Powered By Blogger

Selasa, 16 Juni 2015

The Rest of My Life #4

Cover Story of The rest of My Life #4



hi dear...
ternyata kegagalan marc di beberapa balapan terakhir ini penyebabnya (in my imagination)..hehe selamat membaca

Seri 3 nya keterlauan jauh kepisah sama seri 4. pasti kalian lupa ceritanya. nah silahkan baca lagi di link berikut untuk mengingat kembali  TROML #3

------------------------

Marc setengah berlari memasuki koridor rumah sakit, ia terlambat 30 menit dari jadwal operasi Ilona. Pagi itu Marc mengenakan sweater abu abu dan celana kain berwarna hitam. Meski telah masuk musin panas, tapi suhu di pagi hari seringkali drop hingga suhu dibawah 10 derajat, meski kemudian saat siang hari bisa mencapai suhu 35 derajat.

Marc mendorong pintu kamar perawatan ilona. Matanya menjelajahi ruangan. Kosong.

"Ah pasti ilona sudah masuk ruang operasi" bathin Marc. Marc kembali berlalri menuju ruang operasi. tidak sulit baginya menemukan ruang operasi karena dirinya pernah beberapa kali dioperasi di rumah sakit itu akibat kecelakaan saat race.

Marc berhenti di sebuah ruang dengan ukuran pintu raksasa, ruang operasi. Di depan ruang itu terdapat beberapa kursi yang biasa digunakan untuk keluarga pasien menunggu. Marc mengamati wajah-wajah yang duduk di kursi itu, tak satupun ia kenal. Tidak ada bibi Carlotta, paman Emilio maupun ayah Ilona.

"Kemana mereka semua?'' tanya Marc pada diri sendiri.
 marc menyenderkan badannya ke tembok, kepalanya menengadah. sejenak mengatur nafas dan menata pikiran. setelah terdiam beberapa saat, marc memutuskan untuk ke ruangan dokter Mir.

Ruangan dokter Mir kosong, pun perawat yang biasa menjadi asistennya. Marc terduduk pasrah di salah satu kursi di ruangan dokter Mir, mengeluarkan iphone dari sakunya. Mencoba menghubungi bibi Carlotta dan paman Emilio. Tapi tidak diangkat.

Marc meremas rambutnya, kedua siku ia topangkan di atas paha. Tertunduk.
."tuan marc!"

Tiba tiba sebuah suara memecah keheningan. Marc terjaga dari lamunannya.

"Yah?" Sahut marc sambil merapikan jambul nya yang rusak setelah ia remas tadi.

"Mencari dokter mir?" Tanya seorang perawat

"Ah iya betul, ehh tidak sebetulnya saya mencari pasien bernama Ilona yang seharusnya operasi hari ini. Saya sudah ke ruang operasi tapi tidak ada..ehmm..."

"Nona Ilona dipindahkan ke rumah sakit Universitat de barcelona, tadi pagi ia kritis ...."

"Apaa??? Tapi tapi kemarin ia baik baik saja..."tanya Marc panik tak keruan.

Perawat tadi mundur satu langkah, ia khawatir Marc akan menerkamnya.

Percuma, Marc bangkit menangkap kedua pundak perawat tadi dan mengguncangkannya sambil memberondong banyak pertanyaan "keadaannya bagaimana sekarang, katakan! Di ruang apa? Kritis bagaimana? Apakah dia akan selamat?"

Si perawat itu melepaskan cengkeraman tangan Marc
"tenanglah tuan, jangan panik pergilah ke rumah sakit universitat de barcelona, nona ilona ada di ICU. Dan berdoalah Tuhan memberikan yang terbaik untuknya. Tuan..selama ini saya mengenal tuan sangat baik bisa mengontrol emosi. Tuan pasti bisa melewatinya...."

Marc tertegun sejenak. Benar. Perawat itu benar. Baru saja Marc kehilangan kontrol emosinya. Untuk pertama kalinya pikiran negatif menghantui pikirannya. Betapa tidak menyenangkan memiliki pikiran negatif. Marc baru saja berfikir negatif tentang keadaan ilona yang membuatnya panik. "Keep calm, marc! She will be okay" lalu Marc menarik nafas dalam dalam, menata hati dan emosinya.

***

Lapisan bening di bola mata Marc, membuat pandangannya blur. Menatap tanpa berkedip sosok cantik di hadapannya. Ilona. Wajahnya putih seperti kertas. Bibirnya biru-ungu, bersembunyi di balik masker oksigen. Rambut nya terbungkus cap. Matanya terpejam menampakkan lentik bulu mata, tebal. Alisnya tertata rapi, meski bukan hasil sulam alis. Tubuhnya tipis di balik selimut tebal yang menutupinya. Jemarinya yang panjang-lentik, terdiam kaku dengan jarum infus yang menembus pembuluh darahnya yang tipis. Marc menyentuh pipi Ilona. Dingin. Alat monitor jantung naik turun dengan lemah suaranya mengiris-iris perasaan Marc. Perasaan takut suara alat perekam jantung itu berhenti. Lapisan bening itu tak terbendung. Marc memejamkan matanya, dan cairan bening meluncur deras. Tubuh Marc terguncang-guncang, menahan tangis dan perih. Marc tidak pernah menyangka sedalam itu cintanya pada Ilona, hingga kesakitan Ilona menjadi kesakitannya juga. Marc menangis tanpa suara.

"Ilona, bangunlah...sayang....ini aku...." bisik Marc dengan lembut di telinga Ilona. Seseorang menyentuh pundak Marc. Bibi Vanessa.

"Sudah Marc, percayakan pada tim dokter. Ilona berada di tangan yang tepat. Ada yang mencarimu di luar " Ucap bibi Vanessa

Marc menghapus air mata dengan punggung tangannya sebelum menoleh. 

'Ehmm, iya...saya permisi bi, " Marc beranjak keluar dari ICU dengan wajah tertunduk.

Mata Marc masih merah, ia menemui seseorang yang dikatakan bibi Vanessa.

"Hector, ayo kita berangkat "

'Marc, kau baik-baik saja ? ' Tanya Hector penasaran

"Aku tidak tau, jika bisa aku memilih, aku tidak ingin pergi ke Jerez " jawab Marc datar.

---Jerez FP 1 dan 2 ---

Team repsol honda dibuat pusing 7 keliling dengan perubahan Marc. Marc seperti lupa cara tersenyum. Keceriaan dalam tim yang biasa ia ciptakan tak lagi ada. Sepi. Candaan Luigi, banyolan Milo dan ledekan martinez. Nol besar !. Sedikitpun tidak membuat Marc tersenyum. Nakamoto pun tak berkutik menghadapi Marc. Marc seperti 2 sisi pisau. Jika ia tertawa ia seperti anak-anak yang menyenangkan yang bisa diganggu seiapa saja yang ingin membuat tertawa siapa saja. Jika ia diam, ia seperti arca-dingin membatu-tanpa ekspresi.

---Jerez FP4-5 dan Kualifikasi ---

Santi mengguncang pundak Marc " Marc, apa inputnya? settingan apa yang masih kurang? sebentar lagi kualifikasi, sejak kemarin tidak ada satupun input yang bisa kita buat untuk improve "

Marc menatap Santi dengan bibir terkatup rapat " Oke, semua oke. Kalian team yang hebat " kemudian berlalu duduk di kursinya. Membuka iphone-nya, tampak menghubungi seseorang

'Bibi Carlotta, bagaimana keadaaan Ilona hari ini ? apakah ia sudah sadar ?" tanya Marc gusar. 

"Belum, tapi kondisinya mulai stabil, tekanan darahnya mulai naik. Mudah-mudahan besok membaik lagi ''

"Terimakasih, nanti aku hubungi kembali". Marc menutup telefonnya.

Kualifikasi, masih tersisa 10 menit lagi tapi Marc memutuskan untuk menyudahi. Ia kembali ke pit. catatan waktunya terlibas oleh rider lain. Untuk pertama kalinya sepnjang karir balapnya ia masuk ke Q2. Media massa dibuat heboh dengan pemberitaan itu. Semua bertanya "ada apa dengan Marc?". Menjadi Headline di semua media massa sport.


----Race Day, Jerez 2015 ----

Start di posisi 13. Tapi bukan itu yang membuatnya murung. Bahkan lebih murung dari hari kemarin. Semalaman Marc tidak bisa tidur. Bibi Vanessa menelfonnya mengabarkan bahwa Ilona gagal nafas. Paru-parunya tidak bisa bernafas secara otomatis. Ia memerlukan alat untuk memacu paru-parunya agar bisa memompa udara. Di balik helm lotus bergambar semut merah, kaca hitam. Air matanya tak terbendung. Seiring lampu hijau menyala, di antara deru suara mesin motor. Marc berteriak sekerasnya, meluapkan emosinya. Yang ia inginkan adalah balapan cepat berlalu. lap demi lap terasa sangat lama. Hanya ada 1 rider di depannya, entah sudah lap ke berapa. Marc tak lagi memperhatikan pit board. Bayangan wajah Ilona yang tergeletak lemah di ruang ICU terus melintas dipikirannya. Hingga pegangan tangannya terlepas dan tubuhnya mendarat dengan keras di atas aspal, motornya terlempar. Semuanya berakhir sebelum race berakhir.

Pemberitaanpun semakin santer, tentang gagal finish yang Marc alami. Ini kali ke 2 Marc DNF. Hingga saat ini media gagal mengorek penyebab hal tersebut terjadi. Beberapa media pun mengkambing hitamkan buruknya mesin Honda tahun ini. Semua hanya spekulasi. Hanya Marc yang bisa mengalahkan dirinya. Seharusnya media mengingat itu. Headline yang selalu ditulis sepanjang tahun 2014, ketika Marc mendominasi.

----Cerverra---

Hector bersama Alex menuju Cervera, Marc memutuskan untuk tetap di Barcelona.

'Alex, ada apa dengan Marc?'

Alex tak menjawab, tatapannya lurus ke depan. Alex menarik nafas berat lalu menghembuskannya kuat kuat.

"Marc melarangku bercerita, tapi aku rasa lebih baik kalau kau tau "

'Ceritakanlah...aku tidak akan mengatakan pada siapapun. Barangkali aku bisa membantunya jika aku tau apa masalahnya"

"Marc jatuh cinta dengan seorang gadis penderita Myasthenia Gravis"

sontak Hector mengerem mobil yang sedang dokemudikannya. beruntung mereka semua memakai sabuk pengaman hingga tidak terlempar

Alex mengelus dadanya. 

"Maaf Alex, aku benar-benar benar terkejut. Kurasa lebih baik kita menepi". Hector mengarahkan mobil ke rest area.

"Apa kau tau Myasthenia gravis ?"

"Aku tau, sahabatku dulu pun pergi karena penyakit itu. Padahal ia telah menjalani operasi, hmm jadi yang sedang di rawat di barcelona adalah wanita itu ?'

Alex mengangguk.

Siapa namanya ?" tanya Hector lebih lanjut

"Ilona Mayla Rozquez"

'kau yakin itu namanya ? sebelum aku pindah ke sini, aku tinggal di madrid. bukankah itu nama balerina paling berbakat yang dimiliki spanyol?"

Alex menggeleng kembali " Aku tidak tau, kurasa tidak mungkin, sebab dia lumpuh. Ia menggunakan kursi roda "

"apa ini pertama kalinya Marc, jatuh cinta? "

"Kurasa iya, wajahnya selalu berninar ketika menceritakan Ilona. kau tau biasanya hanya valentino rossi yang paling semangat ia ceritakan. Aku tidak mengerti bagaimana Ilona di mata marc, Ilona begitu sempurna di mata Marc, padahal Ilona yang kulihat adalah gadis berkursi roda. Mungkin itu namanya true love. entahlah aku sendiri belum pernah mengalami hal seperti Marc. Terakhir Marc bercerita padaku hubungan mereka serius. Aku merasa senang bercampur sedih. Aku senang melihat Marc bahagia, dia adalah orang terdekatku, tapi aku khawatir dan sedih bagaimana jika Ilona meninggal? bagaimana hancurnya perasaan Marc. Kau tau bagaimana kacaunya marc di motoGp jerez? Kurasa sekarang kau sudah tau sekarang, apa penyebab Marc berubah. Hector kurasa hanya itu yang aku tau..."

Hector termenung. Tidak tau harus berkata apa, selain bergegas kembali melanjutkan perjalanan ke Cervera.


****

Hampir 2 minggu Ilona tergeletak tak berdaya, keberadaannya tergantung pada semua alat-alat yang terpasang di badannya. Ada rasa menyesal dalam hati Marc. Rasa menyesal telah mempersuasi Ilona untuk menjalani timektomi. Seandainya timektomi itu tidak dilakukan, mungkin Ilona tidak akan mengalami koma panjang seperti ini. Seribu kali Marc memandang wajah diam ilona sejuta kali Marc ingin  menatapnya kembali. 

Dua hari lalu, alat bantu paru-parunya sudah dilepas. paru-pari Ilona kini sudah bisa berfungsi secara otomatis lagi. Marc  mengusap jemari Ilona, punggung tangan gadis kecintaannya ini sedikit membengkak akibat terlalu lama menerima infus. Marc tersentak ketika jari Ilona bergerak. Marc tercekat, matanya menyipit untuk lebih fokus, meyakinkan diri dengan matanya bahwa perasaanya tadi tidak salah. Ia merasa jemari Ilona bergerak. jari Ilona benar benar bergerak. Marc ternganga bahagia tanpa suara. Wajahnya terasa hangat seakan semua darah mengalir ke wajahnya. Ilona sadar!
Bola mata Ilona bergerak gerak dibalik kelopaknya yang masih tertutup. Marc girang bukan main. Samar samar marc mendengar suara lemah Ilona

'haus....hausss " lemah dan tipis, namun Marc dengan pasti dapat mencerna, Ilona kehausan. Dapat dibayangkan selama 2 minggu koma tanpa ada air yang membasahi kerongkongannya. Marc beranjak keluar memanggil perawat.

Seorang perawat dengan name tag Carbonel di dada kirinya membantu membuka masker oksigen, dan menyuapkan air minum beberapa sendok. Marc memperhatikan dari balik kaca ICU dengan bibir menyungging senyum. Tidak ada yang lebih membahagiakannya selain melihat Ilona kembali sadar. Perawat itu tersenyum ke arah Marc.

Perawat itu mempersilahkan Marc masuk,

'Tuan Marc, silahkan masuk...nona Ilona sudah sadar.."

"Terimakasih ya, ehm rasanya aku pernah melihatmu "

Perawat itu tersenyum " Aku baru bertugas di sini 3 hari, sebelumnya aku bertugas di cervera, terimakasih telah mengingatku. Bangga rasanya diingat oleh juara dunia motoGP seperti Anda..."

'Ah jangan berlebihan, eh iya aku masuk dulu ya..."

'silahkan Tuan, oh iya...apa aku boleh minta tanda tanganmu lagi ? "

Marc menautkan alisnya "jangan panggil aku Tuan, panggil aku Marc saja, mana yang mau ditanda tangani ? '

'ehm besok saja Marc " kata Carbonel sambil tersenyum manis


***

Ilona POV

Mataku sulit sekali membuka, sedikt saja terbuka seakan cahaya membutakanku. Aku tidak tau seberapa lama aku terbaring di sini. Tubuhku berat melekat di atas tempat tidur. Aku hanya bisa menggerakan jemariku. Lidahku kaku, air liurku kering. Tiba tiba kurasakan sebuah kecupan mendarat di keningku. Bibir yang hangat dan lembut. Nafasnya hangat mengenai kulitku. Kecupan itu memberiku kekuatan untuk bisa membuka mataku. 
Aku belum bisa mengidentifikasi. mataku masih harus beradaptasi dengan cahaya. perlu beberapa waktu untuk mendapat gambaran lengkap bayangan seseorang yang menciumku tadi. Wajahnya mendekat, dekat sekali hingga hembusan nafasnya dapat kurasakan. Mata coklat itu, alis tebal itu, senyum ceria itu. "Marc " ucapku lemah

"iya sayang, aku di sini..." jawab Marc di telingaku lalu kembali menghujaniku dengan ciuman. Wajahku terasa hangat, darahku terpusat ke wajah, mengusir pucat.

Tidak ada yang lebih bahagia kurasakan selain melihatnya, saat siuman. Orang yang sangat kucintai, orang yang telah membuatku hidup kembali, seseorang yang membuat kerinduanku akan kematian hilang, aku ingin hidup untuknya, untuk Marc. 


****
Ruang 2207

Ilona terus membaik dan hari ini dipindahkan ke ruang perawatan. Selepas Kualifikasi Marc mengunjungi Ilona. Gadisnya itu sedang tertidur cantik. Marc tidak ingin menganggunya. Setelah hampir setengah jam menunggu di samping Ilona, ia nampak begitu terlelap. Marc memutuskan untuk tidak membangunkan Ilona, ia hanya meletakkan  rangkaian bunga mawar segar di samping Ilona, mengecup keningnya lalu meninggalkan ruangan itu.

Di luar ia bertemu kembali dengan perawat yang waktu itu. Carbonel.

'hei Marc, bagaimana temanmu hari ini?"

"hi, sudah membaik, kau tidak bertugas di ruang perawatan?"

"tidak, aku khusus bertugas di ruang ICU, syukurlah kalu sudah membaik "

'oh iya dia bukan temanku, dia adalah bagian dari diriku " ucap Marc mengkonfirmasi tanpa diminta. marc sudah terlalu jengah dengan perempuan yang berharap akan perhatiannya, mulai saat ini ia tidak ingin memberi harapan ke wanita manapun kecuali Ilona. Hanya Ilona.

Carbonel tersenyum hampa. "Ehm oh yaaa...dia wanita yang sangat beruntung ...'

"Bukan dia tapi aku, aku yang beruntung memilikinya " bantah Marc

'Ah baiklah, anything you say Champ !"

Selepas Marc pergi Carbonel memasuki kamar Ilona. Ia melihat rangkaian bunga dan sepucuk surat disampaing tenpat tidur Ilona. Carbonel mengambilnya lalu membawanya pergi. Di kejauhan tanpak carbonel membuang rangkaian bunga itu ke dalam tempat sampah.

----

Race Day, Catalunya 2015

Berkali-kali Marc mencoba menghubungi Ilona, tetapi tidak berhasil. Race moto 2 sudah selesai. padahal seharusnya Ilona menghubunginya jika ia membaca pesan dalam rangkaina bunga yang semalam ia letakkan di samping tempat tidur Ilona.

Ada panggilan masuk. Dari bibi Carlotta. 'Marc, ada apa dengan Ilona, sepanjang pagi ini dia murung, makan paginya belum di sentuh, panggilan teflonmu tidak dia angkat. Katanya kau ingkar janji tidak mengunjunginya semalam?"

Marc memijit-mijit keningnya " Aku ke sana tadi malam 30 minit aku di sana saat Ilona tertidur, aku meletakkan bunga dan pesan untuknya. Apa di tidak menerima bunga itu ?"

"Entahlah Marc, aku tidak melihat ada bunga di dalam ruangan. Coba aku tanya pada perawat mungkin ia yang membereskannya. Oh iya Marc kebetulan perawatnya aku kenal. Dia orang cervera, carbonel. kau kenal kan ? di pernah merawatmu saat kakimu patah dulu "

'Hah..Carbonel.. ii ya aku tau, tapi bukannya dia perawat ruang ICU ??..."

Firasatnya mengatakan carbonel akan membahayakan Ilona

 "Tolong...tolong jaga ilona jauhkan dari carbonel !" ucap marc gugup setengah berteriak

"Sudah dulu Marc, nanti aku hubungi lagi..."

Tanda tanya besar memenuhi kepala Marc sebelum race, ia tidak suka keadaan begini. Marc tidak ingin Ilona sakit hati oleh sesuatu hal yang bukan sebenarnya. Rasanya Marc tidak ingin membawa motornya keliling sirkuit tapi ia ingin membawa lari motornya ke hadapan Ilona, lalu menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Tanda tanya tentang Carbonel yang misterius, ya perawat itu selalu ada di manapun Marc berada.

Benar saja, baru 1 putaran, Marc sudah mendarat di gravel. Ia tidak melanjutkan balapan. Setelah performanya yang gemilang di Free parctice dan kualifikasi di Catalunya padahal sebelumnya tampil mengecewakan di Jerez hari ini Marc kembali memberi kejutan.
Race motoGP masih berlangsung, Marc sudah pergi meninggalkan sirkuit.

----

Ruang 2207

Ilona POV

Pagi itu aku terbangun, aku tidak menemukan rangkaian bunga atau boneka berpita dari Marc. 

'pagi nona cantik....' sapa seorang perawat

'pagi...." Ilona menyipitkan matanya, wajah perawat itu seperti ia kenali. Ya, itu adalah perawat di Cervera. Bagaimana mungkin dia berada di sini. Sekarang aku ingat, dia adalah perawat yang membawa amplop berisi foto-foto itu. foto-foto yang membuat pikiranku kalut menjelang operasi. Aku memejamkan mata, terbayang dihadapnku foto-foto Marc. Siapakah dia? mengapa ia memiliki foto Marc?

'Aku membawakanmu Jus strawberry, minumlah..." perawat itu mengulurkan segelas juice segar ke arahku. Tidak biasanya aku diberi makanan yang menyelerakan, mungkin mulai hari ini menu makanku berubah. Aku menerimanya. 

"terimakasih ya..." ucapku, lalu meletakkannya di meja

'minumlah sekarang...'

'iya nanti aku minum, hmm kau bukannya perawat yang menitipkan amplop untuk Marc?

'kau ingat, kupikir koma panjang sudah merusak memorimu "

'Aku tidak sempat memberikannya..."

"Tidak masalah, aku bisa memberikannya langsung ..."

Wajahku meradang, "tapi amplop itu entah di mana, aku tidak sengaja melihat isinya"

Carbonel tersenyum simpul. Aku semakin penasaran. "kenapa kau memiliki foto- foto Marc?"

"Minumlah Jus mu ayo, nanti aku jelaskan " ucap Carbonel setengah memaksa. Aku berusaha berontak tapi otot2ku belum sepenuhnya terkontrol aku masih harus mengikuti serangkaian fisioterapi untuk melatih gerak motorikku.

Untungnya bibi carlotta muncul. Bibi carlotta merebut gelas berisi Jus itu ' Jangan paksa dia ' teriak bibi Carlotta

Carbonel terkejut. Wajahnya kalap. lalu tiba tiab tertawa keras " hahaha...kau wanita lumpuh, sebentar lagi akan masuk peti mati, kau tidak pantas untuk Marc. kau pikir kau pantas ha??? ahahaha kau itu cuma wanita lumpuh hahaha "

Aku menangis mendengar kata-katanya, dia benar aku wanita lumpuh, aku tidak pantas untuk Marc. Tiba tiba carbonel mendekatiku dan melingkarkan jemarinya di leherku. Aku shock, sebelum semuanya menjadi gelap.

---------




 
 













2 komentar:

Annisa Mujahidah Tahir mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Mercymarc mengatakan...

Okay thanks dear