ada yang mencuci piring ‘



Martinez melongo. Tidak menyangka seorang juara dunia seperti Marc masih mencuci piring di rumahnya.



‘Kalau tidak percaya ayo ikut aku “ ajak Alicia, lalu membawa martinez ke dapur.



Martinez makin melongo, tumpukan piring yang menggunung.



“Kau bersedia mencuci piring sebanyak itu ? Ini tidak seberapa dibandingkan kerugian Marc dengan kelingkingnya yang luka kan?’



Martinez tidak menjawab, ia segera membuka kemejanya. Tanpa menjawab ia segera mencuci piring piring itu satu per satu. Alicia bersorak girang tanpa suara di balik pintu dapur.



“ Yess !! Berhasil !! Rasain luuu martinez “


Alicia meninggalkan Martinez di dapur, lalu berlari ke ruang tamu, mengajak Maru berlatih ketangkasan. Sebentar lagi ada turnamen ketangkasan kucing, jangan sampai gelar Maru sebagai kucing paling tangkas di Andorra dikalahkan oleh kucing keluarga Espargaro.



*****

see u at TSOMF 11

Minggu, 07 Juni 2015

CYBERMARC #2


Mereka bertemu karena kekuatan medan magnet listrik yang tercipta. Elektromagnetik.

lupa dengan cerita cybermarc 1? dont worry klik aja nih CYBERMARC 1
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Andorra La Vella - 20.00 CET


Seorang gadis berambut hitam pekat sebahu berjalan tergesa menuju ATM center, kilatan cahaya lampu memantul dari rambutnya. Gadis itu berjalan tergopoh menenteng sebuah ransel berwarna dusty pink dengan gantungan nama bertulisa "Electra", sesekali ia mendorong kacamatanya yang sedikit melorot. Sore itu cukup panas, keringat bercucuran dibalik jaket yang ia kenakan, keringat pula yang membuat posisi kaca mata terus menerus minta dibetulkan. Wajah gadis itu polos tak bermake-up seperti kebanyakan gadis seumurnya, wajahnya natural bersih meski tak bisa disembunyikan kelelahan di wajahnya serta lingkaran hitam dibalik kacamatanya. Namanya Electra.



Sesampainya di depan pintu ATM, gadis itu menyeka keringatnya lalu sejenak terdiam di depan pintu ATM yang bertuliskan "PULL".
Gadis itu membuka tasnya mencari-cari sesuatu. Sejurus kemudian ia mengeluarkan sarung tangan karet dari dalam tasnya, segera ia memakainya lalu membuka pintu ATM yang bergagang besi itu. . Hari ini adalah hari terakhir batas waktu pembayaran kartu kreditnya.

Marc mengerutkan keningnya "Gila cantik-cantik perampok mesin ATM" , Marc mendekati mesin ATM itu, bersembunyi di balik didning bening ATM. bersiap siap teriak RAMPOOOK seandainya gadis itu mulai membobol mesin ATM.

Marc terus memperhatikan gadis itu dari luar. gadis itu Nampak kebingunan di depan mesin ATM. Mungkinkah ia tidak tau cara mengoperasikannya? bathin Marc.

Merasa ada yang memperhatikan, gadis itu menoleh ke pembatas kaca di sampingnya. Sepasang mata Marc di balik kaca tertangkap basah. Marc tidak bergeming seperti terhipnotis untuk tidak bergerak dari tempatnya.

Electra menekan PIN di keyboard ATM yang terbuat dari logam. Lalu “teeeeeeeesrrrtzzzz” tepat saat jarinya menyentuh keyboard terdengar bunyi sengatan listrik, lalu monitor ATM berkedip-kedip dan mati. Electra menarik tanganya refleks. Menyesali dirinya, yang menunda-nunda pembayaran ATM. Gadis itu menggunakan punggungnya untuk membuka pintu ATM. Marc masih mengantri diluar. Tak sengaja saat keluar pintu ATM tangannya menyentuh siku Marc, lalu terdengar suara :teeeesssrrtzzz” suara sengatan listrik kembali. Dan muncul asap dari jaket yang dikenakan Marc, terbakar seperti terkena setrika panas. Gadis itu terpekik, tak percaya. Marc belum menyadari jaketnya terbakar, merasa bersalah dan mendekatinya. Dari wajahnya Electra nampak frustasi. Selalu saja seperti ini setiap kali ia beraktivitas berlebihan semua energi dalam tubuhnya berubah menjadi energi listrik, membuat semua benda logam yang disentuhnya membuat lompatan energi listrik. Tubuhnya seperti turbin membangkit listrik, semakin aktif bergerak maka energy yang dihasilkan akan semakin banyak. Namun mengapa Marc memberikan reaksi yang sama seperti logam. Tiba-tiba Electra merasa ngeri dengan dirinya sendiri. Jangan jangan dirinya sudah seperti gardu listrik berteganggan tinggi yang bisa menyengatkan listrik ke siapapun yang menyentuhnya. Ia bergidik ngeri seandainya itu benar. Membayangkan dirinya menjadi pembunuh masal karena semua yang menyentuhnya akan mati mengenaskan seperti tersengat listrik.



“Stop-stop !! Jangan menyentuhku please...aku tidak ingin nasibmu seperti mesin ATM di dalam sana “ teriak Electra itu ketika Marc hendak menyentuh bahunya.



“Hei tenang, aku bukan penjahat. Kau ini kenapa? Ada apa di dalam ATM tadi, aku mendengar suara sengatan listrik, apa kau sedang membobol ATM “



“Enak saja menuduhku pembobol ATM, aku hanya mau membayar kartu kredit. Tapi hari ini mesin ATM itu tak bersahabat denganku “



“Oke--oke, aku cuma menggodamu tadi. Maaf ya. Boleh kita berkenalan?” Tanya Marc sambil menyodorkan tangannya



Gadis itu menggeleng, “ Tidak, aku tidak bisa menjabat tanganmu, itu berbahaya untuk keselamatanmu”



“Kamu gadis yang aneh, tapi aku suka dengan keanehanmu hehe, namaku Marc marquez, kau siapa?”



“Namaku Electra Soniadora, eh aku boleh minta tolong? Hari ini aku harus membayar tagihan kartu kredit, kartu ATMku masih tertancap di dalam, boleh minta tolong ambilkan lalu transaksi di ATM sebelah? Please....nanti aku ceritakan alasannya..pleaseee”



Marc menuruti permintaan Electra.


Usai menyelesaikan transaksi di ATM keduanya menuju cafe yang berjarak sekitar 25 m dari ATM center tadi.


“ayo masuk, biar enak ceritanya kita sambil duduk minum kopi” ajak Marc


Electra berhenti di muka pintu cafe, matanya yang tersembunyi dibalik kacamata sedang memindai ruangan, tak satupun kursi terbuat dari kayu, semuanya besi tempa, termasuk mejanya.



“Kurasa jangan disini, kita cari di cafe langgananku saja “



“Hmm baiklah, tapi kulihat kau tampak lelah sekali, apa pekerjaannmu?”



“Aku mahasiswi kedokteran  tingkat akhir aku belum tidur selama 3 hari terakhir, karena banyak sekalai tugas akhir yang harus kuselesaikan,...’



“pantas saja matamu seperti mata panda, omong-omong cafee nya masih jauh?”



“tidak, itu sudah kelihatan “ jawab Electra sambil menunjuk sebuah cafe bernuansa interior kayu namanya “Woods”



Mereka duduk berhadapan. Electra masih sibuk membetulkan letak kacamatanya. Seorang pelayan cafee datang mengantarkan buku menu. Serempak keduanya menyambutnya dan tak sengaja tangan mereka saling bersentuhan. Dan lagi-lagi terdengar bunyi sengatan listrik. Kali ini marc benar benar menyadarinya demikian juga Electra. Setelah order 2 gelas capuccino dan 2 vanilla cupcake, mereka membiarkan pelayan cafe tadi mencatat pesanan dan berlalu ke dalam.



“Jadi apa ceritamu ?” tagih Marc



“Kau pasti aneh melihatku kan?”



“iya kau aneh”



“apa yang aneh menurutmu?”



“aku aneh ketika melihatmu tidak mau menyentuh gagang pintu ATM, lalu keluar AMT dengan punggungmu, mengenakan jaket lateks di cuaca yang panas, mesin ATM rusak, kau mempercayaiku bertransaksi ATM padahal aku orang asing, kau tak mau menyentuh keyboard mesin ATM, lalu kau tidak mau duduk di kursi logam, dan satu lagi kau melarangku menyentuhmu bahkan hanya berjabat tangan’



“apa kau mersakan seperti tersengat listrik ketika bersentuhan denganku?”



“iya itu keanehan terakhir, kenapa?”



“Entahlah, aku selalu seperti ini saat tubuhku lelah, akibat aktivitas listrik berlebihan. Tubuhku seperti generator pembangkit listrik, gerak tubuhku diubah menjadi energi listrik’



“Oh yaaaa?? Sejak kapan ?”



“Aku tidak ingat pasti, tapi aku menyadarinya sejak aku kuliah, sejak aku sering kehilangan waktu tidurku, hari ini aku shock berat, saat menyentuhku tadi juga muatan listrik itu mengalir, padahal selama ini hanya dengan logam saja...aku ngeri dengan diriku sendiri, aku takut menjadi mosnter listrik pembunuh...” Electra nampak frustasi, ia tertunduk lesu dengan kening yang di topang kedua tangannya.



Tak berapa lama pelayan cafe sudah datang kembali dengan membawa pesanan mereka. Ketika meletakkan gelas ke meja di hadapan Elctra tidak sengaja tangan pelayan tadi menyentuh Electra. Namun tidak terjadi sengatan, padahal semula Electra sudah khawatir terjadi sesuatu dengan pelayan itu.



Marc tersenyum menatap Electra. “Kenapa tersenyum seperti itu?” tanya Electra jutek



Marc mengarahkan telapak tangannya ke hadapan Electra “ Coba sentuh “



“tidak mau, aku tidak mau membunuhmu “



“tenanglah aku tidak akan sampai mati, aku sudah berpegangan pada kayu, bukankah kayu isolator yang baik? Ayolah...!



Electra nampak ragu menempelkan telapak tangannya. Jarak tinggal sekitar 2 cm, seperti ada magnet yang menarik, kedua tangan mereka saling menempel. Tangan mereka seperti di selimuti aliran listrik berwarna biru. Electra berusaha melapaskan namun tak berhasil sampai sinar biru itu hilang.



“Marc!!! Kau tidak apa apa? “ teriak Elctra khawatir



Marc tersenyum, kali ini senyumnya lebih segar dari sebelumnya, pipinya nampak kemerahan, tidak sepucat tadi.



“kau lihatkan, aku tidak apa-apa. Aku malah merasa jauh lebih segar, Electra, aku ingin menecritakan rahasia padamu...



“apa? Katakan,,,”



“Untuk mendapat tenaga, kau melakukan apa?”



‘Makan doong, pertanyaanmu bodoh sekali” gerutu Electra



“Nah itu bedanya, kau tau aku merasa aneh dengan tubuhku, sejak 2012 aku justru exhausted setiap setelah makan, makin banyak yang kumakan energi makin habis”



“oyaaa ? mungkin kau mengalami gejala diabetes”

"Enak saja kau ini, glukosa puasaku kurang dari 100 tau..."

"hmmm, Oke. Noted. lalu apa kau merasa tubuhmu seperti mesin penghancur makanan ? " tanya Lectra setengah menahan tawa

“Tepat ! aku seperti juicer or blender or mixer. Makan membuatku lelah. Aku perlu Listrik, aku , aku menggunakan energi listrik untuk beraktivitas”



‘haaah??? Jadi kau ini manusia atau robot ?” Lalu reflek Elektra berdiri berjalan mendekati Marc lalu membuka punggung Marc. Marc kebingungan ketika elektra menyibak kaos yang ia kenakan dari belakang.

"eeeh...eh kau ini apa-apaan?" sergah Marc seraya membetulkan kaosnya kembali

"Aku cuma ingin melihat kau ini robot Made in mana, barangkali ada tulisan Made in Japan di punggungmu " Kilah Electra sambil nyengir


“Enak saja kau sebut aku robot, aku ini manusia. Bisa protes ibuku kalau dengar anaknya disebut robot. Aku jadi seperti ini setelah menjalani berbagai macam operasi”



“Kau sakit apa?’ tanya Elektra dengan perasaaan bersalah karena telah mengira Marc adalah robot.



“Aku tidak sakit, aku seringkali mengalami patah tulang akibat profesiku, lalu dokter menanam platina di beberapa bagian tubuhku, juga matakau terakhir aku menjalani operasi mata. Kecelakaan saat balapan membuat mata kiriku buta dan dokter menggantinya dengan mata bionik ” jawab Marc

Elektra memajukan wajahnya, ingin melihat mata Marc dari dekat " Hmm dunia kedokteran seamkin hebat memang, mata terlihat asli. Ups..tapi matamu tidak tembus pandang kan? " Lalu elektra menyilangkan tangannya di depan dadanya.

Marc terbahak " Tentu bisa "

Elektra mendelik, ia mengambil tas ranselnya lalu memeluk erat tasnya. Di dalam tas ada laptop, paling tidak bisa menutupi. "jadi kau melihat semuanya?" tanya Elektra  tertahan

Marc  semakin terpingkal " Aku bercanda cantik !! "

Ah, pipi Elektra bersemu merah, baru saja pria di depannya menyebutnya 'cantik " padahal sudah 3 hari lektra tidak sempat mandi, rambut lusuh kulit berminyak, dan masih disebut cantik. Rasanya elektra sedang berdiri di puncak gedung dan sedikit saja angin mendorongnya jatuh. Elektra terdiam.

Marc merasa bersalah " Eh, aku serius aku tidak bisa melihat apapun di balik bajumu, sungguh " sambil mengangkat tanganya dan jarinya membentuk simbol victory


Elektra berhasil menguasai dirinya yang sempat 'fly" karena disebut cantik, ia melontrakan pertanyaan “ Lalu sejak kapan kau menyadari bahwa perlu energi listrik?”



“Suatu hari aku tersengat listrik ketika setelah mandi mencabut charger iphone, namun justru aku merasa lebih segar, padahal saat itu aku sedang merasa sangat exhausted, hari berikutnya aku mencoba menempelkan tanganku di stop contact setelah itu energiku membaik."

Electra tertawa " haha benarkah?'

"Iya akau serius, aku belum memberitahu ke siapapun kecuali kamu, oh iya apa caramu membuang listrik dalam tubuhmu?" tanya Marc penasaran

'tidur di lantai tanpa alas, atau di rumput aku harus tidur dan membiarkan bumi menyerap energiku, tapi belakangan ini aku tidak cukup punya waktu untuk itu..." jawab Electra sedih

"kau masih merasakan listrik terlalu banyak di tubuhmu? " Tanya Marc

Electra tak menjawab ia mengambil sendok untuk mengaduk cappuccino, dan sendokpun terpental. Marc menangkap sendok itu

Electra kaget dan ketakutan. Marc tidak tega melihatnya

"Electra, peganglah tanganku, ayo..."

Dengan ragu ragu electra menyambut uluran tangan Marc. Seperti kutub positif yang bertemu kutub negative ketika jarak tinggal 2 cm kedua tangan mereka melekat kuat, bahkan semakin lama daya tariknya semakin hebat, Mereka tidak kuasa menahan daya tarik itu, tubuhn mereka mendekat dan terus mendekat hingga tak berjarak. Sinar biru yang kasat mata membungkus tubuh mereka. 15 menit kemudian cahaya listrik itu memudar dan akhirnya mereka melepaskan pelukan. Electra maupun Marc sama sama merasa canggung.

"Electra, aku minta maaf, tapi aku tidak tau apa yang terjadi dengan tubuhku, aku seperti tertarik magney yang sangat kuat, aku....

"Sama Marc...aku juga tidak mengerti. Sudahlah...aku mau pulang, terimakasih. sekarang badanku sudah enakan "

Electra tidak lupa mengambil sendok dan mengaduk capuccinonya sembelum meminumnya dan berlalu meninggalkan Marc. Sendok itu tidak lagi terpental seperti tadi. Sepertinya aliran listrik sudah terserap ke tubuh Marc. Marc merasa sangat fit, padahal tadi ia merasa sangat exhausted. Marc melangkahkan kakinya lalu kursi di depannya terjungkal, tanpa sadar ia melangkahkan kakinya terlalu kuat. Marc teringat dia belum ke ATM untuk mentransfer uang untuk Emilio. Ia berlari hanya dalam hitungan detik dan sudah sampai di mesin ATM. Marc tersenyum sendiri, ia merasa seperti flash yang bisa bergerak super cepat.

Tiba tiba marc teringat, ia belum menanyakan alamat bahkan nomor telefon Elektra. Menyesal! Ia meninju tiang iklan di dekatnya. lalu terdengan bunyi "krek!" Marc menoleh, tiang itu melengkung. Marc tak percaya dengan yang dilihatnya. Instingnya mengatakan dia harus mengontrol tenaganya agar tidak berlebihan. Sepertinya energi listrik dari Elektra telah membuat Marc fully charge.
Marc tersenyum. "Aku harus menemukan kembali gadis itu. Harus !


@@@

Andorra, 21.00 CET - post catalunya race

Sebuah rumah berlantai 3 tidak jauh dari ski resort Vallnord. Marc masih terbawa euforia bahagia, setelah beberapa race puasa podium. Di catalunya ini ia kembali meraih podium tertinggi. Marc tersenyum sendiri, tubuhnya terayun ayun di atas hammock. Ia memejamkan mata, mengingat kembali bagaimana ia bisa memenangi balapan dengan adu overtakes beberapa pembalap, termasuk rossi dan iannone yang beberapa race lalu sempat membuatnya malu karena tidak menyelesaikan duel. Race catalunya kemarin ia merasa sangat energik, bukan motor yang mengendalikannya tapi ia benar-benar mengontrol motor yang ia tunggangi. membelokannya tidak sesulit race sebelumnya.

"Marc makan malam sudah siap, kemarilah..." teriak ibunya dari dalam

Marc belum beranjak dari hammock. Alex datang dan menendang hammock sambil terkekeh-kekeh. Sifat usilnya bersifat kronis. Meski marc sudah menghadiahi sebuah motocross untuk Alex tetap saja Alex tidak bisa sedikit manis padanya.

Marc terayun ayun kencang dalam hammock yang membuat kepalanya pusing dan perutnya mual. Marc bangkit dari hammock dengan terhuyung menuju meja makan. Alex semakin keras menertawainya. Marc tak memedulikannya.

"woow..nampak lezat pastanya...aromanya hmmm menggiurkan " puji marc untuk ibu tercintanya

"Dasar ass kisser !! " gerutu Alex

Roser, sang ibu langsung menarik kuping Alex " Tidak boleh bicara seperti itu sama kakakmu"

Alex mengusap usap kupingnya yang panas setelah di jewer ibunya. Marc melahap pasta di hadapannya dengan penuh semangat. Ia lupa konsekuensinya.

Setelah makan Marc merasa lemas luar biasa. Ia tidak banyak bicara atau menanggapai ledekan Alex. Ia memilih tidur cepat.

Keesokan paginya Alex sudah membangunkannya untuk jogging. La massana memliki jogging track yang sangat bagus, Marc sudah berjanji pagi itu akan jogging bersama Alex. Matanya berat sekali untuk terbuka saat Alex mengguncang-guncangkan tubuhnya. Tubuhnya seperti di bebani truk kontainer bermuatan sapi. Apadaya dia sudah berjanji, sekuat tenaga Marc bangun dan berganti pakaian. Alex sudah menuggunya di halaman rumah. Marc berjalan mendekatinya.

"kita lari santai aja ya Lex, badanku sedang tidak fit "

"kau ini payah sekali, kalo sudah menang banyak alasan tidak exercise deh "

Akhirnya Marc mengikuti ritme lari Alex, 100 meter pertama ia masih merasakan semua baik baik saja. namuns setelah itu ia merasa, suara detak jantungnya sangat kencang bahkan terasa di kepala seperti berhentak hentak hentak. Marc merasa kesadarannya sebentar lagi hilang, sementra Alex sudah jauh lari di depannya.

Marc terjatuh pingsan tanpa Alex menyadarinya. 5 menit kemudian Alex kembali dan menemukan Marc teronggok tanpa ada yang menolong. Kota itu bukan kota ramai yang banyak penduduk. Sepi. Jadi mungkin saja ini terjadi. Alex panik. ia celingukan tak dilihatnya seorangpun. ia memanggil manggil nama Marc dan menepuk-nepuk pipinya. Tapi Marc hanya diam, Alex menempelkan jari telunjuknya di hidung Marc, ingin memastikan apakah Marc masih bernafas atau tidak. Alex benar benar panik, ia tidak merasakan ada hembusan udara dari hidung Marc.

-----

Elektra meremas remas kepalanya, pusing sekali. ia baru saja membantu tim kedokteran forensik kota la massana. Autopsi memang tidak menimbulkan tuntuan mal praktik. karena korban memang sudah meninggal. tapi membuka hampir seluruh bagian mayat dan harus berdiri berjam jam, membuatnya kelelahan luar biasa. kekesalannya ditambah dengan kakaknya yang tidak datang menjemput. padahal sudah sejak semalam Elektra berpesan agar menjemputnya di rumah sakait jam 06.00 pagi, karen aautopsi baru akan selesai jam 05.00 pagi. Dasar Jordy. tak bisa dipegang janjinya. kakak satu-satunya itu sulit dimengerti. Sudah setua itu bahkan bekum pernah pacaran setiap hari kerjaannya dating sama anjing dan kucing. Elektra teringat dia pernah dimarahi habis-habisan cuma karena memberikan pizza napoli untuk Brenda ( nama anjing Jordy).

"kenapa sih kak, aku kan adikmu..masa kamu lebih belain anjing sih kak?'

'brenda batuk kalo makan pizza yang ada ikan asinnya tau "

Sesederhana itu, cuma karena ngga mau anjingnya batuk lalu memarahi Elektra habis-habisan. Sambil berjalan Elektra terus menggerutu tentang Jordy yang menurutnya tidak bertanggung jawab.

Pagi yang masih dingin itu tak dirasakannya, suhu tubuhnya meningkat karena kelelahan. kalo sudah begini, elektra paling ngeri bersentuhan dengan logam. Jalanan masih sepi dan lengang. sudah berjalan sejauh ini belum juga bertemu taksi. Tiba-tiba Elektra mendengar suara tangis. Suara lelaki menangis. Elektra penasaran lalu mendekati arah suara itu. Seorang lelaki sebayanya sedang menangisi seseorang dalam pangkuan. Elektra menyipitkan  mata, ia seperti mengenal orang yang terkapar itu. instingnya sebagai dokter otomatis bekerja.

Elektra mendekat, duagaanya benar laki-laki yang tergeletak itu Marc yang beberpa hari lalu ia kenal 'hei, apa yang terjadi ? " tanya Elektra pada Alex

"huhuhu...aku tidak tau aku menemukan kakakku tak bernafas"

"menyingkirlah, kau telefon ambulan. Aku akan membantunya " perintah Elektra yang masih mengenakan jas putih

Alex segera menyingkir, ia mengelurakan Hp nya lalu mencoba menghubungi rumah sakit untu mengirim ambulan.

Elektra menyentuh marc dan otomatis energinya terserap. Tetapi Marc tetap diam. Elektra berusha memberikan nafas buatan 2x. hasilnya nihil. Elektra meraba nadi Marc. Tak teraba. Sial!! batin Elektra. di are jogging seperti ini sudah pasti tidak ada alat pacu jantung. Elektra kesal, ia hentakan tangannya di dada Marc. lalu Marc terguncang. Elektra terkejut. Ia menatap jemarinya dan masih tak percaya dengan kejadian tadi. Ia kembali menghentakan tangannya ke dada Marc. dan Marc kemabli terguncang. Elektra menoleh ke arah Alex memastikan apakah Alex melihat peristiwa yang baru saja terjadi. Alex tidak melihat ia masih sibuk menghubungi nomor telefon Rumah sakit.

Elektra mengulangi gerakan tadi, menekan dengan tenaga di dada Marc tepatnya 2 jari diatas proxesus xifoideus. Elektra melakukan gerakan serupa 30x dengan kecepatan 80-100x/menit dan diselingi nafas buatan. Setelah itu tampak tanda tanda resusitasi berhasil. Marc menggeliat, ia mulai bernafas otomatis. matanya mulai terbuka. pupil matanya mengecil, itu rekasi yang diharapkan ketika orang tersadar dan terkena reflek cahaya. tapi tidak mata kirinya, tidak ada aktivitas akomodasi. pupil mata kiri tetap besar. Elektra sempat bingung menemukan fenomena itu, namun ia teringat cerita Marc bahwa mata kirinya adalah mata bionik. Pantas saja tidak berekasi seperti mata normal.

Saat mata marc mulai menangkap dengan jelas siapa sosok yang sedang memangku kepalanya. Marc tersenyum " Peluk aku ..." pinta Marc dengan tatatapan-jangan tolak aku.

Elektra tak bisa memilih, lagi pula ia merasakan daya tarik seperti saat di cafe. Mereka berpelukan. Alex yang seari tadi belum berhasil menelfon ambulan sejenak terhenti saat melihat Marc berpelukan. Lalu mendekati mereka

"Marc! Marc....kau tidak jadi mati haha?' tanya Alex lalu melompat lompat gembira

"adikmu tadi berurai airmata, aku kebetulan sedang berada di sekitar sini. Menemukanmu tergeletak tanpa nafas dan nadi. aku tadi pun panik "

'kau panik? " tanya Marc sambil tersenyum

Elektra menelen ludahnya. " Ya maksudku aku panik karena tidak ada alat medis di sini"

Marc berdiri seperti tidak pernah kritis, ia sama sekali tidak merasakan apapun, tubuhnya segar bugar. ia tau ini karena Elektra. Marc mengajak Elektra berdiri sambil mengulurkan tangan. Elektra menuruti. 

"Demi apapun, elektra. Aku senang bertemu kembali denganmu. Aku kira tidak akan semudah ini bertemu lagi denganmu. Boleh aku minta alamatmu dan nomor kontakmu?"

Elektra merogoh tasnya dan mengeluarkan kartu nama, lalu memberikannya ke Marc.


@@@@