Powered By Blogger
Tampilkan postingan dengan label Fanfiction. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fanfiction. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 April 2016

The Serial Of Marquez Family # 13

Sport Award night!


Ceritanya Marc sekeluarga diundang hadir di acara malam penganugerhan Sport Awar 2016. Pastinya perut kalian harus siap siap siap dikocock dari awal sampai akhir. Jadi jangan baca di tempat umum takut disangka gila. jangan baca tengah malem trus ngakak ngakak nanti dikira kuntilanak. jangan juga baca di toilet umum ntar di gedor karena keasyikan baca ngga kelar kelar di toilet. jangan juga baca di kelas karena bakal bikin menderita saat kepengen ketawa tapi takut ketauan nyolong baca FF. Jadi bacalah saat hari minggu di rumah lagi santai pas banyak orang dan ajakin deh mereka jadi pemca setia blog ini hahay,,,

maaf atas kesalah penulisan judul kemarin, ini seri ke 13 bukan 12, kalo yang 12 ini linknya
TSOMF #12

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Marc si abang ganteng sedunia, memilih kemeja hitam + celana hitam + jas hitam + dasi hitam.  meletakaan baju yang akan dikenakan di atas tempat tidurnya. Alicia memperhatikan dari jauh, Nampak wajahnya sedih. Ia teringat kali terajhir marc memakai pakian hitam hitam itu adalah saat menghadiri pemakaman salah seorang pejabat penting di Spanyol. Lalu Alicia melangkah lunglai ke kamar Alex.

Alex sedang bedendang riang dengan suara falls-nya, entah kenapa suara Alex itu memapu mengusir kesedihan hati Alicia dan berganti dengan amarah dan ingin berteriak “ diaammm”
BRAKK!! Alicia membuka kamar alex dengan kasar. Otomatis Alex langsung kaget dan mingkem.

“nah gitu dong, gantengan diem!  kalo nyanyi ilang gantengnya” Jawab Alicia dan langsung masuk lalu duduk di kasur alex. Alex menepuk jidatnya sambil nyengir

“kok belom dandan, kamu kan yang paling lelet kalo dandan…” Tanya Alex ke Alicia

“Dandan mau kemana?’

‘Sport Award lah..kita sekeluarga kan di undang, lupa ? kecil kecil pikun huuuh” sambil menoyor kepala Alicia hingga nyungsep ke bantal

“Kan batal, “ Jawab Alicia santay sambil merapihkan rambutnya dengan jari

‘hah, batal?? Serius? Yaaah ga jadi tebar pesona nih aliias tepe tepe …”

Alicia langsung nyengir jijay mendengar alas an Alex “ Idiiihhh, kerjaan tepe tepe muluk dapat cewek juga enggak”
“Ih dasar kayak sendirinya punya aja, eh btw kenapa ngga jadi?”
“ya kan, marc nya aja ngga berangkat yang mau terima Award masa kita berangkat??”

“haah marc, ngga berangkat? Kenapa? Kok ngga bilang?”

‘Iya belom bilang aja, marac mau menghadiri pemakaman’

“siapa yang meninggal?”

‘Ngga tau, kepo banget sih.  Udah biarin aja kita main game aja yuks”

“eh bentar mom sama dad, udah tau belum? “

“Ya pasti udah taulah, biasanya jug akit ayang dikasih berita paling terakhir weeew”

“Oh iya bener juga, ya udah yuk pasin PS aja”

Dan mereka berduapun main PS




Marc menuruni tangga dengan setelan jas yang tadi ia siapkan, ia Nampak gagah dan misterius dengan setelan jas itu. Mom dan Dan juga sudah rapi menunggu di ruang tengah
“Waaah liat pi, anak mami ganteng  sekali, udah ngalahin ganteng ganteng serigala, hihi ini ganteng ganteng pembalap “  komentar si mami kebanyakan nonton sinetron

‘Eh maksud mami anak kita ganteng sekali “ ralat mami. Semula Papi Julia yang protes akhirnya ngga jadi. Kalo yang masih inget serial marquez family seri entah berapa pasti masih inget kajidian papi dan mami berantem gara gara mami salah ngomong,

Marc cengar cengir seneng, sejak kecil dia yang sellau kebagian di puja dan alex dicela haha…( Alex ngga bakal baca FF ini kayaknya, Piss ya Alex muaah). Lanjut

“Alex dan Alicia mana mam?”

Mom Roser melihat jam di pergelangan tangannya “ Masih 15 menit  lagi, kayak ngga tau adik adikmu sukanya ngepas”

Marc mengangkat kedu alisnya dan mengankat bahunya sejenak. Selalu menjadi pihak yang menunggu. Tapi menurut Marc lebih baik menunggu daripada telat.
Sambil membuka buka sosmed di hapenya, Marc melihat 10 menit sudah berlalu dan tidka ada tanda tanda Alicia dan Alex turun.

“yeyyyayyyyy hore horeee huu hup kyaaaaaaaa uhuyyyy menaaaangggg menangggg” terdengar suara gaduh dari kamar Alex.

Marc langsung berlari menaiki tangga dan membuka kamar Alex. Saat pintu kamar di buka tampak Alicia sedang jingkrak jingkrak di atas kasur Alex sambil mengangkat bantal seperti mengangkat piala. Sementara Alex dan posisi terkapar  di atas karpet dengan wajah bĂȘte.
Marc mengerucutkan bibirnya “ Kaliaaaaannn!!! Kenapa belum siap siap? !!! Apa kalian lupa hari ini Sport Award haaahh?!!

Alex langsung terduduk “ Kata Alicia ngga jadi karena lu mau ke pemakaman?”
“Dasar bodoh, mana ada ke acara pemakaman malem malem???’ sanggah Marc dengan murka

“Itu kan baju yang dipake ke pemakaman waktu itu “ Sela Alicia

‘Ngga usah banyak alesan, sekarang kalian siap siap, waktunya 5 menit dari sekarang!!!’ bentak Marc lalu balik badan dan meninggalkan Alex dan Alicia yang saling berpandang pandangan

Waduh gawattt!! “ bathin Alicia, sebelum Alex menghabisinya Alicia langsung kabur ke kamarnya dan berdandan seadanya. Untung udah mandi jadi tinggal pakai gaun, dan bermake up kan bisa dibantu mami saat dalam perjalanan nanti.

Marc berdiri di samping pintu mobil sambil memperhatikan jam di tangannya dan berteriak “5…4…3…2…satu setengahhhhh” Alex dan Alicia belum muncul…..

Baru ketika Marc akan menyebut satu, kedunya muncul di muka Marc. Alex dipastikan tidak mandi dan mungkin ngga gosok gigi ( yeakk!!). Alicia namapak kontras antara gaun yang dipakai dengan mukan dan rambut yang acak acakan tanpa make up.

Marc duduk di samping supir. Sdangnkan Alicia dan mommy di bangku ke dua lalu alex di bangku paling belakang bersama papi.

Marc yang duduk di depan Cuma geleng geleng , menghela nafas lalu menghembuskannya pelan, mencoba memperbaiki moodnya, lalu seperti biasa dia kembali masuk ke dunia maya.

Sementara mami sibuk mendandani Alicia , sedangkan papi membantu Alex merapikan kancing kemejanya yang ngga pas.

Tepat saat mobil yang mengantar mereka sampai di lobby hall, kegiatan dandan Alicia dan Alex selesai.

Semua sudah turun kecuali marc. “ Eh Alex, marc kok ngga turun coba dilihat”

Alex berjalan malas ke pintu depan , dia sudah menduka pasti marc merem keasyikan denger lagu via headset di telinganya. Benar saja!

Alex menarik kabel headset. “ Udah sampai pangerannnn!!” teriak Alex ketus
Marc bergegas mengejar keluarganya yang sudah beberapa langkah di depannya. Marc memperhatikan langkah Alex yang tidka biasanya. Sepatu yang dipakai Alex tanpaknya tidak nyaman.

Marc menyusul mensejajari Alex “ Kenapa kakinya?”

“tau nih sakit yang kiri, apa kakiku membesar ya, kayak kesmepitan gitu…”
‘yang kanan juga?”

“Ngga sih yang kiri aja”

‘Coba berenti dulu…” Marc tidak tega juga melihat alex kesakitan

‘ngga usah deh nanti aja, malu banyak orang” tolak Alex

Akhir dengan terpincang pincang sampilah di lift.
Satu lift kebetulan hanya muat 7 orang, selain keluarga marquez ada  Garbine Muguruza bersama ayahnya.

Marc tersenyum dengan jurus maut peleleh hati wanita. Garbine membalas senyum Marc dengan tersipu. Lalu Mr, Muguruza bersalaman dengan Mr Julia, dengan kaya yang sangat jantan dan elegan. Beberapa detik kemudia ekspresi wajah Marc ketakutan sambil menunjuk nunjuk Alex tanpa berkata jelas. Semua orang di Lift bingung tidak mnegerti apa yang membuat Marc super ketakutan, kecuali Alicia. Dia sangat mengerti kakaknya si pebalap hebat yang su[er berani di lintasan dan tidak takut apapun kecuali satu hal. Yaitu binatang imut dengan sayap coklat mengkilap yang sekarang sedang bertengger manis di dada kiri jas Alex. Kecoak!.  Teriak Alicia

Semua menjauhi Alex dengan wajah takut dan jijik termasuk Mr Muguruza yang tadik Nampak menyeramkan, ternyata juga takut kecoak. Sementara Alex hampir mati berdiri, Alex juga sangat takut kecoak, ia tak dapat bergerak di tampatnya saking ketakutannya. Dan tak satu orangpun yang berani membuang kecoak dari jas Alex. Alicia tersenyum girang melihat ekspresi wajah wajah orang dalam lift yang ketakutan. Dengan santai Alicia mengambil selembar tisyu dalam tasnya lalu menangkap kecoak itu dengan wajah biasa saja.

Lalu menakuti mami dengan kecoak yang ia pegang, mami teriak “ Alicia awas ya” teriak mami, Alicia tertawa tawa senang sambil menakuti yang lain, wajahnya jahilnya Nampak puas.  Lift berhenti d roof top. Semua ingin keluar dari lift duluan sambil kegeleuhan dengan kecoak itu.

Sebelum memasuki ballroom ada pengecekan security, semua oranag mengikuti prosedur dengan lazim. Saat tiba giliran Alicia, “pak tempat sampah di mana?’ Tanya Alicia pada team security di tenpat registrasi

“Biar saya buang sampahnya “ security itu menawarkan diri karena melihat Alicia hanya ingin membuat secarik tisyu

Namun saat Alicia menyerah tisyu ke tangan sekuriti, sang asekurrti langsu berteriak dan menghamburkan tisyu itu, sambaill teriak “kecoaaakkk” dan kontan seluauruh orang yang ada di bagian registrasi ikut teriak dan berhamburan. Si binatang kecil imut dengan sayap coklat mengkilap pun bebas.

Alicia cekikian lalu ngeloyor  masuk ke ballroom. Langsung menuju deretan kursi di depan. Duduk di tengah dipaiti momoy daddy serta Marc Alex,

“kemana aja sih lelet satu ini,” omel Alex saat Alicia nimbrung mau lewat sambil ngegelitik pinggang Alicia dengan telunjuknya. Alicia yang tukan geli reflek nampol jambul Alex, yang seketika itu juga langsung bubar.

Alex, syok dengan jambulnya yang porak poranda, sementara Alcia duduk manis di sebelah Marc.

“Nah looh, iseng sihh” ucap marc ke Alex mencerminakan dukungan ke Alicia

“siang gw hari ini, ada kecoak nemplok, jambul rusak, kaki sakit “

“makanya mandi jadi kecoal ngga nemplok, kecoak kan sukanya sama yang kotor kotor hahahaha…” (bayangin marc ngakaknya kyak di pre event argentina 2016 yakk”)

“ssssstt kenceng amat ketawanya sih kak? “ Alicia protes sambil meninju lengan Marc

Marc langsung hard break ketawanya. Senyap.

“Al, jadi kecoaknya kamu  kemanain tadi, jangan bilang kocak masih kamu simpen dalam tas?” Tanya Marc dengan wajah ngeri liat tas Alicia

Alicia nyengir lalu mendekatkan tas nya ke arah Marc, spontan Marc  langsung meninju tas Alicia sampai mendarat di bangku mami Roser.

Mami Roser mendelik “ Apa apan sih kalian ini, ngga di rumah ngga di mana mana, rebut aja kerjaannya!” keduanya langsung nginyem

“Tuh kan, kakak sih , lagian kan ngga mungkin Al nyimpen kocoak di tas” protes Alicia sambil berbisik di telinga Marc

“Eh tumben manggil kak” komen Marc ngga nyambung

“ini kan di tempat umum, mami bilang harus panggil kamu kakak”

“ OOOhhh “

 Alex masih penasaran dengan sepatu kirinya yang menyiksa, diam diam ia melepasnya dan aroma terasi pun menyebar.

“Al kok bau terasi ya?” Tanya marc, lalu Alicia mengendus…”iya kak, bener…”

“kalian ngapain sih kayak kucing aja ngendus endus?” Tanya Alex

“Lex, ngga nyium bau terasi, kok baunya makin kuat pas deket elu ya?” Tanya Marc

Marc menatap Alex curiga dari atas sampai bawah dan matanya berhenti ketika melihat Alex tidak memakai sepatu kirinya.

“Hmm… tau deh sumbernya sekarang, tuh !!” kata marc sambil menyengol nyenggollengan Alicia dan menunjuk kaki Alex

Spontan Alicia langsung nutup idung dan merogoh tas mengeluarkan botol parfum dan menyerahkan ke Marc. “ semport pakai ini kak, sebelum neyebar baunya ke seluruh ruangan “

Dengan sigap Marc menerima botol parfum itu dan langsung nyemprotin ke kaki kiri Alex, Alex Cuma bisa pasrah,

Selesai nyemrot boto parfum di balikin lagi ke Alicia
“Whattt??” teriak Alicia histeris sambil nutupin mulutnya , Alicia Shock berat ngeliat isi botol parfumnya yang kandas. Marc ngga pake kira kira nyemprotinnya

“tenang besok kakak beliin yang baru, okeh? Jangan berisik ntar di cubit mami taurasa”

“ hihihi asyikkkk, 2 botol yah?” sahut Alicia sambil memeluk lengan kiri Marc dengan manja.

“Iyaah, cerewet”  bisik marc menyudahi

Acara mulai berlajalan, Alex masih penasaran dengan sepatunya. Lalu ia menyomot sepatunya dan mengamati dengan seksama lalu tersadar pada angka di dinding sepatu itu “42”.  Pantesan sempit, Alex langsung melirik kea rah Marc dan menyikut lengan marc yang tengah asyik memperhatikan MC karena sebentar lagi namanya disebut.

“Marc ngg ngerasa kegedean sepatu yang kiri? “

“Apa sih lex, sebentar lagi di panggil “

Bukannya memperhatikan apa yang dikatakan Alex Marc terus memperhatikan ke depa hingga namanya di panggil. Ia maju ke depan menerima Award, selebrasi di atas stage, lalu sepatu kirinya melayang kea rah audience. Satu ballroom tertawa riuh. Marc malu bukan main. Sementara Alex langsung menuju ke rah jatuhnya sepatu Marc yang ia yakini itu adalah sepatunya.

MC mengomentari tindakan Alex sebagai hal yang sangat terpuji karena mengambilkan sepatu sang kakak. Usai mengambil sepatu Alex justru kembali ke bangkunya, membuat MC dan orang orang di ballroom bingung. Dugaan Alex benar sepatu mereka tertukar, inilah akibat punya sepatu model dan warna sama. Ketuker deh, ia segera mengenakan sepatunya lalu membawa sepatu Marc ke depan. Audience pun bertepuk tangan. Alex girang bukan main, tapi ada komentar yang meruskan suasana hatinya

“Adiknya marc oke juga, tapi kok pas lewat wanginya wangi parfum cewek yah”

“ini semua ulah mrac yang membabi buta menyemproti kakinya dengan parfun Alicia” geram bathin Alex dengan wajah yang tetap tersenyum

“Nih sepatu lo, gw bilang juga apa ketuker, masa lug a nyadar sih pake septum kegedean?”  protes Alex sambil berbisik di telinga Marc. Bukannya menyesal malah marc terkekeh…

“ya gw pikir sepatunya yang mekar hehehe” kilah Marc tak mau kalah











Selasa, 05 April 2016

The Rest of My Life #FIN

Hellow...
firstly mau minta maaf sama yang udah bolak balik ek blog ini nunggu FF baru tapi belum ada juga.
Secondly mau bilang terimakasih yang sebesar besarnya meski ngga ada cerita baru tapi kalian tetep rajin mondar mandir nengok blog ini
Thirdly makasih buat para pembaca baru FF, kalian pasti senang ketemu blog ini khususnya pemuja Dewa ganteng marc marquez

Cukup kayaknya kata pembuka hahaha, yap. Fiuh! hmmm lama banget ya blog ini ngga di update, anyway berkat kalian yang rajin dateng maka blog tetep di urutan atas FF motogp.

Swear saat nulis ngga ada niat buat pengen jadi nomor 1, tapi karena mungkin nulisnya sepenuh hati, sepenuh cinta sama Marc, hasilnya pun sampai ke hati.

Buat yang nunggu nunggu akhir cerita TROML, here is especially for you....


***

Aku terus berjalan menatap matahari yang semakin tenggelam di balik awan gelap. Melihat matahari seperti melihat diriku, dulu aku bersinar bercahaya lalu kini saatnya aku tenggelam. Aku tidak tau kemana kaki ini membawaku melangkah. "Ah kaki sudah bisa berjalan lagi" sadarku.

Aku menoleh ke belakang, sepiii....ranting ranting kering, pohon oak yang meranggas siap menyambut datangnya musim dingin. Suara burung gagak, seperti mengundang kematian. Semua diam tak bergerak, bahkan suara desiran anginpun alpha.

kaki terus berjalan melewati bukit terjal, tak beralas, kurasakan dingin tanah yang kupijak. namun aku terus berjalan. Entah apa yang kucari karena aku tidak tau apa yang telah hilang. Entah apa yang akan kutemukan di depan sana karena aku tak pernah mencari.

Matahari semakin tenggelam, sinar merahnya meredup. Tak kutemukan apapun di penghujung langkahku, kecuali jalanan telah habis. Ujung jemari kakiku berhenti tepat di bibir jurang terjal. Baru kurasakan angin lembah berhembus di jari jari kakiku. dingin, menusuk hingga ke tulang. bibirku bergetar. matahari telah tenggelam di ufuk barat. Aku masih berdiri di ujung langkahku. Hanya perlu sekali melangkah maka aku akan tenggelam seperti matahari itu.

Udara! aku ingin menghirup sebanyak banyaknya, aku ingin merasakan udara untuk terakhir kalinya. Kubiarkan udara itu masuk mengisi penuh paru paruku dan kubiarkan eritrosit membawanya keseluruh bagian tubuhnku, ke sudut terkecil sel selku. Aku menikmatinya. Udara...

Aku pejamkan mataku, betapa nikmatnya udara saat kau menghirup untuk terakhir kalinya. bibirku menyungging senyum. lalu kubuka mataku. kakiku siap melangkah ke udara...

'Ilona !! jangan lompat..kumohon sayang... tetaplah di sini!!!"

Aku tersentak, kutarik kembali kaki ke tempat semula, beberapa butir bebatuan tergeser dan melayang jatuh ke dasar jurang...aku tak mendengar suara apapun di dalam sana, entah sedalam apa jurang yang ada di depanku.

matahari telah tenggelam, tapi aku tau siapa sosok yang memanggilku itu, "Marc...kaukah itu?"

"iya ini aku..kumohon kemarilah, jangan tinggalkan aku...." Marc perlahan terus mendekat

Ruang hampaku terisi saat pertama mendengar suaranya, aku seakan tau apa yang kucari. Aku telah menemukannya. Aku berlari lalu menghambur ke dalam pelukannya...

"bagaimana kau bisa ada disini? " tanyaku

'Aku akan selalu ada di manapun kamu ada hingga akhir nafasku...."

'oh marc..." aku memeluknya erat sambil terus mendesahkan namanyan" marc..marc...marc...'

****

"makanlah dulu, sudah seperti tengkorak hidup tampangmu " Ucap Alex sambil menyodorkan sekotak spagheti yang masih hangat. Marc meletakkan koran yang dipegangnya. Headline berita di spanyol di dominasi oleh berita rencana pembunuhan terhadap Ilona, akhirnya masyarakat mengetahui siapa kekasih Marc marquez yang selama ini tersimpan rapat. Sayang sekali saat berita ini tersebar Ilona tergeletak tak sadarkan diri akibat percobaan pembunuhan oleh Carbonel, seorang perawat rumah sakit yang menjadi penggemar berat Marc marquez C.arbonel yang berhasil kabur setelah melakukan percobaan pembunuhan akhir tertangkap saat sedang mabuk mabukan di sebuah bar di salah satu sudut kota sevilla.

"Repot juga punya wajah ganteng" seloroh Alex

Marc terhenti menyuapkan spagheti ke dalam mulutnya " maksudmu apa lex? jadi kau menyalahkan aku karena Ilona hampir terbunuh? Hei banyak rider lain ganteng tapi pacarnya ngga dubunuh fans-nya?"

"eitss...sabar Marc, maaf kalau aku menyinggungmu..tapi aku tidak bermaksud begitu,

Marc kehilangan selera makannya, ia meninggalkan Alex kembali masuk ruang ICU, menemani tubuh diam Ilona.

Marc menatap ilona, wajah itu tetap diam. Melihat lebam biru di leher Ilona, membuat amarah Marc meradang, namun menatap wajah tanpa dosa ilona amarahnya hilang yang tersisa hanya rasa cinta dan takut kehilangan.

'ilona..dengarkan aku...tak bisakah kau mendengar, setiap hari aku memanggil namamu, bangunlah..."
 yang ada dalam diri marc adalah keyakinan, keyakinan bahwa Ilona akan terbangun, entah kapan. Saat ini tugasnya adalah terus percaya akan keyakinan itu.

"Ilona jangan pergi, tetaplah di sini bersamaku ....ilona sayang...bangun..." ucap marc sepenuh jiwa dengan suara bergetar menahan tangis. Seandainya alex tau betapa rapuhnya dia saat ini.

Marc terkesiap ketika dilihatnya airmata mengalir di sudut mata Ilona. Apakah Ilona mendengar kata katanya? Marc semakin mendekat, ia ciumi pipi Ilona kemudian berbisik lembut di telinga ilona

"Sayang bangunlah, jangan pergi..jangan tinggalkan aku.....'

Marc terus mengulang kalimat itu entah berapa kali hingga marc tertidur di kursinya dengan kepala bersandar di bantal Ilona.

Samar..samar marc mendengar suara memanggilnya " Marc,,,,marc..marc...'
Marc terbangun, Ilona memanggilnya. Ilona sadar dari komanya......

Marc terus terjaga, agar ia adalah orang pertama yang dilihat saat Ilona tersadar. Ilona kembali memanggil namanya kali ini dengan kelopak mata yang bergerak gerak, berusaha terbuka.

Ilona mengedip dengan lemah bebarapa kali untuk beradaptasi dengan cahaya. Koma yang cukup panjang membuat matanya sensitif terhadap cahaya. Marc mendekatkan wajahnya, sedekat mungkin.

"Marc..." panggil Ilona lemah di balik masker oksigen yang menutupi mulutnya

" iya sanyang...ini aku...terimakasih sayang atas perjuanganmu terus bertahan untukku..."

Marc memeluk Ilona. Marc begitu bahagia ketika Ilona memanggil namanya. mengenali wajahnya. MAsih lekat dalam ingatannya ketika dokter menginformasikan bahwa akibat cekikan carbonel ilona mengalami hipoksia yang menyebakan sel sel otaknya kekurangan oksigen cukup lama. Salah satu konsekuensinya adalah Ilona kan kehilangan beberapa memori di masa lalunya. Bersykur bahwa bukan memori tentang dirinya yang hilang.


****

Juga bukan keahlianya balet yang hilang dari memorinya. Tetapi lumpuh yang pernah di alaminya akibat MG!.

Marc berdiri memberikan standing applause. Ini adalah penampilan balet perdana Ilona setelah hampir 4 tahun vakum. Marc seperti mendapat kado terindah ketika akhirnya ia tau gadis lumpuh itu adalah penari balet terbaik di spanyol.

" jadi kau jatuh cinta dengan gadis lumpuh itu, sungguh romantis yah" komentar Ilona

'Jadi kau masih tak mengingatnya ya, aku sudah menceritakan puluhan kali" kilah Marc sambil mencium lembut telinga Ilona, Ilona menarik lehernya.

"kenapa kau suka selalu menciumku di telinga?'

'Hmm kebiasaan, saat kau koma, bibirmu tertutup masker oksigen, pipimu pun ada karet pengikat maskernya hahaha"

Ilona mencubit pinggang Marc, lalu bergelayut manja dalam pelukan Marc.

"terimakasih marc, kau selalu ada untukku bahkan di saat kematian akan menjemputku"

'bahkan seandainya bisa malaikat pencabut nyawapun ingin kuhalau..." sahut marc yakin dengan tatap mata tajam menembus hingga ke reluang hati Ilona paling dalam. tatap mata yang meykinkan bahwa kata katanya bukan gombal

"marc biar seribu kematianpun aku akan selalu mencintaimu, dan seribu kelahirankupun aku akan tetap memilihmu menjadi pasanganku " Ucap Ilona sambil menyapu lembut pipi marc dengan jemarinya.

Marc menangkap jemari Ilona di pipinya lalu mencium jemari wanita yang sangat ia cintai itu. Ilona tersenyum bahagia menatap Marc, membiarkan lelaki itu mencium lembut jemarinya. 

"Sungguh aku ingin menghabiskan umurku bersama lelaki ini selamanya" bisik hati Ilona

Marc berhenti mencium jemari Ilona lalu manarik Ilona ke dalam pelukannya, menyisakan jarak hanya beberapa milimeter. Bahkan hembusan nafas mereka saling beradu, dan membaur, melebur menyatu dalam satu tarikan nafas.

Lampu sorot panggung mengarah kepada mereka berdua, membuat mereka tersadar saat ini berada dalam aula. Aula besar untuk konser balet Ilona dengan bintang tamu Marc, 8times motoGP world cahmpion!

Deru suara motor berpadu dengan orkestra musik pengiring balet, kelembutan yang beradu dengan keberanian, feminisme yang bertemu dengan maskulinisme. 

Pertunjukan berakhir menegangkan Marc meluncur ke arah Ilona yang sedang melakukan pose arabesque. motor berdecit dengan bertumpu pada ban depan, lalu Marc mencondongkan wajahnya mencium Ilona dalam pose arabesque, Semua penonton terpukau...Riuh tepuk tangan dan teriakan histeris menutup pertunjukan itu. Kemudian layar tertutup

_END_

Pertunjukan balet yang dipadu dengan aksi motoGP menjadi acara yang sangat ditunggu tunggu setiap tahunnya di Spanyol. Mereka akhirnya menikah dikaruniai anak anak yang sehat dan lucu, bahagia hingga akhir hayat.


Cerita ini terinspirasi hayalan penulis, suatu hari nanti Marc pacarnya adalah balerina 





Sabtu, 21 Maret 2015

The Secret Story #6

For everygirls in the world, you need to learn that sexiness is not about being naked
The Secret Story #6 (TSS-6)
Location : Malaysia; Sama-sama Hotel and KLIA
Cast :
Marc Marquez as himself
Annbelle Marquez as his cute daughter
Mercy Marcia as Evelynne Tjandra
Melly as herself
Customer servive as themself

This is the link of : The Secret Story #5


Lobby Sama sama Hotel, Sepang. Malaysia


"daddy, ayoo temani aku nonton frozen lagi....daddy" Annabelle menagih janji daddy-nya. Tapi yang dipanggilnya tak bergeming.

Annabelle  kebingungan melihat daddy-nya yang diam seperti patung. Bocah kecil itu kini duduk disamping Marc, memperhatikan wajah daddy-nya dengan seksama. Meski usianya masih 5 tahun, ia cukup bisa menilai ada sesuatu yang tidak beres dengan daddy-nya. Tangan mungilnya ia gerak-gerakkan di depan wajah Marc. Namun Marc tak berkedip sedikitpun. Matanya terbuka tapi tak melihat, bahkan jiwanya mungkin saat itu sedang tidak di sana. Wajah Annabelle memerah, ia turut berkaca-kaca. Annabelle beringsut kemudian duduk dipangkuan Marc, lalu mendekap Marc dengan tangan mungilnya. Kali ini Marc tergugah dari lamunannya ketika samar-samar ia mendengar suara Annabelle menangis. Anak gadis kecilnya jarang menangis, tangis terakhirnya adalah saat mendapat tugas membuat puisi untuk mama. Marc tersadar, Annabelle ada dalam pangkuannya dan memeluknya, sambil menahan tangis. Marc membelai kepala Annabelle lembut. Annabelle segera menegakkan kepala yang sejak tadi ia benamkan di dada Marc.

"daddy, maafin abel ya....?" pinta Annabelle

"sayang...kenapa?" tanya Marc lembut

"Karena abel selalu ajak-ajak daddy nonton frozen, daddy jadi sedih...kan?"

Tiba-tiba Marc teringat janjinya untuk menemani Annabelle nonton frozen seusai wawancara.

"Ayo kita nonton frozennya, Abel bawa DVD nya kan?" tanya Marc setengah berbisik di telinga Annabelle

Annbelle menggeleng, lalu kedua tangan mungilnya menyangga wajah Marc. Sebentuk senyum lugu putri tunggalnya terbentuk, "Daddy, jangan sedih ya? Abel nonton frozennya sama om Alex aja" tangan bocah itu menyeka sisa air mata dipelupuk mata Marc. Marc terharu bukan main, putri kecilnya menghapus airmatanya. Annabelle memang masih terlalu kecil untuk tau penyebab air mata Marc. Ada rasa malu ketika putri kecilnya mengetahui dirinya menangis, ia nampak lemah.
Marc tersenyum lebar menyembunyikan keperihan hatinya. Marc menempelkan keningnya ke kening Annbelle, 'Ayo kita nonton Frozen bertiga sama om Alex" ajak Marc

"tidak daddy...., Abel tau daddy bosan, daddy kan boy, kan frozen itu untuk girl.." jawan Annabelle

"tapi om Alex kan juga boy, hayooo..." canda Marc sambil menggelitiki perut  Annabelle. Bocah itu tergelak riang

"Kalo gitu abel mau ajak onti Vanessaaaa..." teriak Annabelle

Bocah kecil itu merosot dari pangkuan Marc, berlari menjauh. Marc hanya memandangnya sampai bocah itu menghilang di belokan.

 ....

Habitat Apartment and Condo, Ampang Park, Kualalumpur.

"Aku berangkat ke jakarta!" sebaris pesan muncul di HP Melly.
Melly baru saja bangun tidur, rasa kantuk masih menggelayutinya. Namun setelah membaca SMS itu, ia mengucek-ucek matanya, memastikan siapa pengirimnya
Sender : Marc motogp

Melly terlonjak, ketika menyadarinya. Kemudian dia mencari nomor kontak Eve di HPnya. Sahabatnya harus tau berita ini. Harus !!

"Nomor yang Anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi" begitu bunyinya ketika Melly menghubungi Eve.

Melly mencoba mengulangi kembali, kali ini terdengar suara " Maaf nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif"

"yakk elaaah Eve kenapa susah banget ya di hubungi, kemana sih tuh anak ??" gerutu Melly seorang diri.

Melly menyerah, lalu di layar hapenya muncul notifikasi " missed call " dari Evelynne Tjandra.

Pantas saja, dia sibuk di telefon, ternyata pada saat yang sama Eve juga menelfon Melly. Melly meletakkan hapenya begitu saja, lalu berjalan menuju kamar mandi. Saat ia di kamar mandi beberpakali panggilan masuk dari Eve muncul.

Selesai mandi, melly menghampiri HPnya dan terkejut karena ada 20 missed call dari Eve. Ketika di telfon balik tidak juga aktif. Akhirnya Melly mengirimkan pesan singkat " Eve, Marc ke jakarta. Kamu jemput dia ya"

Marc and his cute daughter -FF

.....



"Daddy, kita mau kemana sih? kenapa kita hanya berdua, om Alex? om santi? om emilio? grandpa julia?"

Marc berjongkok di hadapan Annabel supaya ia bisa sejajar memandang wajah menggemaskan putri kecil kesayangannya.

"Annabel sayang, daddy mau bawa kamu ketemu seseorang yang sangat kamu inginkan...!" Ucap Marc sambil mencolek hidung mancung Annabelle.

"Siapa dad?" Tanya Annabelle dengan mata terbelalak, berbinar binar. Mata choklat gelap yang menurun dari Marc.

"Coba tebak? Hmmm?" Goda Marc sambil tertawa lebar

"Elsaaa?" Tebak Annabelle penuh semangat. Belakangan ini ia sedang tergila gila tokoh film frozen. Mulai dari baju bergambar elsa, sepatu, sandal, payung bahkan bed cover dan juga mug kesayangannya. Semua bertema tokoh Frozen.

"Bukan !" Ucap Marc agak kecewa

"Anna !" Annabelle masih mencoba menjawab. Masih seputar tokoh frozen juga.

"Dasar anak kecil " bathin Marc. Lelah.

Marc berdiri seraya meraup Annabelle ke dalam pelukannya.

Diciuminya pipi fluffy bocah itu. Annabele hanya tergelak gelak.

"Turunkan aku daddy! Ak mau jalan sendiri! " Pinta annabelle sambil berontak dari gendongan marc.

" Tapi jalan yang cepat ya...supaya tidak tertinggal naik pesawat. Masih ingin bertemu mommy kaan?"

"Aaaaapaa?" Annabelle terkesiap. Ia mematung sejenak

"Mommy ..." jawab Marc menegaskan dan meyakinkan putri kecilnya bahwa ia tidak salah dengar.

Lalu Annabelle menangis sekencang kencangnya sambil memeluk paha Marc.

"Daddy....daddy....seriuss? di mana mommy?"
Tanya Annabelle terbata bata di sela sela tangisnya. Tangisan senang bercampur kaget dan setengah tak percaya.

Marc kembali berjongkok. Menatap wajah putri kecilnya yang banjir air mata. Di belainya rambut Annabel sambil menyelipkan anak anak rambut yang menjuntai ke wajah Annabelle ke belakang telinga. Lalu dihapuskan air mata permata hatinya dengan jemarinya yang kasar.

Annabelle nyengir "tangan daddy kasar,  pipi Abel cakiitt" lalu Annabelle menjauhkan tangan Marc dari wajahnya.

Marc tertawa "iyaa tangan daddy seperti parutan yah, tapi Sayang daddy kan?"

Annabelle mengangguk "Abel sayang daddy yang tangannya kayak parutan " ucapnya sambil tertawa jahil lalu berlari...

Marc mmengejar putri kecilnya. Bocah itu berlari cukup kencang untuk seukuran bocah seumurnya.

"Ayo daddy cepattt...nanti tertinggal pesawat! " Teriak Annabelle menirukan kalimat Marc beberapa saat lalu padanya.

.....



Tok tok tok!!!

Melly terlonjak. Belum pernah ada orang sedemikian keras mengentuk pintu kamarnya. Sebab disetiap pintu ada bellNya. Apa orang itu buta huruf. Dan tidak membaca ada tulisan tekan bell. Setengah berlari Melly menuju pintu dan membukakannya.

Ketika pintu terbuka, Melly cuma bisa melongo. Tak bersuara.

"Mellyyyy....I miss youu, kok bengong? pasti ngga sangka kan aku senekat ini ?"

"Eve???"

"Iya, aku Eve...., ayo cepat antar aku ke hotel Marc..ayoooo"

"ehh ah tttap tapi...ituu..anuuu"

"kenapa? " tanya Eve tak sabar sambil mengguncang-guncangkan lengan Melly

"Kmana aja HPmu?? aku menghubungimu  susah setengah mati"

"Kaan aku boarding kesini, makanya nggak aktif,..."

'Aaarghhhh" teriak Melly sambil menepuk keningnya

"kenapa sihhh? jangan bikin aku bingung..."

"Marc ke jakarta..." jawab Melly lunglai

"APAAAAA? ke ja kar ta? " Eve terbata

Melly mengangguk pelan

"kenapa nggak bilaanggg?' Eve bernada tinggi

air muka Melly berubah ketika mendengar Eve membentaknya

"Aku udah info kamu langsung sedetik setelah Marc info kalo dia mau ke jakarta, kamu sendiri kenapa nggak bilang mau ke sini?" balas Melly ketus

Eve terhenyak di tempatnya. menyadari sikapnya yang salah. Lalu ia memeluk Melly. Melly tak merespon

'Maaf, aku ngga maksud begitu, aku..aku cuma panik" Eve memohon maaf dengan suara yang memelas.

Melly akhirnya luluh " Iyaaa, gw maafin, udah ngga usah mewek drama queen gini, sekarang kita coba susul Marc ke bandara!"

"Tapi mel..."

"Apalagi ayo cepat semoga kita masih punya waktu 30 menit, di SMS Marc bilang naik GA 9279, terbang jam 10.15'


****
KLIA- Airport, Kualalumpur, Malaysia


Setting : KLIA

Eve setengah melompat turun dari mobil, tepat di lobby keberangkatan. Eve menunjukkan tiket pulang ke jakarta hingga ia bisa masuk leluasa untuk mengejar Marc. sementara melly langsung melesat ke tempat parkir mobil.

sambil terengah engah, Eve menyusuri jadwal penerbangan yang terpampang di layar monitor raksasa. Ia menyipitkan matanya sambil mengelap keringat yang membanjiri wajahnya. Rambut panjangnya tak lagi tertata rapi seperti saat ia berangkat. Matanya terhenti pada sebuah angka GA 9279 dan kolom disampaing tertulis boardin. Seketika Eve berlari mencari gate garuda 9279. sesampainya di gate yang berdinding kaca itu, tampak hanya beberapa penumpang yang sedang antri, sebagian besar sudah menuju pesawat. Eve hanya bisa menangis menatap ke dalam, beberapa saat kemudian pada monitor raksasa tertulis GA 9279 sudah take off.

Eve berjalan gontai kakinya tidak tau arah mana yang akan di tuju. Eve berhenti di salah satu lorong, menyandarkan tubuhnya ke tembok. Ia tersedu. diraskannya persendian kakinya seperti tak bertenaga. tubuh Eve merosot, ia terduduk di lantai sambil memeluk lututnya, emmbenamkan wajahnya di antara kedua lututnya.

sungguh usaha yang sia-sia, sungguh keputusan yang terlambat. Mestinya Eve tidak membuka lembaran masa lalunya lagi. Merasa bodoh. Eve kesal. kemudian ia mulai meremas rambutnya dengan kesal.tak dipedulikannya orang yang lalu lalang dan memperhatikannya.

Eve memberi kesempatan dirinya menikmati kesedihan kekecewaan dan penyesalan, ia bebas mengekspresikan perasaanya karena disini tidak ada seorangpun yang mengenalnya. tidak ada keharusan untuk berpura pura semua baik-baik saja.

beberapa sat kemudian, tangis Eve terhenti ketika dirasakannya ada sepasang mata yang terus memperhatikannya, bukan hanya sepintas tetapi lekat memperhatikannya. Eve menoleh ke kanan. Seorang bocah kecil, membawa tisue toilet dan mengulurkan pada Eve.

"Jangan menangis, kau tidak boleh cengeng, kau harus jadi anak gadis yang kuat, ayo tersenyumlah,," kata bocah itu sok dewasa. Usianya sekitar 5 tahun, lancar sekali kalimat tadi meluncur dari mulutnya.

Eve menerima tisue yang diulurkan padanya, lalu menyeka air matanya. Bocah ini seperti malaikat kecil, tiba -tiba kesedihan yang menggunaung tadi lenyap. senyum bocah itu begitu menghibur Eve

"siapa yang menegajarimu bicara seperti itu?" tanya Eve lembut, sambil mengelus kepala bocah kecil itu

"daddy, daddy selalu bilang seperti itu kalau aku nangis" jawab bocah itu sambil memamerkan geliginya yang putih, untuk seumurannya sangat takjub giginya tidak rusak akibat permen atau karena malas gososk gigi, atau mungkin orang tuanya sangat telaten merawat anak itu, tebak Eve dalam hati.

"Namamu siapa?" tanya penasaran

"Panggil aku Abel " jawab bocah cantik itu lalu mengajak Eve untuk toss hi five. Eve menuruti

Kau siapa? Namamu siapa? "  tanya Annabelle balik.

"aku..namaku Evelynne..." jawab Eve sambil menyeka sisa air matanya dan tersenyum pada Annabelle.

Annabelle membungkuk lalu mencium kening Evelynne, sebelum berlari kecil meninggalkan evelynne. Evelynne hanya memandangi bocah itu.

"Abel abel..tunggu!!" Teriak evelynne lalu berlari mengejar Annabelle, tapi bocah kecil itu hilang di antara lalu lalang orang. Evelynne membuka hapenya, ia merasa bocah tadi mirip sekali dengan putri kecilnya yang belum pernah ia lihat.

****

Marc masih terdiam dalam duduknya, menatap ujung sepatunya. Namun pikirannya tidak di situ.
Setelah sekian tahun, dirinya masih saja terbelenggu masa lalunya, bayangan Evelynne seakan terus ada di kepalanya. Senyum Evelynne yang jarang namun amat sangat melumerkan hatinya. Nada-nada manja Evelynne yang di tutup-tutupi, tatapan mata rindu evelynne yang disembunyikan. Semua itu membuat Evelynne tak pernah membosankan dalam ingatannya.
Bahkan masih teringat jelas 6 bulan perjuangan Eve melawan morning sickness yang dahsyat, membuat tubuhnya kurus dan hanya perut yang menyembul. tiga bulan berikutnya Eve kembali normal, ia mulai makan tanpa harus di muntahkan, berjalan- jalan, menemani Marc latihan dirt track, membuatkan fusili tuna pedas. Fusili tuna pedas. menu baru yang belum pernah Mommy roser masak untuknya. Rasanya enak sekali, apalagi Eve menyajikannya dengan Lime Ice Mints.

"Marc, masa depan tidak berpihak pada kita. Aku bukan masa depanmu. Aku akan menjadi masa lalumu. Menjadi rahasia dalam hidupmu. Selamanya" Ucap Eve sambil membelai rambut ikal Marc yang bersandar di sisi tempat tidur Eve, beberapa saat sebelum Eve mengalami kontraksi dan melahirkan Annabelle.

Terdengar pengumuman untuk boarding bergema ke seantero ruang tunggu. Marc terhenyak, menyadari Annabelle tidak ada di sekitarnya.
'oh Annabelle !!" kemana anak itu,

Marc beranjak dari duduknya menanyakan ke oarang dikanan kirinya apakah melihat Annabelle. Hingga penumpang terakhir memasuki pesawat ia belum juga menemukan Annabelle.

Marc semakin panik, Marc keluar dari ruang tunggu menuju counter informasi untuk segera mengumumkan berita kehilangan Annabelle.

"My daughter lost !" ucap Marc sesampainya di meja informasi dengan wajah frustasi. menyesali kebodohannya yang tidak mengawasi Annbelle.

"Calm, do not panic, okay? We will help you...
now, tell us what are the characteristic of you daughter, what is she wearing today? How age?"

"Her name Annabelle, 5 years old, wearing pink frozen dress,  brown dark hair, little bit curly, brown eyes " jawab Marc sambil menatap penuh harap ke arah 2 orang Customer service yang ada di hadapannya

Sesaat kemudian, pengumuman tentang kehilangan Annabelle terdengar di seluruh sudut airport. Marc duduk gelisah, sebentar berdiri lalu duduk lagi, lalu melihat jam yang melingkar di tangan kanannya. berkacak pinggang sejenak sambil menatap langit-langit, lalu duduk lagi. tertunduk lesu menatap bandama pink milik Annabelle di tangannya.

"Keep calm, everything will be okay..." ucap salah satu CS sambil membawakan secangkir teh hangat

Marc tersenyum pendek, dan kata kata  tadi pun hanya masuk telinga kiri lalu keluar telinga kanan. Marc tetap gelisah. di tatapnya jarum jam di dinding lalu jam di tangan kanannya. seakan meyakinkan diri yang dilihatnya tidak salah. menunggu Annabelle kembali rasanya berabad-abad, padahal baru 30 menit ia kehilangan Annabelle.

"daddy !!!!!! " terdengar teriakan yang paling Marc nantikan. Marc menoleh ke arah suara itu, ia hampir tak percaya, ia mengucek -ucek matanya untuk memastikan pengelihatanya. Annabelle berlari ke arah Marc. Marc segera menyambutnya. Memeluknya erat. Mendekap seakan tak akan pernah ingin melepaskannya.

Annabelle, daddy tidak mau kehilanganmu ...kamu tadi kemana? daddy khawatir "  tanya Marc lembut berbisik sambil menciumi wajah Annebelle.

Annabelle balas menciumi wajah Marc. Tanpa disadari, secara alami, Annabelle mewarisi gaya Evelynne. Menciumi kedua kelopak mata Marc lalu memainkn rambur2 alis Marc, sambil menatap penuh sayang. Annabelle tersengguk-sengguk.

"daddy, maafin Abel, tadi Abel tersesat setelah dari toilet..Abel lupa jalan baliknya..."

"kenapa ngga bilang daddy ?' tanya Marc tanpa nada memojokkan

"sudah, dan daddy hanya mengangguk ...." jawan Annabelle inosen.

Marc menyadari kesalahannya, pasti saat Annabel memintanya mengantar ke toilet ia hanya mengangguk tanpa sadar karena tengah melamun.

"Maafkan daddy, sayang..." ucap Marc lalu kembali membenamkan Annabelle ke dalam pelukannya. Keteledorannya hampir saja membuat ia kehilangan putri satu-satunya, semangat hidupnya. Marc terus menggendong Annbelle sambil menarik traveling bag-nya.

"daddy..."

"ya sayang...."

"aku mau jalan sendiri...."

'tidak...kali ini daddy akan terus menggendongmu seperti ini..., kalo kamu hilang lagi seperti tadi, daddy ngga akan memafkan diri sendiri "

"pliiiiissssssss " Annabele memohon dengan gaya andalannya, memasang senyum manis hingga deretan giginya yang rapi tampak, sambil mengedipkan mata. Tapi kali ini jurus jitunya tak mempan. Marc justru semakin kuat memeluk Annabelle. Annabele menyandarkan kepalanya ke pundak Marc, rasa kantuk menyerangnya akibat sejak pagi buta tadi sudah dibangunkan dari tidur nyenyaknya.

Marc tersenyum lembut melirik ke arah Annabelle yang tertidur dalam gendongannya dan pegangan tangan Annabelle melemah, boneka princess Elsa pun terjatuh dari genggaman tangan mungil Annabelle.

My Daddy is the greatest dad in the world- Annabelle

.....


Langkah evelynne terhenti, sorot matanya tertuju pada seonggok boneka di lantai airport. Ia memungutnya, lalu mengamatinya. ia yakin ini adalah boneka milik Abel, si bocah kecil yang ia temui di dekat toliet tadi. Hari ini begitu melelahkan, peristiwa demi peristiwa terjadi seperti puzzle. Akan seperti apakah akhirnya?

Eve kembali berjalan, ketika beberapa langkah kemudian masuklah panggilan telefon

"Hi Mel, I missed him.." jawab Evelynne. Lalu menghentikan langkahnya, menepi ke pinggirian jendela raksasa berkca bening. Menatap ke luar

"maksudnya?' tanya Melly gusar

"Iya, Marc sudah ke Jakarta, pesawatnya sudah take off...... " Eve berhenti sejenak menghela nafas panjang. Butiran bening mulai meluncur dari sudut matanya

"Eve, are you there?....are you okay?..." tanya Melly khawatir setelah beberapa saat tak terdengar suara.

"I'm here..., Mel, i don't know what should I do.." ucap Eve putus asa

"Eve, sabarlah, yang tenang, kau bisa memajukan jadwal pesawatmu untuk kembali ke jakarta. Kalian bisa bertemu di jakarta. Aku akan coba kontak Marc untuk menunggumu di Jakarta sebelum ia meneruskan kembali ke Spanyol. okay...?

"Mel, sudahlah tidak perlu repot-repot. Mungkin memang aku tidak seharusnya kembali bersama Marc. Aku yang meninggalkannya 5 tahun lalu. Aku jahat, aku egois, aku membiarkan dia mengurus seorang bayi. ibu macam apa aku ini, bahkan melihatnya pun tidak. Aku tidak pantas untuk kembali mendapatkan Marc dan juga anak itu. Aku tidak pantas mereka mel,..kau tidak perlu menelfonnya. Biarlah semua terjadi mengalir seperti apa adanya, jika memang takdir kami bertemu, kau tidak perlu menghubungi Marc......'

"Eve, tidak seharusnya kau menyalahkan dirimu sendiri, Marc pun tak pernah menyalahkanmu percayalah, Marc sangat menanti kau kembali..."

"Sudahlah mel, tidak usah menghiburku, mungkin hidupku ini memang harus dramatis seperti ini..."


"Ya Tuhannn...Eve...lebih baik kau menenangkan dulu di sini, keluarlah aku akan menunggumu di lobby bandara, okay?"

"Terimakasih mel, tapi aku ingin sendiri saat ini...kau pulanglah. maafkan aku menganggu istirahatmu tadi "

"Oh common Mel..., jangan begitulah. Kau jangan membuatku khawatir..."

"I'm okay Mel, nothing to worry about me. Semua ini ada sebuah konsekuensi dari semua keputusan yang aku buat. Aku tidak mau lagi lari dari kenyataan karena terlalu dikontrol oleh perasaan takut. Aku harus berani menghadapi kenyataan akibat salah mengambil keputusan di masa lalu..., by Mel...take care your self"

Eve menutup telefonnya tanpa menunggu jawaban Melly.

"No right, no wrong don't blame yourself !" sebuah suara muncul tepat dibelakang Eve.  Suara yang sudah lama sekali tidak ia dengar. Suara dari seseorang yang dibawah alam sadarnya selalu dirindukan. Seseorang yang sengaja ia pendam dan lupakan selama bertahun tahun.

Eve ragu-ragu membalikan badannya. Benarkan suara Marc? Bukankah pesawatnya sudah take-off beberapa saat lalu??

Tangis Eve meledak, ketika ia membalikkan badannya dan pria yang kini tepat di hadapannya adalah Marc Marquez. Tak satupun kata keluar dari mulutnya, bahkan udarapun seakan tak mampu ia hirup. Otot pernafasannya seakan lumpuh. Dan kelenjar airmatanya seperti lupa cara untuk berhenti, begitu deras mengalir. Yang ia tau jantungnya kini berdetak lebih kencang dari biasanya, bahkan ia khawatir detaknya dapat terdengar oleh Marc.

Marc berjalan mendekati Eve, pandangan Eve semakin kabur karena pembiasan airmata di permukaan korneo matanya. Marc memeluknya, mendekapnya. Eve hanya diam, ia tak kuasa menggerakan tubuhnya.

"Tidak ada yang salah, tidak ada yang benar, ini adalah perjalanan hidup. Cerita hidup yang memang harus dilalui. Aku tetap menginginkanmu menjadi bagian dari masa depanku dan anak kita, Annabelle" ucap Marc dalam bisikan lembut ditelinga Eve.

"Itu salahku Marc, seharusnya aku tidak meninggalkanmu, seharusnya aku tidak egois...."

"kau tidak salah, kau ingin membuat ayahmu bangga, apa itu salah? tidak kan? ..."

"Tidak Marc, aku tetap salah, it was my own mistakes...."

"Okay, but never look back on past mistakes, learn from them and move foward. let it go..." ucap Marc sambil menghapus air mata di pipi Eve. Eve menangkap jemari Marc di wajahnya lalu menciumnya penuh perasaan, rasa bersalah, rasa rindu dan tak mau kehilangan. Marc kembali memeluk Eve erat, dan Eve membalas pelukan itu. Tangan Eve masih menggenggam boneka yang tadi ia temukan.

"Daaaad...?? apa bonekanya sudah ketemu??" tiba-tiba Annabelle muncul dari belakang. Bocah itu tidak sabar menunggu ayahnya kembali dari mencari bonekanyanya yang terjatuh.

Marc melepaskan pelukannya, tersenyum ke arah Annabelle yang terbengong melihat ayahnya berpelukan dengan seorang wanita. Pemandangan yang tidak pernah Annabelle lihat sebelumnya. Terlebih Eve, dia bukan hanya terkejut.

"Marc...? dia? " tanya Eve menatap Marc lalu bergantian menatap Annabelle. Lalu Marc mengangguk

Eve masih memegang boneka princess Elsa milik Annabelle.
"Hi, aunty kau masih menangis? " sapa Annabelle ramah, sambil mendekati Eve

Eve berlutut (berdiri dengan lututnya) ketika Annabelle tepat sampai di hadapnnya.

"Ini bonekamu, aku menemukannya tadi " ucap Eve sambil

"Terimkasih aunty, tapi mengapa kau masih menangis? Ayo berhentilah menangis tau daddy-ku akan memarahimu dan bilang JANGAN CENGENG" ucap Annbelle sambil menirukan gaya Marc

Marc tertawa menutupi wajahnya. Eve tersenyum dalam tangisnya
" Boleh aku memelukmu ? " Tanya Eve pada Annabelle

Annabelle menatap Eve bingung, lalu menatap Marc meminta pertimbangan. Marc menngangguk tanda setuju. Annabelle membuka kedua tangannya dan membiarkan Eve memeluknya. Marc membungkuk dan memeluk mereka berdua...




stay tune gurlz!!



to be continue....