Powered By Blogger

Selasa, 07 Oktober 2014

The secret story #2




hi frens

ngga kerasa sebulan absen, ngga upload FF. Hmmm 2 bulan terakhir ini agak merasa ilfil sama marc, jadi mempengaruhi mood nulis. Ngga salah apa-apa sih dianya. tapiii beberapa hari terakhir ini kangeeeeen banget sama Marc, mungkin karena udah 2 kali race ngga lihat marc di podium. Saking kangennya mood nulis lagi. Mudah-mudahan kalian suka yah...
berhubung tabletnya lagi rusak dan gambar-gambar uantuk secret story 2 ada di dalamnya, terpaksa FF kali ini tanpa gambar. Tapi jangan khawatir segera setelah tabletnya sembuh bakal di update. Tablet itu berarti banget, isinya itu kumpulan video race motogp, video interview marc, dan ribuan foto2 marc. hehehe...
happy reading yaaah


yang lupa seri 1 bisa buka link ini yah : 
http://mercymarc.blogspot.com/2014/07/the-secret-story.html


Eve menggigil dalam gendongan Marc bahkan sampai tubuh Marc ikut bergetar. Marc mengeratkan gendongannya. Bibir eve sudah berwarna ungu. Cuaca memang tidak jelas, musim panas yang seharusnya tidak turun hujan justru hujan deras bahkan suhu turun hingga 6 derajat. Wajar jika Eve yang hari itu berkostum musim panas dengan  rok mini dan kaos tang top menggigil. Akhirnya lift yang mengantarkan mereka ke kamar Marc di lantai 3 terbuka.
Gemerutuk geligi eve cukup keras  hingga terdengar oleh Marc. Marc meletakkan Eve di kasur, tapi baju Eve basah kuyup memperparah keadaan Eve yang sedang menggigil kedinginan. Marc tiba-tiba terinagat buku yang pernah dibacanya  bahwa orang kedinginan atau hipotermia bisa mati. Marc ragu-ragu melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Melepas semua baju Eve dan menggantinya dengan baju yang kering.

Eve meringkuk seperti udang digoreng dengan tubuh bergetar hebat. Marc panik! dengan jantung yang berdetak tak menentu, ia melepaskan rok jeans basah yang dikenakan Eve, suhu tubuh marc meningkat saat ia melihat kaki jenjang Eve, pikiran kotor segera di tepisnya. Marc lalu melepaskan kaos yang dikenakan eve dan kali ini jantungnya hampir lepas saat melihat Eve topless. Eve pasrah, kesadarannya tak terkontrol dengan baik akibat hipotermia yang sedang menyerangnya.

Marc membungkus tubuh Eve yang polos dengan bed cover. namun sepertinya bed cover saja tidak cukup. Tiba-tiba Marc teringkat Jack daniels yang tersedia di kamar hotel, setidaknya itu dapat membantu meningkatkan suhu tubuh Eve, pikir Marc. Marc segera menuangkan ke dalam gelas, dan memberikannya apda Eve.

"Eve minumlah ini supaya tubuhnmu hangat" pinta marc sambil mengulurkan gelas pada Eve. Eve menurutinya ia meneguk segelas whiskey itu hingga tandas. Setelah  itu Marc ke kamar mandi untuk menukar bajunya dengan baju kering. Tetapi baru saja dia melepaskan bajunya terdengar teriakan Eve dan suara gelas yang terjatuh. Marc segera berlari ke arah Eve dengan hanya berbalut handuk hotel berwarna putih.

Rupanya getaran tubuh Eve menyebabkan meja nakas ikut bergetar dan gelas yang diletakkan Marc di ujung meja terjatuh.

"marc,  akuuuu dinginnnn....dingiinn sekaliii" racau Eve dengan mata terpejam dan bibir yang masih ungu.

Marc segera memeluk tubuh eve yang sedingin es. Setelah selimut bahkan whiskey tak mampu mengembalikan suhu tubuh Eve, ternyata skin to skin contact bekerja lebih cepat untuk meningkat suhu tubuh Eve. Perlahan tapi pasti tubuh Eve mulai menghangat dan tidak lagi bergetar seperti beberapa menit lalu.


Tiba-tiba sebuh ciuman mendarat di bibir Marc. Eve menciumnya. Marc terkejut namun tidak berusaha menghindar. Aroma whiskey masih terasa. Eve terus menghujani Marc dengan ciuman yang bertubi-tubi. Agaknya Eve mabuk karena segelas Jack Daniels yang Marc berikan tadi.
Bagaimanapun Marc adalah laki-laki normal terlebih ia juga punya ketertarikan pada Eve, meski Marc menyadari Eve melakukannya tanpa sadar, namun dirinya juga tak mampu menolak itu.
...dan malam itu semuanya terjadi begitu saja.....diantara desahan nafas dalam hujan deras yang mengguyur Belanda....



Eve tertidur disamping Marc dengan bersimbah peluh. Marc memandangi wajah Eve lalu turun ke leher jenjang gadis itu, kemudian terus turun ke bawah hingga Marc melihat bercak berwarna merah di bed cover. warna merah yang kontras dengan sprei putih hotel.
Rasa bersalah menggunung, engan tangan bergetar Marc meremas noda itu. Ia telah mengambil virginitas Eve!! Marc meremas rambutnya, dirinya pernah berjanji tidak akan merusak virginitas gadis manapun kecuali istrinya, meski ini bukan malam pertama bagi Marc tapi ia dulu melakukannya dengan wanita yang memang sudah tidak virgin.

Tanpa disadari airmata Marc menggenang, rasa bersalah menjelma menghantui. Dirinya menyesali mengapa harus merusak virginitas seorang gadis dan gadis itu adalah Eve, Eve yang beberapa hari ini membuatnya jatuh cinta. Seharusnya Marc menjaga Eve dan bukan justru merusaknya. Marc segera bangkit menuju kamar mandi, beberapa menit ia membiarkan dirinya di guyur air shower, otaknya terasa mendidih.

Selesai berpakaian Marc mendekati Eve yang masih tertidur, ia yakin Eve pasti tidak pernah minum whiskey, sehingga begitu lama minuman itu mempengaruhi kesadaran Eve. Marc menggendong Eve ke kamar mandi, membersihakan tubuh Eve yang masih setengah sadar. Baju eve yang ia letakkan dekat mesin pemanas sudah kering, Marc segera memakaikanya kembali. Marc mengambil pil penghilang rasa sakit dari kopernya, ia biasa meminumnya saat mengalami injury, bekerja sangat baik dan tahan lama.

"Aku di mana?" tiba tiba terdengar suara Eve

Marc menoleh, lalu segera memburu, ia duduk di samping eve

"Eve jangan bangun dulu, minumlah ini supaya membaik" kata marc sambil menyodorkan pil penghilang rasa sakit dan segelas air mineral.

"kepalaku pusing..." keluh Eve sambil memegangi kepalanya

"iya minumlah ini supaya hilang sakitnya" pinta marc

Eve menuruti perintah Marc, meminum obat itu lalu kembali tertidur.


Pukul 11.30 AM

"Marc....bangunnn, kok aku ada di kamarmu? aduh kamu jadi tidur di sofa pula...maaf ya marc" teriak Eve panik

Marc terperanjat, ia masih memicingkan matanya karena terik matahari masuk melalui tirai dekat sofa tempat ia tidur.

Belum sempat marc menjawab, eve berlari meninggalkannya menuju kamar mandi. Marc hanya menatapnya dengan was-was, so far dilihatnya Eve berjalan dengan normal tidak tampak kesakitan tampaknya pil penghilang rasa sakit itu masih bekerja.

Keluar dari kamar mandi, eve tampak segar setelah membasuh wajahnya. tanpa make up justru wajah Eve makin menarik, bathin Marc.

"kok senyum senyum marc? aku jelek yah abis bangun tidur? atau tidurku ngorok? Aduh aku memalukan sekali yah...perutku lapar nih. kita sarapan yuk..." cerocos Eve, tanpa menyadari apa yang telah terjadi semalam.

"okay, sebentar aku cuci muka dulu " sahut marc

Selesai sarapan, Marc kembali menyodorkan pil penghilang rasa sakit itu lagi "minumlah ini sampai besok"

"apa ini? " tanya eve bingung

"hmm vitamin untuk stamina, supaya kamu tidak gampang kedinginan dan tidak cepat capek" jawab Marc bohong

Eve menaggut-manggut " jadi ini rahasianya pebalap?"

Marc tidak menjawab , dia hanya tertawa sejenak. Entahlah hari itu tawanya tidak bisa lepas seperti biasanya. Satu hal yang menganggu pikiran Marc saat itu "khawatir eve menyadari apa yang terjadi semalam!!".

"marc...tadi malam aku mimpi aneh...' celetuk Eve tiba tiba

marc terperanjat "mimpi apa?" tanya marc penasaran

"aku malu cerittanya...nggak ah  " Eve mengurungkan ceritanya.

"kenapa malu? kan cuma mimpi..." rayu marc

"Ngggak, ga penting sih...untungnya cuma mimpi, kalau betulan mungkin aku bisa digantung Ayahku"

"hahaha, memangnya apa mimpinya?" Marc makin penasaran

Eve kembali menggeleng. Mereka beranjak dari resto menuju taman hotel sambil berjalan santai. tak jauh dari mereka ada sepasang kekasih sedang lipkiss. Eve menutup wajahnya lalu berbalik arah dan mengajak Marc meninggalkan tempat itu " Marc kita jangan lewat sini, balik yuk..."

"eh kenapa?" tanya Marc bingung

"Aku jengah ada yang lipkiss di sana, kalo buat orang asia sepertiku, pemandangan seperti itu tidak biasa, kau tau di negaraku sangat menjunjung tinggi virginitas tidak seperti di sini yang free sex "

Hampir saja marc terjatuh, tubuhnya aseperti dihantam beban 100 kg ketika mendengar statement Eve barusan. Nyalinya menciut bahkan ini tak pernah sekalipun terjadi saat di race.

"Kamu kaget ya marc? hihi...." rupanya Eve menyadari kekagetan Marc

"ehmmm iya iiya.." jawab marc gugup, tiba tiba kerongkongannya terasa kering dan sulit menelan ludah.

"tapi seperti itulah orang timur Marc, kehilangan virgintas apalagi hamil di luar pernikahan itu seperti mencoreng arang hitam di  wajah orang tua, saudara teman dan tetangga karena akan menjadi bahan cemooh, dikucilkan dan paling parah menjadi gunjingan orang,...jangan sampai aku seeprti itu..hihi serem yah.."

Marc terdiam, tidak tau harus berbicara apa dan berespon bagaimana.

"kok diam Marc..?" tanya Eve kagok

Marc menoleh serius ke arah Eve " ehm kalo kamu mengalami hal itu, apa yang akan kamu lakukan ?"

Eve tertawa renyah " apaa yaaahh? hmmm aku akan bunuh diri...hihi iya itu kayaknya paling aman biar nggak malu"

Wajah marc memerah, panas!! lalu digenggamnya kedua pundak Eve sambil diguncang-guncangkan " jangan bodoh Eve !!  jangan pernah melakukan itu!! kumohon jangan "

Lalu marc memeleku Eve erat " kumohon jangan bunuh diri"

Eve mengerutkan keningnya. bingung.

"Marc tapi kan itu ngga terjadi...aku masih disini. aku ngga akan seperti itu kau tau. aku akan menjaga virginitasku, niatku ke belanda ini kan untuk sekolah S3, bukan untuk kehilangan virginitas..." ucap Eve

Marc memijit keningnya, jawaban jawab eve semakin membuatnya pusing dan tersudut serta merasa bersalah.

"Eve, sepertinya aku harus kembali ke kamar dan berkemas, sudah late check out, kamu mau ikut ke bandara?"

Eve menggeleng " aku ingin segera pulang ke apartemen, dari kemaren belum ganti baju, kau sendiri saja, tidak apa kan? take care ya Marc!!"

-----

sebulan kemudian.....

Eve tertidur dalam posisi duduk di perpustakaan. Akhir-akhir ini ia merasa tubuhnya lesu dan mudah lelah. Eve terbangun ketika iphone yang ia letakkan di meja bergetar kuat.

"Eve,...long time no see, masih ingat aku yang bukan researcher?"
sender marc marquez

Kantuk eve lenyap seketika, berganti senyum di bibirnya, eve berteriak tak bersuara. Marc mengirim pesan untuk eve. ulalala...

Sebenarnya dari kemaren eve ingin tau kabar marc tapi dirinya gengsi untuk mengirim pesan pada laki-laki terlebih dulu.

Eve bergegas meninggalkan perpustakaan, ingin lebih nyaman chatting dengan Marc. Pulang.

Hari yang penuh kejutan! Eve menemukan Melly telah menunggunya di depan pintu apartemen.

"Hi noooon, hampir jamuran aku menunggumu di sini, fuuuhhh" gurau Melly 

Eve berlari memeluk Melly " Ya ampuuunnn...."

"Aku ada sesuatu untukmu " ucap Melly seraya mengeluarkan sebuah amplop coklat ari dalam tasnya.

"apa ini?" tanya Eve penasaran

"udah buka aja, nanti juga tau?" kilah Melly

Eve membukanya " Tiket pesawat ke Italy?? tiket motogp misano??  Aaaarrgggghh makasih mell, kamu memang sahabatku yang paling baik..."

Melly menepis pelukan Eve " eits...ini bukan dari aku..."

"Lalu?" tanya Eve dengan bola mata yang membesar penuh tanda tanya

Melly tersenyum misterius "Masa ngga tau?"

jauh dalam hati Eve ingin terucap sebuah nama " Marc", tapi takut salah jadi Eve urung mengucapkannya.

"Ini dari Marc..." jawab Melly akhirnya


Wajah Eve bersemu merah, hatinya berdesir- desir mendengar nama Marc di telinganya. " Ah...marc...I miss you...so much

to be continue

2 komentar:

Unknown mengatakan...

aduh aduh aduh..
itu eve hamil ya?? gara gara hamil dia jadi mudah lelah juga lesu..
aduuuuuh gimana dong??? gimana kalo dia jadi benci sama marc.. aduuuuuuh
frustasi aku. sumpahhh!!!

Unknown mengatakan...

Kak kunjungi FF aku yaa... terus komen ceritanya, ya meskipun cerita kakak lebih oke sihh