Powered By Blogger

Jumat, 28 Agustus 2015

The Secret Story #7


Jl. Cipaganti No 93, Bandung
Di sebuah rumah berarsitektur Belanda dengan halaman luas yang bisa menampung 10 hingga 15 mobil. Sejuk karena pepohonan yang rimbun, sesekali beberapa daun kering melayang jatuh tertiup angin. Mang Sapta, pembantu rumah itu sudah 20 tahun mengabdi dan tak pernah bosan untuk terus membersihkan halam rumah itu dari daun daun kering yang berjatuhan. Mang Sapta tidak pernah marah pada pohon-pohon itu yang setiap hari menggugurkan daunnya. Evelyne duduk memeluk bantal, matanya terus menatap ke halaman. Segelas teh di atas meja saat ini tidak lagi mengepulkan uapnya. Pertanda telah dingin.

"jangan melamun neng Epelin (khas orang sunda yang sulit mengucap "F" dan "V"), pamali.. masa calon pengantin melamun..." Ujar mang Sapta yang sedari tadi merasa gerak geriknya diperhatikan.

Sejenak Evelyne salah tingkah karena kedapatan memperhatikan mang Sapta. "Ngga melamun mang, saya perhatikan mang sapta, apa tidak bosan menyapu dedaunan setiap hari, mungkin sebaiknya pohon besar itu besok di tebang saja ya mang..."

Mang Sapta tergelak, " jangan atuh neng, pohon ini mah tidak salah..jangan ditebang atuh..nanti kalau di tebang, mamang tidak bisa duduk santai dibawahnya..merasakan udara segarnya..gituu neng. ini teh tanda terimakasih mamang sama si pohon, kan pohon ngga bisa nyapu jadi mamang sapuin hehehe..."

Kali ini Evelynne yang tergelak. "mang sapta ini ada..ada saja..." lalu Evelynne beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam rumah.

Evelynne sebenarnya sedang menunggu Melly dan Marc, namun sudah sejam ia menunggu bahkan hingga teh menjadi dingin, mereka belum datang.

"Temanmu jadi datang Eve?' Tanya Ayah Evelynne begitu ia memasuki ruang tengah. Evelynne terperanjat.

"duuh kok kaget gitu too naak..." komentar mama dengan logat jawanya, meski sudah menghabiskan lebih dari separuh umurnya di Bandung tetapi logat jawa mama masih kentara.

"Belum, mungkin kena macet, ini kan hari minggu langganan macet di bandung" jawab Evelynne, menghindari pertanyaan selanjutnya ia mengurungkan niat untuk duduk bergabung. Evelynne melangkahkan kakinya ke kamar. Dari jendela kamarnya, ia masih bisa melihat mobil yang masuk ke halaman rumahnya.

Semalam Evelyne tidak bisa tidur, pikirannya kalut, memikirkan apa yang akan terjadi nanti jika skenario ini ia lakukan. memikirkannya saja terasa menegangkan apalagi menjalaninya.

***

"Mari masuk...silahkan duduk nak Melly, lama sekali tante tidak bertemu yaaa....waaah dengan siapa ini? Calonnya kahh?"

"Apakabar tante, iya lama mungkin ada sekitar 6 tahun ya tante..., ini teman kerja saya tante, bukan calon saya, . kenal kan tante ini Marc dan putri kecilnya, Ayo Annabell say hello and introduce yourself sweety..'

Marc menyambut uluran salam tante Widya, Annabele balita yang cerdas, tanpa diperintah ia mengikuti melly dan Marc bersalaman, sedetik kemudian muncul Om  Tjandra, dia pun menyalami Melly, Marc dan Annabelle tak kalah ramahnya denga tante Widya.

Setelah mereka berempat duduk, tante Widya beranjak ke dalam " sebentar tante panggilkan Eve dulu, sudah sejak tadi ia menunggu lho, sebentar ya..."


Eve tersadar dari tidurnya ketika tangan lembut mamanya membelai lembut pipinya " Eve...yang kamu tunggu sejak tadi sudah datang...hmm" 


"Ahh mama...mereka sudah lama?"


"tidak, barau saja kok, ayo rapikan rambutmu dulu, melly datang bersama temannya, laki-laki dan seorang anak kecil, lucu sekali cantik, mama teringat kecilmu dulu'


BLAARRR, rasanya seperti tersambar petir saat mama mengatakan bahwa Annabelle mirip dirinya saat kecil,


"maksud mama, muka anak kecil itu mirip eve?" tanya evelyne gusar


"mama ngga bilang mirip, mama cuma teringat kecilmu dulu saat melihatnya. tentu saja tidak mirip kan papanya bule hehe..."


Evelyne mengikuti langkah mamanya, menuju ruang tengah. jantung Evelynne kebat kebit tak menentu saat akhirnya ia melihat punggung Marc. Evelynne berusaha senormal mungkin bersikap. namun detak jantungnya yang cepat, persendiannya yang serasa mau lepas, gejolak diperut seperti banyak kupu kupu di dalam. Ulu hatinya terasa terbakar. Keringat dinginpun mengucur. Persendian seperti tidak lagi di tempatnya.  



****



"Sudah bangun? Eve?' tidurmu nyenyak sekali


Suara mama terdengar jelas di telinga Eve. Eve mengerjapkan matanya, cahaya lampu kamar seperti menusuk nusuk matanya. Eve berusaha beradaptasi dengan cahaya yang masuk. Entah apa yang terjadi.


"mam? " panggil Eve pada mamanya


"Iya sayang,,,"


"Eve pusing mam..." keluh Eve manja sambil memegangi kepalanya. Rasanya berdenyut denyut.


"Makanlah dulu, mama udah siapkan bubur, mama suapin ya? setelah makan pasti pusingnya hilang"


Mama menambahkan satu bantal lagi di belakang kepala Eve, agar posisinya lebih tinggi.


Bubur dalam piring itu tinggal 1 sendok lagi, ketika mama dengan sendu berkata


"maafkan mama ya sayang...'


"mam, kenapa? kok tiba tiba minta maaf?"


'Iya, mama sudah tau semuanya...."


Tiba tiba Eve teringat Marc. Ya Tuhan, apa yang terjadi semalam. Semalam Marc dan Anabelle datang. Eve belum sempat menemui. jangan-jangan selama Melly dan Marc sudah menceritakan semuanya. Ya Tuhan !!!


Eve pasrah, pasrah jika hari ini juga dirinya tidak diakui sebagai anak lagi oleh keluarganya, dijauhi oleh semua saudara, mungkin juga dihujat oleh para mahasiswanya. Habislah semuanya


"Semalam, mama menemukan suratmu untuk Ryo. Mama membacanya. Mungkin ini alasan kamu belakangan ini banyak diam, dan sedikit makan. Kamu tidak seperti calon pengantin yang bahagia dengan hari pernikahannya yang semakin dekat. Maafkan mama dan papa yang terlambat menyadari, kalau kamu sebenarnya keberatan dengan perjodohan ini. Papamu sangat menyayangimu, dia paling merasa bersalah jika kamu tidak bahagia dengan pernikahanmu dengan Ryo. Papamu sudah menghubungi keluarga Ryo untuk membatalkan pernikahan" ucap mama panjang lebar sambil mengusap butiran bening di ujung matanya, bibirnya membentuk senyum tulus penuh kebijakan.


Evelyn tak sanggup berkata apapun, ia menghempaskan tubuhnya dalam pelukan mama, dan tangisnya pun pecah di sana. Seiring dengan air matanya yang deras beban dalam dadanya terangkat, da ketika air matanya telah kering, beban itu pun menguap. Ada perasaan lega, karena selama ini Eve tertekan dengan hari pernikahannya yang semakin dekat, ia ingin membatalkan namun tidak kuasa.


Mama memeluk Eve penuh sayang, dibelainya dengan lembut rambut panjang Eve. 


'Makasih mam, I love you..., eve ngga tau harus  ngomong apa kecuali terimakasih"


Sejurus kemudian, Papa masuk


"Kamu sudah tidak perlu memikirkan bagaimana undangan yang sudah terlanjur disebar, itu urusan papa, Papa sudah siapkan tiket untukmu, kamu bisa menangkan diri, biar papa dan mama yang mengatasi semua di sini. Saat kamu kembali semua akan baik-baik saja"


Eve ganti memeluk sang Papa. 


'Sudah jangan nangis lagi, ayo senyum he? Oh iya semalam waktu kamu pingsan. Papa ngobrol sama Marc, sebab mamamu dan Melly sibuk ngurusin kamu yang pingsan. Kasian dia, jadi papa temani dia dan anaknya yang lucu itu "


Eve terkesiap. Marc !!! di mana dia sekarang? Ya Tuhan...Annabelle. Pekik Eve dalam hati.


Sejenak Eve melepaskan pelukannya. "papa ngobrol apa?"


"Papa baru tau ternyata dia pebalap motoGP, papa benar benar ngga sangka, dia juga Duta lingkungan, dan cara berpikirnya itu Papa suka, "


Dalam hati Eve berbunga-bunga, meski ia tau kata kata itu bukan untuk dirinya tapi untuk Marc.


"Cara pikir?" tanya Eve penasaran


papa mengangguk yakin sebelum berbicara " Iya, dia laki-laki yang sangat bertanggung jawab eve, ia merawat anaknya sendiri, papa bisa melihat dari matanya ia sangat menyayangi anak itu "


Eve mengingit bibirnya.....Menghujat dirinya sebagai ibu yang tidak bertanggung jawab. 



****

IN FLIGHT JKT-VLN

Marc memeluk Annabelle. Setidaknya dirinya merasa beruntung memiliki Annabelle, sehingga memiliki alasan untuk terus bernafas, untuk terus tersenyum dan tegar. Waktunya untuk terus setia menunggu Eve habis. Eve adalah calon pengantin, yang tinggal beberapa hari lagi. Niatnya untuk merebut Eve dari calon suaminya ia kubur dalam dalam. Kekonyolannya pergi ke Indonesia demi cinta sejati adalah puncak kegilaanya. Tidak menyesal karena tidak ada gunanya. Setidaknya sudah berusaha maksimal. Marc memandangi Annabelle yang terlelap di pangkuannya. Lalu mengecup pipi gembil bocah itu. Kasihan Annabelle kelelahan, untuk seorang anak berusia 5 tahun, perjalanan KL-JKT-JKT-VLN dalam 3 hari bukan perjalanan yang pendek.


setelah menempuh perjalanan hampir 17 jam, akhirnya mendarat dengan selamat di Manises Airport, Valencia -Spain. Marc melewatkan jumpa pers. 


Saat itu pukul 20.00 waktu setempat. Marc turun dari taksi, ia sengaja tidak menginfokan kedatangannya ke Hector maupun Santi. HPnya sengaja tidak diaktifkan. Marc membopong Annabelle yang masih tertidur sambil tangan kirinya menarik travelling bag.


Alex menemui Marc saat memasuki lobby, lalu membantu Marc membawakan tasnya.

"kalau dilihat tampangmu, sepertinya kau gagal" seloroh Alex


"yang penting bagiku aku sudah melakukan maksimal, hari minggu nanti saat kita race adalah hari pernikahannya. "


'So...?"


'Yap, hari senin kau boleh mengenalkanku pada calon kakak iparmu " Jawab Marc


Alex tergelak bahagia... " Nah dari dulu begitu doong, sampai sampai orang-orang menyangkamu gay, ini karena kamu tidak pernah pacaran. Aku harus tabah sebagai adik yang kakaknya dianggap gay , akhirnyaaaa aku tak lagi kesal dainggap memiliki kakak gay '


Marc terbahak mendengar alasan Alex.


Annabelle terkesiap mendengar suara tawa keras Marc. Tapi karena ngantuk berat, Annabelle hanya menggeliat lalu tertidur kembali. Marc megusap usap kepala Annbelle.

Sesampainya di kamar Marc menidurkan Annabelle di kasur. memandangi wajah Annabelle yang sedang tertidur lelap, Selalu saja cara itu membuat hatinya damai. Ia berjanji akan menjadi ayah yang baik, ayah tempat bercerita apapun bahkan hal terburuk yang di alami. Marc tidak ingin menjadi ayah ditakuti anaknya untuk bercerita. Marc ingin menjadi ayah yang komplit, sebagai ibu, sahabat dan tempat curhat untuk Annabelle. Itu saja.

****
PARIS

Charles de Gaulle Airport

Eve menghempaskan nafas lega. Akhirnya menginjakkan kaki kembali di Paris. beruntung ia memiliki visa panjang, jadi tiket hadia dari papanya bisa langsung dipakai. Eve melirik jam di tangannya, ia harus segera mencari kereta ke Orly. Beruntung sampai di paris pagi sehingga tidak terjebak macet menuju Orly.

Di kejauhan tampak menara eifel berdiri anggun, karena ini musim panas jam 05.00 sudah terang, matahri sedang ada di belahan bumi utara. Saat melintasi sungai seine, Eve melihat acara pemotretan, pasangan dengan baju pengantin. Eve menelan ludahnya. Hari ini seharusnya adalah hari pernikahannya dengan Ryo.

Hingga tadi malam Eve masih tidak bisa menghubungi Marc, juga Melly. Sesampainya di Orly masih jam 09.00 CET, sementara penerbangan masih kurang 2 jam lagi. Eve mencari wifi gratis. tidak sulit karena di eropa wifi gratis begitu berhamburan di mana mana. Akhirnya melalui FB chat ia bisa berkomunikasi dengan Melly

"hay jelekkkk kemana ajaa, lu sama marc ngilang ke mana?"

"tenangg gw ga nyulik Marc kok, gw di KL dan Marc ke Valencia"

"kok ngga bisa di telfon sih neeek? "

'iya, hape gw ilang, dan gw belom sempat ngurus sim cardnya"

"astaga....'

'eh hari ini lu nikahan kan??"

'Ngga jadi, udah dibatalin...."

"eh batal??? gimana ceritanya..."

"ceritanya panjangggg"

'sepanjang apapun gw dengerin deh"

'tangan gw pegel nulisnya kalo lewat chat nanti aja kalo ketemu, atau kalo lu udah beli HP baru"

'iyaaa....segera hehe, lagi di mana sekarang, Marc harus tau kalo lu ga jadi nikah"

'gw ga bisa kontak dia, lu ada nomor asistennya? atau alex atau siapa?'

'ada ntar yah...."

'mana?"

"ga ada, kan Hp gw ilang..."

'yahhhh..."

'maaph"

'ya udah gw close dulu ya bentar lagi boarding "

'hah boarding ? lo lagi dimana?'

'orly"

'orly mana? prancis ?"

'Iya'

'Lu ngga ke valencia?"

pertanyaan terakhir tidak terbaca, wifi down dan waktu boarding pun tiba.




RACE DAY - Valencia


Alarm sudah menjerit jerit pukul 08.00 pagi, Marc meraba-raba nakas di sampingnya, mencari cari Hpnya yang dalam  beberapa hari terakhir ini hanya berfungsi sebagai alarm. Snooze. Lalu Marc tertidur lagi, jika tidak ada Annabelle sifat malas bangunnya kambuh. Dulu sebelum Annabelle lahir Marc selalu saja bangun sejam atau setengah jam setelah alarm berbunyi.

"Plak!!" Marc terperanjat, matanya terbelalak. tepat di depan wajahnya  ada Alex yang sudah lengkap dengan pakaian balap dan helmnya

Marc panik terbangun. saat disadarinya tidak ada siapa siapa dikamarnya. ternyata hanya mimpi.

Cuaca Valencia hari itu sangat panas, Marc memilih ban medium, jika lap panjang dan cuaca panas pastilah ia akan lebih memilih ban hard, karena Valencia kecil sirkuitnya, marc pilih ban yang medium. Menempati P1, matanya tertuju pada pria pembawa bendera yang akan menghilang seiring dengan berubahnya lampu start menjadi hijau. Entah mengapa seperti ada magnet yang membuatnya ingin menoleh ke deretan penonton di main grand stand. Marc menoleh dan dilihatnya sosok evelynne. Marc menepisnya. "Ini pasti halusinasi, ini adalah hari minggu. hari pernikahan evelynne. jadi tidak mungkin evelynne ada disini. ini pasti pengaruh alam bawah sadarnya yang masih menginginkan evelynne.

Saat lampu menyala hijau marc memutar gas semaksimal mungkin dan bayangan Eve pun menghilang.

lap terakhir, Marc finish dengan jarak lumayan jauh dengan Rossi di belakangnya. Kemenangan di Valencia biasanya sangat melegakan, tidak kali ini. Ada rasa sedih, karena Marc tau di ujung benua sana tepatnya di jakarta, adalah hari pernikahan Eve, seorang wanita yang telah menyandera hatinya. Meskipun berkata pada diri sendiri untuk membuka lembaran baru, rasany amarc tidak ingin berganti lembaran. seandainya hari senin besok adalah lembaran baru Marc tidak ingin berganti hari. marc tidak memedulikan Rossi yang mengguyurnya dengan champagne atau dani yang mengajaknya toast. Jiwanya seperti sedang melayang tidak ada di podium tertinggi itu. Tiba tiba sosok Eve muncul kembali di antara penonton di bawah. Marc memalingkan wajahnya. Dirinya sudah benar benar gila, alam bawah sadar nya begitu kuat mencengkeram bayangan Eve.

***

Eve menyeka keringatnya, perjuangannya mengejar penerbangan dari Orly ke Valencia, sia sia. Marc sama sekali tidak memedulikannya. bahkan saat di podium saat padangan mata nereka bertemu Marc justru membuang muka. Eve merasa seperti orang tolol. dengan baju yang basah kuyup karena keringat dan membawa tas seberat 20 kg, Eve berjalan tak tentu arah, ia sama sekali belum melakukan pemesanan hotel dan karena hari ini race day semua hotel penuh. Lengkap sudah penderitaannya. tuhan ambillah nyawaku saat ini juga jika Engkau berkehendak.

Eve terduduk lelah di atas kopernya. hapenya tinggal sedikit baterainya. Eve membuka AirBnB. Semoga ia beruntung medapat tempat tidur yang nyaman. Matanya berbinar, pertanda baik. namun sedetik kemudian berubah mendung karena ayar HPnya hitam, baterai telah benar benar habis.


to be continue











5 komentar:

Annisa Mujahidah Tahir mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Mercymarc mengatakan...

@Annisa ; You are my Favorite reader, i really appreaciate it darling!! many thanks and big hugs

Annisa Mujahidah Tahir mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

oh my god!! makin greget aja ceritanya. gemes deh sama marc. udah jelas jelad lihat eve, bukannya dipantengin eh malah melengos. hiiiiiih pengen aku jitak itu kepalanya!!! kan kasian eve. dia udah jauh jauh datang malah jadinya kayak gitu. sebenernya sih itu bukan sepenuhnya salah marc, kan dia juga lagi broken heart :D
tapiiii nggak tau lah pokoknya aku sebel sama si marc!!
btw kak.. aku baca ini diam diam waktu ospek kemarin pagi. habis ngatuk banget siih. tapi maaf baru komen sekarang. kemaren malem udah ketiduran :D hehehe

Mercymarc mengatakan...

@fitria : hihi... gitulah Marc tampak ekstrovert sebetulnya introvert
ospek yah semoga ngga dijahatin sama senior ya..