Powered By Blogger

Minggu, 05 Juli 2015

The Serial of Marquez Family #11






Ada bintang tamu di TSOMF 11 - Luca Marini









TSOMF masuk musim ke 11, waaw. Dulu waktu saya pertama kali keidean nulis cerita komedi keluarga Marquez, nggaaa pernah ngebayangin bakal sampai seri ke 11. Dan saya masih menjadi penulis manja, karena cuek sama typo. Menurut saya nulis di blog pribadi seperti ini adalah masa bebas, bebas nulis ide apa aja, bebas typo juga karena ngga akan dibalikin sama dosen pembimbing. Yap ini adalah FF blog bebas, asal kalian mudeng boleh ketawa, ngga usah dipikirin masalah typo. Cukup tugas akhir aja yang bikin migren koreksi typo. Nanti kalo isi blog ini mau dicetak, saya bakal sewa editor kok. Kedua, tentang gaya bahasa, saya membuat diri saya sebebas mungkin di sini, saya nulis apa yang saya mau. Kalo mau bilang bahasa saya amburadul, silahkan angkat kaki dari planet FF saya ini. pergi aja sanah ..husshh husssh !!. Blog ini just for fun, bukan pencitraan apalagi kepengen dapet A jadi ngga perlu kritik, komen boleh asal asyik asyik aja karena ini tentang yang asyik-asyik hahaha. Duh kayaknya kebanyakan nih kata pengantar dari penulis..maaapph xixi..



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


TSMOF, season 11

Marc dan Alex baru saja sampai dari Assen. Hasil race memuaskan, terutama untuk Marc. Sepanjang musim sudah 3 kali ia ditimpa DNF, termasuk di Catalunya, bahkan di lap pertama. Tapi bukan Marc namanya kalau ia bersedih. Nothing to lose, yang lalu biarlah berlalu, let it flow. Sesuai ramalan di vonvon, Marc Marquez Alenta adalah orang yang tidak pernah marah dan selalu bahagia. Sepertinya marc lulus ujian, hadiahnya adalah P2 di Assen.



Sejak pindah ke Andorra, kamar Marc dan Alex tidak lagi berbagi. Masing-masing punya kamar dengan ukuran super besar. Mereka berpisah di anak tangga ke 8, selanjutnya ada 2 anak tangga menuju masing-masing kamar.



“Met istirahat ya bro!” ucap Marc sambil mengacak rambut Alex.



Alex sebetulnya tidak suka kebiasaan Marc yang satu ini, sebab membuatnya seperti anak berumur 6 tahun. Alex mengibaskan kepalanya, sambil menjauhkan Marc dengan kakinya



“Dasar adik kurang ajar !” umpat Marc sambil nyengir



“Sok tua lu , weeew “ lalu Alex bergegas naik dan menghilang dibalik pintu kamarnya.



Marc meringis, sambil mngusap pahanya yang kena tendang Alex. Sayup-sayup terdengar suara perempuan menangis dari kamarnya. Marc mengendap-endap. Konon disekitar rumah Marc di Andorra ini memang angker, katanya pernah ada gadis yang bunuh diri. Adrenaline deras mengucur mungkin lebih kencang daripada saat lampu hijau menyala saat race. Marc yakin suara itu dari kamarnya. Pelan ia buka pintu kamarnya. Tidak ada siapa siapa. Kasurnya kosong, sofa di kamarnya juga kosong, kamar mandi juga kosong. Tapi suara tangis itu masih ada.



“hiks hiks.....maaaarc “ suara itu memanggilnya, Marc hampir pipis di celana seandainya tidak segera sadar itu adalah suara Alicia.



‘Alicia, kamu di mana ? “



“Di sini hik hiks,....”



“Kamu ngapain sih duduk di atas lemari, ayo turun “



Alicia menggeleng. “Ngga mau...aku mau bunuh diri “ jawab Alicia sesenggukan



“HAAH??” Marc ternganga



“Serius Al?”

Alicia mengangguk



“Caranya?” tanya Marc, ia tau adik kecilnya ini sering bertindak konyol



“Lompat dari lemari hiks hiks ‘ dan tanpa diduga Alicia langsung melompat

Marc segera menangkap tubuh Alicia, keduanya tersungkur di lantai dengan posisi tubuh Alicia yang menindih Marc.

Tangis Alicia terdeam di dada Marc. Marc membelai rambut halus Alicia dengan penuh sayang.



“Alicia, bunuh diri jatuh dari atas lemari itu ngga akan mati, kamu tau? “



‘Trus biar mati, lompat dari mana?’



“Ngga usah bunuh diri, nanti juga semua manusia bakal mati. Kamu tunggun aja gilirannnya”



Tangis Alicia malah makin menjadi.



“SSShhh, cup cup jangan nangis...” ucap Marc sambil menegakkan kepala Alicia yang tergeletak di dadanya, dengan kedua ibu jarinya ida menghapus air mata Alicia



Meski badan Alicia kurus tapi berat juga, Marc berusaha bangkit. Alicia tidak beranjak, ia tetap melekat di badan Marc, persis anak monyet nemplok sama induknya.



‘udah dong nangisnya....” rasa lelah post-race ditambah rengekan Alicia makin menguji kesabarannya.



“Air matanya keluar sendiri,,, hiks hiks....ga bisa berenti “ sanggah Alicia manja.



Marc meniup wajah Alicia, lalu mengecup kening adik kesayangannya itu. Kebiasaan Marc sejak Alicia kecil untuk menghentikan tangisnya dengan meniup lembut wajah Alicia.



“Cerita kenapa nangis?”



Sambil terisak isak, Alicia bercerita “Al, diejek temen temen karena belum punya pacar, semua temen Alicia udah punya pacar. Al ngga boleh main sama mereka kalo Al belom punya pacar”



“Udah ngga usah sedih, kakak traktir yuk...” Ajak Marc untuk menghibur



“Ikuuutttt !!” tiba tiba Alex muncul. Fenomena aneh ke 2 di rumah itu adalah Alex! Ia selalu muncul saat ada makanan, terutama makanan gratis.



Marc dan Alicia memutar bola mata lalu secara bersamaan keduanya berucap “Cape deehhh”


-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sister-brother time !



El Gran Cafe Restaurant, La Vella Andorra


Sebuah mobil sedan putih meluncur menuju Carrer prat de la oreu, lalu berhenti dan parkir di depan sebuah restaurant bernama El Gran Cafe, sesuai rekomendasi Alex yang doyan makan. Setiap ada restaurant baru di Andorra pasti langsung diburu Alex. Herannya meski doyan makan badannya ngga gendut. Kakinya masih kayak tusuk gigi.



Mereka duduk di salah satu sudut terluar resto. Pelayan datang menghampiri “ Mau pesan apa?”



“Alicia kamu pesan Beef Bourguignon aja itu enak ..”.



“Marc kamu kan suka pasta, di sini spaghettinya enak, dan ada taburan keju Parmigianino Reggiano, itu keju paling enak di italia, cobain deh “



Kalo minumnya kita beda beda aja biar bisa saling nyoba



Alicia langsung protes “ interupsi!, keberatan. NO saling nyobain “



Alex nyengir, misinya gagal. Marc mengacungkan jempol ke arah Alicia.


Si mas-mas pelayannya cuma senyum senyum. Tugasnya menjelaskan sudah diambil alih Alex. Pantas saja Alex ini ngga punya tabungan, kerjaannya kalo ngga lagi race cuma makan-makan, shopping dan jalan jalan.

“Sudah bisa dicatat pesananya?” tanya si pelayan

Marc dan Alex menyebutkan pesanan masing masing, dan sekarang giliran Alicia ..

“Untuk pembuka creme brulee, lemon ice...” lalu Alicia diem lama...

Sejak kecil Alicia kurang doyan makan, sangat sedikit makanan yang disukainya dan amat jarang menilai makanan enak. Ngga heran kalo badan Alicia sejenis Alex. Cuma Marc yang omnivora sejati.


Dua menit kemudian....si pelayanan menanyakan menu utamanya
“Main course-nya nona?”



“ hmmm apa yaa? Oh ini aja Gambas Ajillo”



“Single or double?”



“Jomblo” jawab Alicia polos



Marc dan Alex langsung terbahak sambil memegangi perut. Alex bahkan sampai keluar air mata saling gelinya.



Marc berusaha meredakan tawanya, lalu mengacak rambut Alicia dan mencium keningnya.



“Single, aja menu double terlalu besar untuk dia “ Ucap Marc mewakili Alicia. Pelayanan itu bergegas pergi mengambil pesanan



“Ooooh ukuran menunya....” seloroh Alicia, lalu tertawa terpingkal pingkal menertawakan dirinya sendiri. Marc dan Alex cuma bengong sambil saling tatap. Yaahh she is our lovely sister! No Choice brotha!!

-------------------------------------------------------------------------------------------

MAK COMBLANG



Cinta pertama, cinta yang tak terlupakan, tak terlupakan buat Alicia juga Marc, Alex, Mami Roser dan Papi Julia.

Alicia uring2an karena cuma dia satu-satunya yang belum punya pacar. Gengsi dan demi harga diri dan demi ngga dikucilkan dari pergaulan. Haduh mazhab mana yang alirannya begini?







Akhirnya Marc dan Alex bikin list nama-nama rider yang bakal dikenalin ke Alicia. Satu-satu dikenalin, tapi hasilnya nihil dengan berbagai macam alasan.





1. Karel hanika...ditolak karena ternyata suka ngasi hadiah berupa sovenir gratisan dari sponsor

2. Fabio quartararo, cuek. sering lupa janji. Suatu hari janjian ngejemput ternyata telat, terpakasa Alicia jalan kaki, saking dendamnya Alicia ngempesin ban motor fabio.

3. Enea bastianini, selalu ngajak makan spaghetti di italian ristorante punya bokapnya, alicia sampai mual mual bosen makan spaghetti, meski sebenrnya Marc girang karena sering kebagian pasta gratisan

4. Maverick, ketauan modus cuma jadi mata mata kegiatan Marc, Alicia sadar cuma diperalat, milih kabur

5. Pol espargaro, awalnya akur karena sama-sama suka kucing, tapi akhirnya ribut karena kucing mereka adalah rival di perlombaan.


Menyerah, ngga tau mesti ngenalin ke siapa lagi yang masih jomblo. Alasan lain adalah, ngga enak juga sebab Alicia terlalu selektif, meski kepepet ngga punya pacar tetep aja pilih-pilih.


****

Marc baru selesai mandi, cuma berlilit handuk. Tapi getaran ponsel di meja membuatnya menunda berpakaian. Marc mampir duduk dan membuka ponselnya. Tersungging senyum di wajahnya. Marketa bersedia menjadi UGnya di Sachsenring. Sebenarnya sejak masih sama-sama kecil dan masih menjadi pebalap minimoto, Marc sudah ada hati dengan Marketa. Tapi ada rasa takut Marketa menjauh jika dirinya mengutarakan isi hatinya. Jadi seperti ini. Temen tapi temen. Alias gaje.


Baru saja Marc akan membalas pesan Marketa, tiba tiba dari arah belakang Alicia muncul dan menyerbu Marc dengan pelukan gembira.


‘Maarccccc!! Muah muah “ Alicia meneriakkan nama Marc lalu menciumi pipi kanan-kiri abang kesayangannya.


Marc bukan membalas pelukan Alicia tapi justru memegangi ujung handuk yang melilitnya. Alicia masih bersandar di dada Marc sambil senyum senyum. Marc mengerutkan alisnya


‘Al, kok girang begitu, kenapa? Jangan iseng ya!” tetiba Marc waspada


Alicia melepaskan pelukannya, lalu duduk di bibir tempat tidur Marc, tidak menjawab. Malah sekarang berbaring di tempat tidur Marc sambil menatap layar Hp yang di pegangnya.


Marc cuma bisa geleng-geleng, segera menghilang ke balik pintu lemari pakaian dan berbusana sebelum kejahilan Alicia muncul. Pernah satu waktu Marc keluar kamar mandi cuma pakai handuk dan Alicia menyembunyikan kunci lemari pakaian, akibatnya hampir setengah harian cuma pake handuk doang. Kadang-kadang Alicia keterlaluan kalo ngerjain kakaknya.


Marc sudah selesai berpakaian, Alicia menghampiri Marc dan menarik tangan Marc, mengajaknya duduk di sofa kamar.


‘Aku mau cerita...” ucap Alicia dengan wajah berbunga bunga


‘cerita apa?” Marc merespon sambil membetulkan kerah bajunya



“aku udah punya pacarrr..yipiiiii “ Alicia girang sambil tepuk tangan untuk dirinya sendiri


Marc membetulkan posisi duduknya untuk lebih condong ke Alicia “ Oh Yaaa? Sama siapa?”


“Coba tebak sama siapa?”


Marc merem sejenak. Mikir keras. Adik bungsunya ini kan negga pernah keluar rumah kecuali ke sekolah. Sejak terakhir kali ada cowok di sekaloah Alicia naksir Alicia trus kena tonjok Alex, ngga ada lagi yang berani deketin Alicia. Dikenalin sama anak-anak moto3, moto2 sampai motoGP semuanya ngga sesuai kriteria.

Marc menggeleng " Give up !"

“Luca, hihi...” jawab Alicia sambil menutup bibirnya dengan jemari tangannya


Marc melotot ngga percaya “Luca siapa ? Temen sekolah ?”


Alicia menggeleng “ Luca Marini..., “


“Whattt ??” Marc tepok jidat. Seingat Marc nama Luca ngga masuk daftar calon yang akan dijadikan target.

“Marc, takut kalah ganteng ya? Udah kalah tau, hmmm sekarang paling ganteng buat aku Luca, nomor dua kamu, nomor 3 Alex nomor 4 Papi, kamu masih masuk 5 besar cowok terganteng versi Alicia, tenanglah...’ jawab Alicia sambil menepuk-nepuk bahu Marc, lalu cekikikan kemudian meninggalkan Marc di kamarnya.


Marc ngga habis pikir kok bisa secepat itu jadian sama Luca, padahal ketemu baru waktu di Assen minggu lalu. Sementara dirinya memendam cinta bertahun tahun dengan Marketa sampai hari ini statusnya masih ngga jelas.

“dasar anak jaman sekarang “ umpat Marc


Baru saja Marc hendak merebahkan diri, kepalanya hampir mendarat di bantal. Pintu kamarnya diterjang Alicia


‘Maaarrrc!!! Luca akan menikah denganku aaaaahhhhhh ‘  teriak Alicia bahagia sambil berputar putar riang di hadapan Marc



Marc spontan bangkit, kepalanya berdenyut denyut karena kaget. Entah kapan Alicia membiarkannya istirahat.


‘Marc aku akan menikah dengan Luca!, baca ini “ kata Alicia sambil menyodorkan hpnya


berjanjilah, kita akan menua bersama selamanya, 13 tahun lagi aku akan menikahimu..

kita akan punya 4 orang anak yang lucu-lucu. 13 tahun lagi kau akan menjadi Alicia Marini



Marc sampai tidak tau harus komentar apa, bisa bisanya Luca sudah punya rencana menikah padahal kakak tirinya sampai sekarang masih jadi bujang lapuk. Entah harus khawatir atau tertawa membacanya. Wajah Marc datar. Alicia tidak peduli dengan ekspresi kakaknya yang nanggung, ia mengambil lagi hp nya lalu keluar kamar Marc sambil bernyanyi riang.



....



13.00 CET



Rufea



Marc, Alex, Tito, Navarro. Hari itu mereka berempat janjian nge-dirt track di sirkuit tanah merah. Mereka sedang asyik ngobrol sambil menikmati makan siang sebelum latihan di lanjutkan setelah istirahat siang. Alex menghentikan aktivitas makannya sejenak, mengangkat telefon



‘Halo al, ada apa?” tanya Alex sambil mengunyah sisa makanan di mulutnya



‘Al,...ngomong apa sih, ga jelas...”



Lalu menyerahkan hpnya ke Marc.



“Nih Alicia, pusing ah, sambil nangis ngomongnya ga jelas' ucap Alex kesal



“Nangis?” tanya Marc khawatir



‘Hai Al, kenapa sayang hunny bunny sweety? kenapa nangis?’ tanya Marc memanjakan



“Marc,,,hiks hiks,, aku putussss huhu uhuk uhuk “



“tenang-tenang jangan nangis terus nanti asmanya kumat lagi,,,,putus gimana ?’



‘Luca jahat. Jahatttttt “ teriak Alicia



“Eh jangan teriak teriak gitu, nanti tetangga pada panik" Marc panik juga, sebab Alicia kalau berteriak bisa 7 oktaf, khawatir di laporin polisi dikira ada apa-apa di rumah.



“Ngga peduliiiiii, hiks hiks aku broken heart!!!!, marc sempotan serangga disimpen di manaa?’



Waduh, jangan jangan Alicia niat bunuh diri minum racun serangga, wah Marc harus segera kembali ke rumah.



‘Alex, aku pulang duluan ya, Alicia sendirian. Kau temani tito dan navarro dulu, besok lanjut lagi okay?" Marc pamitan



Tanpa menunggu jawababn Alex, Marc sudah menghilang.





.....


Luca dan Linda




Dengan menggunakan kunci serep Marc langsung menerjang masuk, ia mendapati Alicia tengah menangis pilu sambil memeluk lututnya. Si maru duduk diam sambil menatap Alicia. Kucing itupun bingung harus bagaimana.



Marc langsung memeluk Alicia, dan tangis Aliciapun pecah di dada Marc.



“Marc, aku putus dengan Luca ...rasanya seperti mau kiamat’



“kenapa, siapa yang mutusin ?’



‘Aku yang mutusin, soalnya aku nemu foto luca sama perempuan lain, luca bilang itu kakaknya, aku ngga percaya kakaknya luca kan laki-laki....huhu ternyata dia playboy cap duren tiga jadi texting message ke Luca bilang kita putus aja”

‘Astagaaaaa”



“Trus sekarang, udah dibalas ?”



“udah, apa katanya?”



“oke, putus huhuhuhu “ nangisnya Alicia makin kenceng



Akibat Alicia putus cinta terpaksa Marc nemenin Alicia tidur semalaman dan merelakan kaosnya basah kena air mata dan jadi elap ingus Alicia. Marc mungkin cuma tidur 2 jam.



Keesokan paginya, usai mengantar Alicia sekolah, Marc ke Rufea, karena sudah janji mau nge-dirt track lagi. Sebenernya ngantuk luar biasa, tapi udah terlanjur janji sih...



Pikiran Marc ngga tenang juga, selesai nge dirt-track Alex, Tito dan navarro ngajakin nonkrong di Pyreness mall, tapi Marc menolak. Marc milih pulang cepat.



Marc sengaja mampir ke sekolah Alicia, alih-alih ketemu Alicia malah temen-temen Alicia histeris ngelihat Marc muncul di sekolahan, pake ada yang pingsan segala lagi. Daripada dituntut polisi karena menyebabkan keramaian massa, Marc milih segera kabur.



Sampai di rumah, Marc langsung teriak-teriak manggil Alicia, Marc khawatir Alicia akhirnya nemu racun serangga. Waktu masuk rumah ngga sengaja kaki Marc kesandung kaleng racun serangga. Alicia ternyata menemukannya. Ngebayangin Alicia terkapar kayak kecoa terbalik karena minum racun serangga, bikin hati Marc kebat kebit.


Pantesan Marc udah teriak-teriak kenceng gak ada jawaban karena si Alicia lagi duduk di meja makan sambil dengerin musik pakai earphone.


Marc meletakkan kaleng racun serangga di meja makan, Alicia tak bergeming dia asyik dengerin musik sambil makan pasta. Akhirnya Marc mendekat dan melepas paksa earphone yang sedang dipakai Alicia.


“Apakabar ? “ tanya Marc kesal


‘Marc, balikin earphonenya ih ....rese deh ‘ berontak Alicia


“Tadi malem ada yang broken heart sampai pengen minum racun serangga, apa kabar ??” Tanya Marc menyindir. Yang di sindir malah cuma senyum senyum



Di wajah Alicia sama sekali ngga ada bekas-bekas patah hati, seperti ngga ada apa-apa semalam, padahal ulahnya itu sudah bikin Marc kepikiran dan ngga tidur.


“hehehe...udah jadian lagi dong, nanti Luca malah mau ke sini, sama cewek yang ada di foto itu. ternyata cewek itu pacar baru kakaknya. hehe ....huuu lagian siapa yang mau minum racun serangga? “

"Kemarin kamu nanyain racun serangga kan ?"

"Kan nanya, mau dipake buat semprot semut, itu sepatu Alex buat sarang semut, apa mau dibiarin aja semut itu bikin istana di sepatu Alex?
"
Marc melotot, sambil menelan ludah lalu garuk-garuk kepala yang ngga gatel sama sekali. Sia-sia mikirin Alicia. Tanpa berkomentar Marc langsung masuk kamar, lalu mandi untuk mendinginkan kepalanya.
****
DONE! sampai jumpa di TSOMF selanjutnya






















Selasa, 16 Juni 2015

The Rest of My Life #4

Cover Story of The rest of My Life #4



hi dear...
ternyata kegagalan marc di beberapa balapan terakhir ini penyebabnya (in my imagination)..hehe selamat membaca

Seri 3 nya keterlauan jauh kepisah sama seri 4. pasti kalian lupa ceritanya. nah silahkan baca lagi di link berikut untuk mengingat kembali  TROML #3

------------------------

Marc setengah berlari memasuki koridor rumah sakit, ia terlambat 30 menit dari jadwal operasi Ilona. Pagi itu Marc mengenakan sweater abu abu dan celana kain berwarna hitam. Meski telah masuk musin panas, tapi suhu di pagi hari seringkali drop hingga suhu dibawah 10 derajat, meski kemudian saat siang hari bisa mencapai suhu 35 derajat.

Marc mendorong pintu kamar perawatan ilona. Matanya menjelajahi ruangan. Kosong.

"Ah pasti ilona sudah masuk ruang operasi" bathin Marc. Marc kembali berlalri menuju ruang operasi. tidak sulit baginya menemukan ruang operasi karena dirinya pernah beberapa kali dioperasi di rumah sakit itu akibat kecelakaan saat race.

Marc berhenti di sebuah ruang dengan ukuran pintu raksasa, ruang operasi. Di depan ruang itu terdapat beberapa kursi yang biasa digunakan untuk keluarga pasien menunggu. Marc mengamati wajah-wajah yang duduk di kursi itu, tak satupun ia kenal. Tidak ada bibi Carlotta, paman Emilio maupun ayah Ilona.

"Kemana mereka semua?'' tanya Marc pada diri sendiri.
 marc menyenderkan badannya ke tembok, kepalanya menengadah. sejenak mengatur nafas dan menata pikiran. setelah terdiam beberapa saat, marc memutuskan untuk ke ruangan dokter Mir.

Ruangan dokter Mir kosong, pun perawat yang biasa menjadi asistennya. Marc terduduk pasrah di salah satu kursi di ruangan dokter Mir, mengeluarkan iphone dari sakunya. Mencoba menghubungi bibi Carlotta dan paman Emilio. Tapi tidak diangkat.

Marc meremas rambutnya, kedua siku ia topangkan di atas paha. Tertunduk.
."tuan marc!"

Tiba tiba sebuah suara memecah keheningan. Marc terjaga dari lamunannya.

"Yah?" Sahut marc sambil merapikan jambul nya yang rusak setelah ia remas tadi.

"Mencari dokter mir?" Tanya seorang perawat

"Ah iya betul, ehh tidak sebetulnya saya mencari pasien bernama Ilona yang seharusnya operasi hari ini. Saya sudah ke ruang operasi tapi tidak ada..ehmm..."

"Nona Ilona dipindahkan ke rumah sakit Universitat de barcelona, tadi pagi ia kritis ...."

"Apaa??? Tapi tapi kemarin ia baik baik saja..."tanya Marc panik tak keruan.

Perawat tadi mundur satu langkah, ia khawatir Marc akan menerkamnya.

Percuma, Marc bangkit menangkap kedua pundak perawat tadi dan mengguncangkannya sambil memberondong banyak pertanyaan "keadaannya bagaimana sekarang, katakan! Di ruang apa? Kritis bagaimana? Apakah dia akan selamat?"

Si perawat itu melepaskan cengkeraman tangan Marc
"tenanglah tuan, jangan panik pergilah ke rumah sakit universitat de barcelona, nona ilona ada di ICU. Dan berdoalah Tuhan memberikan yang terbaik untuknya. Tuan..selama ini saya mengenal tuan sangat baik bisa mengontrol emosi. Tuan pasti bisa melewatinya...."

Marc tertegun sejenak. Benar. Perawat itu benar. Baru saja Marc kehilangan kontrol emosinya. Untuk pertama kalinya pikiran negatif menghantui pikirannya. Betapa tidak menyenangkan memiliki pikiran negatif. Marc baru saja berfikir negatif tentang keadaan ilona yang membuatnya panik. "Keep calm, marc! She will be okay" lalu Marc menarik nafas dalam dalam, menata hati dan emosinya.

***

Lapisan bening di bola mata Marc, membuat pandangannya blur. Menatap tanpa berkedip sosok cantik di hadapannya. Ilona. Wajahnya putih seperti kertas. Bibirnya biru-ungu, bersembunyi di balik masker oksigen. Rambut nya terbungkus cap. Matanya terpejam menampakkan lentik bulu mata, tebal. Alisnya tertata rapi, meski bukan hasil sulam alis. Tubuhnya tipis di balik selimut tebal yang menutupinya. Jemarinya yang panjang-lentik, terdiam kaku dengan jarum infus yang menembus pembuluh darahnya yang tipis. Marc menyentuh pipi Ilona. Dingin. Alat monitor jantung naik turun dengan lemah suaranya mengiris-iris perasaan Marc. Perasaan takut suara alat perekam jantung itu berhenti. Lapisan bening itu tak terbendung. Marc memejamkan matanya, dan cairan bening meluncur deras. Tubuh Marc terguncang-guncang, menahan tangis dan perih. Marc tidak pernah menyangka sedalam itu cintanya pada Ilona, hingga kesakitan Ilona menjadi kesakitannya juga. Marc menangis tanpa suara.

"Ilona, bangunlah...sayang....ini aku...." bisik Marc dengan lembut di telinga Ilona. Seseorang menyentuh pundak Marc. Bibi Vanessa.

"Sudah Marc, percayakan pada tim dokter. Ilona berada di tangan yang tepat. Ada yang mencarimu di luar " Ucap bibi Vanessa

Marc menghapus air mata dengan punggung tangannya sebelum menoleh. 

'Ehmm, iya...saya permisi bi, " Marc beranjak keluar dari ICU dengan wajah tertunduk.

Mata Marc masih merah, ia menemui seseorang yang dikatakan bibi Vanessa.

"Hector, ayo kita berangkat "

'Marc, kau baik-baik saja ? ' Tanya Hector penasaran

"Aku tidak tau, jika bisa aku memilih, aku tidak ingin pergi ke Jerez " jawab Marc datar.

---Jerez FP 1 dan 2 ---

Team repsol honda dibuat pusing 7 keliling dengan perubahan Marc. Marc seperti lupa cara tersenyum. Keceriaan dalam tim yang biasa ia ciptakan tak lagi ada. Sepi. Candaan Luigi, banyolan Milo dan ledekan martinez. Nol besar !. Sedikitpun tidak membuat Marc tersenyum. Nakamoto pun tak berkutik menghadapi Marc. Marc seperti 2 sisi pisau. Jika ia tertawa ia seperti anak-anak yang menyenangkan yang bisa diganggu seiapa saja yang ingin membuat tertawa siapa saja. Jika ia diam, ia seperti arca-dingin membatu-tanpa ekspresi.

---Jerez FP4-5 dan Kualifikasi ---

Santi mengguncang pundak Marc " Marc, apa inputnya? settingan apa yang masih kurang? sebentar lagi kualifikasi, sejak kemarin tidak ada satupun input yang bisa kita buat untuk improve "

Marc menatap Santi dengan bibir terkatup rapat " Oke, semua oke. Kalian team yang hebat " kemudian berlalu duduk di kursinya. Membuka iphone-nya, tampak menghubungi seseorang

'Bibi Carlotta, bagaimana keadaaan Ilona hari ini ? apakah ia sudah sadar ?" tanya Marc gusar. 

"Belum, tapi kondisinya mulai stabil, tekanan darahnya mulai naik. Mudah-mudahan besok membaik lagi ''

"Terimakasih, nanti aku hubungi kembali". Marc menutup telefonnya.

Kualifikasi, masih tersisa 10 menit lagi tapi Marc memutuskan untuk menyudahi. Ia kembali ke pit. catatan waktunya terlibas oleh rider lain. Untuk pertama kalinya sepnjang karir balapnya ia masuk ke Q2. Media massa dibuat heboh dengan pemberitaan itu. Semua bertanya "ada apa dengan Marc?". Menjadi Headline di semua media massa sport.


----Race Day, Jerez 2015 ----

Start di posisi 13. Tapi bukan itu yang membuatnya murung. Bahkan lebih murung dari hari kemarin. Semalaman Marc tidak bisa tidur. Bibi Vanessa menelfonnya mengabarkan bahwa Ilona gagal nafas. Paru-parunya tidak bisa bernafas secara otomatis. Ia memerlukan alat untuk memacu paru-parunya agar bisa memompa udara. Di balik helm lotus bergambar semut merah, kaca hitam. Air matanya tak terbendung. Seiring lampu hijau menyala, di antara deru suara mesin motor. Marc berteriak sekerasnya, meluapkan emosinya. Yang ia inginkan adalah balapan cepat berlalu. lap demi lap terasa sangat lama. Hanya ada 1 rider di depannya, entah sudah lap ke berapa. Marc tak lagi memperhatikan pit board. Bayangan wajah Ilona yang tergeletak lemah di ruang ICU terus melintas dipikirannya. Hingga pegangan tangannya terlepas dan tubuhnya mendarat dengan keras di atas aspal, motornya terlempar. Semuanya berakhir sebelum race berakhir.

Pemberitaanpun semakin santer, tentang gagal finish yang Marc alami. Ini kali ke 2 Marc DNF. Hingga saat ini media gagal mengorek penyebab hal tersebut terjadi. Beberapa media pun mengkambing hitamkan buruknya mesin Honda tahun ini. Semua hanya spekulasi. Hanya Marc yang bisa mengalahkan dirinya. Seharusnya media mengingat itu. Headline yang selalu ditulis sepanjang tahun 2014, ketika Marc mendominasi.

----Cerverra---

Hector bersama Alex menuju Cervera, Marc memutuskan untuk tetap di Barcelona.

'Alex, ada apa dengan Marc?'

Alex tak menjawab, tatapannya lurus ke depan. Alex menarik nafas berat lalu menghembuskannya kuat kuat.

"Marc melarangku bercerita, tapi aku rasa lebih baik kalau kau tau "

'Ceritakanlah...aku tidak akan mengatakan pada siapapun. Barangkali aku bisa membantunya jika aku tau apa masalahnya"

"Marc jatuh cinta dengan seorang gadis penderita Myasthenia Gravis"

sontak Hector mengerem mobil yang sedang dokemudikannya. beruntung mereka semua memakai sabuk pengaman hingga tidak terlempar

Alex mengelus dadanya. 

"Maaf Alex, aku benar-benar benar terkejut. Kurasa lebih baik kita menepi". Hector mengarahkan mobil ke rest area.

"Apa kau tau Myasthenia gravis ?"

"Aku tau, sahabatku dulu pun pergi karena penyakit itu. Padahal ia telah menjalani operasi, hmm jadi yang sedang di rawat di barcelona adalah wanita itu ?'

Alex mengangguk.

Siapa namanya ?" tanya Hector lebih lanjut

"Ilona Mayla Rozquez"

'kau yakin itu namanya ? sebelum aku pindah ke sini, aku tinggal di madrid. bukankah itu nama balerina paling berbakat yang dimiliki spanyol?"

Alex menggeleng kembali " Aku tidak tau, kurasa tidak mungkin, sebab dia lumpuh. Ia menggunakan kursi roda "

"apa ini pertama kalinya Marc, jatuh cinta? "

"Kurasa iya, wajahnya selalu berninar ketika menceritakan Ilona. kau tau biasanya hanya valentino rossi yang paling semangat ia ceritakan. Aku tidak mengerti bagaimana Ilona di mata marc, Ilona begitu sempurna di mata Marc, padahal Ilona yang kulihat adalah gadis berkursi roda. Mungkin itu namanya true love. entahlah aku sendiri belum pernah mengalami hal seperti Marc. Terakhir Marc bercerita padaku hubungan mereka serius. Aku merasa senang bercampur sedih. Aku senang melihat Marc bahagia, dia adalah orang terdekatku, tapi aku khawatir dan sedih bagaimana jika Ilona meninggal? bagaimana hancurnya perasaan Marc. Kau tau bagaimana kacaunya marc di motoGp jerez? Kurasa sekarang kau sudah tau sekarang, apa penyebab Marc berubah. Hector kurasa hanya itu yang aku tau..."

Hector termenung. Tidak tau harus berkata apa, selain bergegas kembali melanjutkan perjalanan ke Cervera.


****

Hampir 2 minggu Ilona tergeletak tak berdaya, keberadaannya tergantung pada semua alat-alat yang terpasang di badannya. Ada rasa menyesal dalam hati Marc. Rasa menyesal telah mempersuasi Ilona untuk menjalani timektomi. Seandainya timektomi itu tidak dilakukan, mungkin Ilona tidak akan mengalami koma panjang seperti ini. Seribu kali Marc memandang wajah diam ilona sejuta kali Marc ingin  menatapnya kembali. 

Dua hari lalu, alat bantu paru-parunya sudah dilepas. paru-pari Ilona kini sudah bisa berfungsi secara otomatis lagi. Marc  mengusap jemari Ilona, punggung tangan gadis kecintaannya ini sedikit membengkak akibat terlalu lama menerima infus. Marc tersentak ketika jari Ilona bergerak. Marc tercekat, matanya menyipit untuk lebih fokus, meyakinkan diri dengan matanya bahwa perasaanya tadi tidak salah. Ia merasa jemari Ilona bergerak. jari Ilona benar benar bergerak. Marc ternganga bahagia tanpa suara. Wajahnya terasa hangat seakan semua darah mengalir ke wajahnya. Ilona sadar!
Bola mata Ilona bergerak gerak dibalik kelopaknya yang masih tertutup. Marc girang bukan main. Samar samar marc mendengar suara lemah Ilona

'haus....hausss " lemah dan tipis, namun Marc dengan pasti dapat mencerna, Ilona kehausan. Dapat dibayangkan selama 2 minggu koma tanpa ada air yang membasahi kerongkongannya. Marc beranjak keluar memanggil perawat.

Seorang perawat dengan name tag Carbonel di dada kirinya membantu membuka masker oksigen, dan menyuapkan air minum beberapa sendok. Marc memperhatikan dari balik kaca ICU dengan bibir menyungging senyum. Tidak ada yang lebih membahagiakannya selain melihat Ilona kembali sadar. Perawat itu tersenyum ke arah Marc.

Perawat itu mempersilahkan Marc masuk,

'Tuan Marc, silahkan masuk...nona Ilona sudah sadar.."

"Terimakasih ya, ehm rasanya aku pernah melihatmu "

Perawat itu tersenyum " Aku baru bertugas di sini 3 hari, sebelumnya aku bertugas di cervera, terimakasih telah mengingatku. Bangga rasanya diingat oleh juara dunia motoGP seperti Anda..."

'Ah jangan berlebihan, eh iya aku masuk dulu ya..."

'silahkan Tuan, oh iya...apa aku boleh minta tanda tanganmu lagi ? "

Marc menautkan alisnya "jangan panggil aku Tuan, panggil aku Marc saja, mana yang mau ditanda tangani ? '

'ehm besok saja Marc " kata Carbonel sambil tersenyum manis


***

Ilona POV

Mataku sulit sekali membuka, sedikt saja terbuka seakan cahaya membutakanku. Aku tidak tau seberapa lama aku terbaring di sini. Tubuhku berat melekat di atas tempat tidur. Aku hanya bisa menggerakan jemariku. Lidahku kaku, air liurku kering. Tiba tiba kurasakan sebuah kecupan mendarat di keningku. Bibir yang hangat dan lembut. Nafasnya hangat mengenai kulitku. Kecupan itu memberiku kekuatan untuk bisa membuka mataku. 
Aku belum bisa mengidentifikasi. mataku masih harus beradaptasi dengan cahaya. perlu beberapa waktu untuk mendapat gambaran lengkap bayangan seseorang yang menciumku tadi. Wajahnya mendekat, dekat sekali hingga hembusan nafasnya dapat kurasakan. Mata coklat itu, alis tebal itu, senyum ceria itu. "Marc " ucapku lemah

"iya sayang, aku di sini..." jawab Marc di telingaku lalu kembali menghujaniku dengan ciuman. Wajahku terasa hangat, darahku terpusat ke wajah, mengusir pucat.

Tidak ada yang lebih bahagia kurasakan selain melihatnya, saat siuman. Orang yang sangat kucintai, orang yang telah membuatku hidup kembali, seseorang yang membuat kerinduanku akan kematian hilang, aku ingin hidup untuknya, untuk Marc. 


****
Ruang 2207

Ilona terus membaik dan hari ini dipindahkan ke ruang perawatan. Selepas Kualifikasi Marc mengunjungi Ilona. Gadisnya itu sedang tertidur cantik. Marc tidak ingin menganggunya. Setelah hampir setengah jam menunggu di samping Ilona, ia nampak begitu terlelap. Marc memutuskan untuk tidak membangunkan Ilona, ia hanya meletakkan  rangkaian bunga mawar segar di samping Ilona, mengecup keningnya lalu meninggalkan ruangan itu.

Di luar ia bertemu kembali dengan perawat yang waktu itu. Carbonel.

'hei Marc, bagaimana temanmu hari ini?"

"hi, sudah membaik, kau tidak bertugas di ruang perawatan?"

"tidak, aku khusus bertugas di ruang ICU, syukurlah kalu sudah membaik "

'oh iya dia bukan temanku, dia adalah bagian dari diriku " ucap Marc mengkonfirmasi tanpa diminta. marc sudah terlalu jengah dengan perempuan yang berharap akan perhatiannya, mulai saat ini ia tidak ingin memberi harapan ke wanita manapun kecuali Ilona. Hanya Ilona.

Carbonel tersenyum hampa. "Ehm oh yaaa...dia wanita yang sangat beruntung ...'

"Bukan dia tapi aku, aku yang beruntung memilikinya " bantah Marc

'Ah baiklah, anything you say Champ !"

Selepas Marc pergi Carbonel memasuki kamar Ilona. Ia melihat rangkaian bunga dan sepucuk surat disampaing tenpat tidur Ilona. Carbonel mengambilnya lalu membawanya pergi. Di kejauhan tanpak carbonel membuang rangkaian bunga itu ke dalam tempat sampah.

----

Race Day, Catalunya 2015

Berkali-kali Marc mencoba menghubungi Ilona, tetapi tidak berhasil. Race moto 2 sudah selesai. padahal seharusnya Ilona menghubunginya jika ia membaca pesan dalam rangkaina bunga yang semalam ia letakkan di samping tempat tidur Ilona.

Ada panggilan masuk. Dari bibi Carlotta. 'Marc, ada apa dengan Ilona, sepanjang pagi ini dia murung, makan paginya belum di sentuh, panggilan teflonmu tidak dia angkat. Katanya kau ingkar janji tidak mengunjunginya semalam?"

Marc memijit-mijit keningnya " Aku ke sana tadi malam 30 minit aku di sana saat Ilona tertidur, aku meletakkan bunga dan pesan untuknya. Apa di tidak menerima bunga itu ?"

"Entahlah Marc, aku tidak melihat ada bunga di dalam ruangan. Coba aku tanya pada perawat mungkin ia yang membereskannya. Oh iya Marc kebetulan perawatnya aku kenal. Dia orang cervera, carbonel. kau kenal kan ? di pernah merawatmu saat kakimu patah dulu "

'Hah..Carbonel.. ii ya aku tau, tapi bukannya dia perawat ruang ICU ??..."

Firasatnya mengatakan carbonel akan membahayakan Ilona

 "Tolong...tolong jaga ilona jauhkan dari carbonel !" ucap marc gugup setengah berteriak

"Sudah dulu Marc, nanti aku hubungi lagi..."

Tanda tanya besar memenuhi kepala Marc sebelum race, ia tidak suka keadaan begini. Marc tidak ingin Ilona sakit hati oleh sesuatu hal yang bukan sebenarnya. Rasanya Marc tidak ingin membawa motornya keliling sirkuit tapi ia ingin membawa lari motornya ke hadapan Ilona, lalu menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Tanda tanya tentang Carbonel yang misterius, ya perawat itu selalu ada di manapun Marc berada.

Benar saja, baru 1 putaran, Marc sudah mendarat di gravel. Ia tidak melanjutkan balapan. Setelah performanya yang gemilang di Free parctice dan kualifikasi di Catalunya padahal sebelumnya tampil mengecewakan di Jerez hari ini Marc kembali memberi kejutan.
Race motoGP masih berlangsung, Marc sudah pergi meninggalkan sirkuit.

----

Ruang 2207

Ilona POV

Pagi itu aku terbangun, aku tidak menemukan rangkaian bunga atau boneka berpita dari Marc. 

'pagi nona cantik....' sapa seorang perawat

'pagi...." Ilona menyipitkan matanya, wajah perawat itu seperti ia kenali. Ya, itu adalah perawat di Cervera. Bagaimana mungkin dia berada di sini. Sekarang aku ingat, dia adalah perawat yang membawa amplop berisi foto-foto itu. foto-foto yang membuat pikiranku kalut menjelang operasi. Aku memejamkan mata, terbayang dihadapnku foto-foto Marc. Siapakah dia? mengapa ia memiliki foto Marc?

'Aku membawakanmu Jus strawberry, minumlah..." perawat itu mengulurkan segelas juice segar ke arahku. Tidak biasanya aku diberi makanan yang menyelerakan, mungkin mulai hari ini menu makanku berubah. Aku menerimanya. 

"terimakasih ya..." ucapku, lalu meletakkannya di meja

'minumlah sekarang...'

'iya nanti aku minum, hmm kau bukannya perawat yang menitipkan amplop untuk Marc?

'kau ingat, kupikir koma panjang sudah merusak memorimu "

'Aku tidak sempat memberikannya..."

"Tidak masalah, aku bisa memberikannya langsung ..."

Wajahku meradang, "tapi amplop itu entah di mana, aku tidak sengaja melihat isinya"

Carbonel tersenyum simpul. Aku semakin penasaran. "kenapa kau memiliki foto- foto Marc?"

"Minumlah Jus mu ayo, nanti aku jelaskan " ucap Carbonel setengah memaksa. Aku berusaha berontak tapi otot2ku belum sepenuhnya terkontrol aku masih harus mengikuti serangkaian fisioterapi untuk melatih gerak motorikku.

Untungnya bibi carlotta muncul. Bibi carlotta merebut gelas berisi Jus itu ' Jangan paksa dia ' teriak bibi Carlotta

Carbonel terkejut. Wajahnya kalap. lalu tiba tiab tertawa keras " hahaha...kau wanita lumpuh, sebentar lagi akan masuk peti mati, kau tidak pantas untuk Marc. kau pikir kau pantas ha??? ahahaha kau itu cuma wanita lumpuh hahaha "

Aku menangis mendengar kata-katanya, dia benar aku wanita lumpuh, aku tidak pantas untuk Marc. Tiba tiba carbonel mendekatiku dan melingkarkan jemarinya di leherku. Aku shock, sebelum semuanya menjadi gelap.

---------