Powered By Blogger

Minggu, 05 Januari 2014

When The Dream Come True


When The Dream Come True

hai hai ... selamat baca imajinasiku tentang seorang penulis cerita dengan rider idolanya. ini bukan fiksi pertama yang aku buat, tapi ini fiksi pertama yang aku upload ke website, terinspirasi oleh Rita Huang yang udah mengupload FFnya tentang motoGP, dulu aku takut mengupload karena takut di protes sama yang punya nama hehe... semoga kalian suka ya...oia dalam tulisan ini banyak typo, aku mohon maaf, nanti kalau sempat aku koreksi. Ok Happy reading yah...

Setting : At Lobby hotel NH Calderon, Rambla Catalunya, 26



Calista mengaduk-aduk kopi dalam cangkir tanpa berniat meminumnya. Kopi itu sudah dingin.
Sejak beberapa menit lalu Calista hanya memandangi buih kopi yang berputar mengikuti putaran sendok yang ia gerakkan. Lidahnya kelu dan kaku. Bahkan saat ini matanya mulai terasa panas dan dirinya harus berjuang untuk menahan agar cairan bening tak menetes dari matanya. 

Calista menengadahkan wajahnya, mencoba melawan gaya gravitasi yang menarik air matanya.
Laki-laki tampan di hadapannya tertunduk bisu. Matanya memandang kosong jarum jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Sesekali ia membetulkan posisinya.

Sudah hampir 1 jam mereka berdua membisu. 

Callista menghela nafas dalam dalam, bibirnya bergetar.  Rasanya tak sanggup mengatakan hal yang berlawanan dengan hati nuraninya. Sangat menyiksa dan menyakitkan, menguras emosi dan energi. Marc Marquez, pebalap yang sudah sejak 5 tahun lalu menjadi idolanya. 

Pebalap yang telah menginspirasi Calista menulis puluhan cerpen, cerbung hingga novel yang banyak digemari cewek cewek penggemar motoGP di Indonesia. Bahkan melambungkan nama Calista sebagai novelis termuda, karena ia satu satunya penulis novel yang berusia 17 tahun. Calista tak pernah menyangka imajinasinya tentang Marc Marquez mengubah hidupnya, menempatkannya ke dalam deretan novelis terlaris, membuatnya meraup rupiah dalam jumlah besar dalam usia belia.

Hingga akhirnya fiksi fiksinya tentang motoGP beberapa diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Spanyol. Karya-karyanya pula yang akhirnya mempertemukan Calista dengan Marc Marquez dalam suatu acara di stasiun televisi nasional. Sebenarnya jauh sebelum pertemuan itu Calista setiap tahun selalu meluangkan waktu untuk nonton motoGP secara langsung di Sepang Malaysia. Yang pasti Calista mengingat setiap momen pertemuan dengan Marc dan setiap pertemuan terjadi selalu melahirkan ide ide baru dikepalanya untuk menulis cerita fiksi baru tentang Marc Marquez.

Calista masih ingat betapa dirinya merasa melambung ke awan saat Marc menambahkan dirinya dalam account twitter pribadinya setelah acara di stasiun televisi itu, bahkan bertukar nomor telefon. Hatinya begitu berbunga bunga, emosinya membuncah dan tulisan tulisan calista pun semakin digemari karena ia menulisnya dari hati.

Royalti yang diterima Calista dari novel-novel yang diterbitkannya membuat kedekatannya dengan Marc semakin dekat, hampir di setiap race yang diselenggarakan di berbagai negara selalu dihadiri Calista. Tulisan-tulisan fisinya pun semakin menarik dengan setting cerita yang semakin mendunia. 

Barcelona, kota itu adalah favorit Calista, bukan karena kota terdekat dengan Cervera tempat Marc lahir, tapi karena suasana kotanya yang begitu romantis dan di kota itulah pertama kalinya calista menerima pernyataan cinta seorang lelaki yang sudah menginspirasinya selama ini, Marc Marquez. Betapa dunianya sejak saat itu begitu berubah, fiksi-fiksinya seakan menjadi nyata. 

Tokoh yang selama ini ia hayalkan menjadi bagian hidupnya, menjadi kenyataan. Hari hari terasa begitu indah. Inilah grafik tertinggi dari cerita hidup Calista,terkenal sebagai penulis novel termuda, sekaligus penulis novel terlaris yang di cetak dalam 2 bahasa dalam jumlah jutaan eksemplar, kekasih pebalap motoGP termuda dunia.

Untuk statusnya sebagai kekasih Marc, Calista memiliki kesepakatan untuk tidak mempublikasikan. 

Pertimbangan calista saat itu pertama, adalah ia tak ingin dikejar kejar wartawan tentang hal hal pribadinya, calista lebih suka wartawan mewawancarinya mengenai karya-karyanya, Kedua calista tidak ingin Marc menjadi pemberitaan dan di kejar kejar paparazi mengenai hubungan asmaranya dengan penulis novel, Calista khawatir berita berita di luar dunia balap hanya akan menagnggu konsentrasi Marc, apalagi ambisi Marc yang ingin menjadi juara dunia 10 kali berturut-turut hingga usianya 30 tahun. Sebagai orang terdekat yang begitu memahami visi Marc, Calista berusaha menciptakan suasana kondusif untuk mendukung terwujudnya impian Marc.
Calista tersadar dari kilasan kilasan masa lalu antara dirinya dan marc yang muncul bergantian di kepalanya, ketika akhirnya Marc menghentikan tangannya yang masih terus mengaduk-aduk kopi dalam cangkir.

“Calista, ada apa? Belum pernah kamu begini selama kukenal...mana senyumu?
Kenapa mendiamkanku ? Hampir satu jam...” Marc memberondong calista dengan pertanyaan.
Tanpa disadari ternyata air mata yang sejak tadi ia perjuangkan untuk tidak menetes
akhirnya meluncur dengan deras di pipinya. Masih membisu, kali ini Calista menggigit
bibirnya kuat kuat. Marc mengelap air mata di pipi calista dengan punggung tangannya.
Sentuhan tangan Marc yang hangat di pipinya mengirimkan sinyal sinyal kimia dalam darahnya, terbawa mengalir hingga ke hatinya lalu ia rasakan sakit yang luar biasa di sana. 

Air matanya semakin deras. Tersirat wajah kebingunan di wajah Marc melihat air mata Calista yang justru semakin deras. Marc beranjak dari duduknya lalu berpindah ke sisi meja tempat Calista duduk. Marc memeluk calista, menyandarkan kepala calista ke dadanya yang bidang. 

Tanda tanya besar masih tergambar di wajahnya, Marc tidak mengerti mengapa Calista yang ia kenal selama ini selalu ceria dan tak pernah sedikitpun menangis, kecuali jika Marc yang mengalami crash. Dan sejak Marc tahu jika Calista selalu menangis setiap kali dirinya mengalami crash sejak itu Marc berusaha sekuat tenaganya untuk tidak mengalami crash lagi, dan semuanya tampak begitu mudah sejak Calista hadir dalam hidup Marc. Impiannya meraih gelar juara dunia 10 kali nampak akan mudah ia raih bersama Calista. Hari ini, wanita yang ia cintai menangis dalam pelukannya tanpa ia tau penyebabnya.
Marc mencoba mengingat ingat hal-hal yang mungkin membuat Calista menangis. Hasilnya nihil. 

Bahkan di musim ke 3 nya di motoGP sejak awal seri tak sekalipun Marc mengalami crash. Bahkan di beberapa seri terakhir yang dihadiri Calista, Marc selalu meraih podium 1 kemudian mereka berdua mengahbiskan waktu bersama seperti pasangan pengantin baru. Marc merasa beberapa bulan terakhir ini Calista begitu dekat dengan dirinya, sangat dekat, sangat intim. 

Bahkan membuat Marc berfikir untuk menikahi Calista setelah akhir musim tahun ini.Hatinya turut perih melihat Calista yang sangat ia cintai menangis.
Tangan marc menyangga wajah calista, 

“Kamu kenapa, aku tidak sanggup melihatmu menangis, tolong jangan siksa aku dengan air matamu..katakanlah sesuatu sayang....”

Calista tersedu, masih dalam nafasnya yang tersengal mencoba mengatakan sesuatu
“ Marc, berjanjillah apapun yang terjadi kamu harus mewujudkan impianmu untuk 10 kali juara dunia berturut-turut?”

“iya sayang, aku berjanji..demi kamu”
Calista menggeleng, “ tidak Marc, jangan demi aku, kamu harus tetap mewujudkannya meski  tanpa aku”

Marc mengernyitkan dahinya, alisnya yang tebal hampir menyatu dan pupil matanya mengecil, menandakan emosi yang berubah, Marc memegang kedua lengan Calista sambil ia guncangkan
“ Apa maksud kamu?, kita akan selamanya bersama...kamu sudah berjanji, kamu tidak pergi kan?’
Calista menggeleng “ Maafkan aku Marc, aku ngga bisa terus begini, kita ngga mungkin terus bersama, "aku hanya akan mengahalangi impianmu terwujud”

“Aku ngga ngerti, apa salahku? Setelah semua hal indah yang terjadi, bahkan hubungan kita selama ini tak pernah bermasalah, lalu tiba tiba kamu begini. Aku minta maaf jika aku salah, tapi ijinkan aku tau apa salahku hingga kamu seperti ini”
Calista lagi lagi menggeleng “ tidak Marc, kamu tidak salah apapun. Ini salahku. Aku harus pergi dari  hidupmu marc...”
Marc mendaratkan jari telunjutnya dibibir Calista “ jangan pernah katakan itu lagi, aku tidak sanggup mendengarnya sayang...”

Marc menarik calista dalam pelukannya lagi. Malam itu marc tidak kembali ke hotelnya.
Marc memilih untuk menemani Calista hingga mereka sama-sama tertidur.
Calista tidak benar benar tertidur, marc memeluknya erat ditempat tidur. Membuat Calista tak lega bernafas, dan hanya pura pura tertidur. Koper bajunya sudah ia titipkan di concierge sejak tadi pagi. Marc tidak sadar jika di kamar ini calista sudah membereskan baju-bajunya. 

Pelan calista berusaha menyingkirkan tangan marc yang melingka dipinggangnya. Berat .
Sedikit gerakan Calista justru membuat Marc semakin erat memeluknya.
Calista melirik jam tangan yang melingkar di tangan kanan Marc, menunjukkan pukul 3 petang, artinya sudah hampir 4 jam Marc tertidur. Pasti Marc lelah sekali setelah race di catalunya kemarin. 

Sebetulnya Calista sendiri tidak sanggup jauh dari Marc, bahkan seandainya boleh ia ingin setiap detik ada bersama Marc. Namun jika itu terjadi pastilah akan menyita waktu marc untuk training, latihan dan mempelajari motornya itu sama artinya dengan ia menghancurkan impian Marc. Sangat egois jika calista menuruti perasaannya. 
Calista kembali berusaha meloloskan tubuhnya dari pelukan marc. Tetap tidak berhasil.
Calista lalu berbisik lembut “ sayang aku ingin ke kamar mandi dulu...” 

Dalam alam setengah sadarnya Marc melepaskan pelukannya sambil menjawab
“ jangan lama-lama..”desah Marc

Calista mengiyakan, lalu beranjak menuju kamar mandi. Menguncinya dari dalam. 

Berdiri menatap cermin. Matanya bengkak dan ia merasa dirinya jelek sekali, bahkan sampai detik ini Calista masih tidak mengerti mengapa Marc jatuh cinta dengan dirinya yang kecantikannya sedikit di bawah rata-rata. Calista merapikan rambutnya dengan jemarinya yang lentik. Membasuh wajahnya di wastafel beberapa kali. Perasaannya agak lebih baik setelah air dari keran membasahi wajahnya. Calista mengehela nafas dalam ketika dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 3.30. Pesawat yang akan membawanya ke tanah air take off jam 7. 

Baru saja Calista hendak meninggalkan kamar mandi dari sudut matanya ia menangkap benda putih yang tergeletak di dekat closet. Calista memungutnya, sebuah test pack dengan symbol + ditengahnya, ia lupa membuangnya tadi pagi.

Calista tertegun sejenak antara akan membuang benda itu atau membawanya pergi.Calista membuangnya ke tempat sampah di samping closet, lalu meninggalkan kamar mandi.

Marc masih terlelap, sebelum meninggalkan kamar, Calista memandangi wajah Marc untuk terakhir kalinya. Bagi Calista,laki-laki itu begitu sempurna, sebagai pebalap dia sangat bertalenta, sebagai anak dia sangat berbakti pada ayah ibunya, sebagai kakak ia sangat menyayangi dan bertanggungjawab terhadap Alex, Marc juga seorang pemimpin yang rendah hati, disayangi semua mekanik hingga bos besar HRC. Bahkan tak sedikit pebalap lain yang juga sayang pada marc. Sebagai idola ia sangat ramah dan baik terhadp fans nya, tidak pernah mengecewakan, kepribadiannya begitu baik, senyumnya ramah dan selalu mengembang, berjiwa besar, sportif. Dan satu hal lagi marc tak membuat tato setitikpun di bagian tubuhnya, Calista sudah membuktikannya. Bagi Calista Marc adalah malaikat tanpa sayap, bukan Alien seperti sebutan kebanyakan orang.
Berat sekali meninggalkan Marc, tapi harus... Calista melangkah berat meninggalkan Marc yang masih terlelap dalam tidurnya...

******
5 tahun kemudian...
Setting : Perumahan elite Kalbu Asri , Dago Pakar. Bandung

Pagi itu, matahari bersinar cerah hingga sinarnya menembus celah celah jendela kamar Calista. Hari itu calista ingin menyelesaikan novelnya yang ke 20, tidak lagi novel tentang fiksi motoGP seperti 5 tahun yang lalu. 

Calista telah mengubah genre novelnya sejak dirinya tak lagi berhubungan dengan Marc bahkan setelah peristiwa 5 tahun lalu itu Calista tak pernah lagi mengikuti perkembangan berita tentang motoGP, dunianya hanya menulis, bedah novel, talkshow dan mengurus Angelo  putra sematawayangnya. Tahun tahun pertam sangat sulit menulis novel di luar fiksi tentang motoGP,  namun akhirnya masa-masa sulit itu terlewati. 

Sempat untuk tergoda kembali menulis fiksi motoGP  ketika banyak sekali permintaan dan para penggemar fiksi motoGP sampai-sampai pihak percetkan menawarkan royalti yang berlipat lipat, namun calista menolak.  Calista berkomitmen untuk tidak lagi menulis fiksi tentang motoGP maupun hal hal lain yang  berkaitan dengan Marc Marquez. Setiap kali calista mengingat nama itu jantungnya seperti  berhenti berdetak, dan persendiannya terasa lemas.
Jari-jari Calista yang lentik menari nari dengan licah di atas keyboard laptopnya, sesekali ia berhenti  sejenak memandang keluar lalu kembali ke monitor lagi.
“mama, aku tidak mau sekolah lagi!” tiba tiba suara Angelo mengejutkannya. Anak laki-laki kecil itu  berdiri dibalik pintu ruang kerja Calista, hanya menampakkan sebagian kepalanya. Calista memutar  kursi kerjanya ke arah suara bocah itu. 
Calista tersenyum menatap mata Angelo. Tatpan teduh Calista membuat rasa takut Angelo hilang.  Bocah itu mendekat, Calista mengangkat bocah kecil itu lalu meletakkan dalam pangkuannya.  Angelo sudah berumur 4 tahun, badannya mulai terasa berat berat dipangkuan Calista. Dan semakin  hari wajahnya mengingatkan Calista pada laiki-laki di masa lalunya yang tak ingin ia ingat lagi.
Calista mengusap rambut angelo yang berwarna coklat tua itu dengan lembut. Bocah itu lalu  menyandarkan tubuhnya di dada ibunya. “kenapa tidak mau sekolah sayang?” tanya Calista lembut.
“kalau aku bilang alasannya, apakah mama tidak akan marah?” 

“tentu tidak sayang,...mama kan tidak pernah marah sama Angelo...”
Angelo lalu turun dari pangkuan Calista, lalu berdiri di hadapan Calista yang masih duduk di kursi  kerjanya. Calista mengamati Angelo yang berdiri dalam posisi tegap lalu mengisyaratkan dirinya  untuk berjongkok sehingga sejajar tingginya dengan Angelo. Calista turun dari kursinya kemudian  setengah berjongkok di depan Angelo.
Angelo meletakan keduabelah tangannya di pipi Calista, menatapnya dengan pandangan memelas  lalu berkata :
“ mama sayang, aku tidak mau sekolah karena aku malu diejek sebagai anak tanpa ayah,  semua teman di kelasku memliki ayah kecuali aku mam...”

Pernyataan Angelo bagai panah api yang menghujam jantungnya, pertanyaan yang ia takutkan  selama ini, akhirnyata datang juga. Calista tidak menyangka akan secepat ini angelo menayakan  perihal Ayahnya, calista belum siap dengan jawaban.
Angelo memiringkan kepalanya, “ mam? Apakah pertanyaanku membuatmu bersedih?”
Tangan kecil bocah itu mengusap butiran bening yang meluncur di pipi calista. Ingatnnay terlempar ke peristiwa 5 tahun lalu pada saat marc menghapus air mata calista untuk terakhir kalinya.
Calista tercekat, kerongkongannya terasa kering dan rahangnya kaku. Ia menarik Angelo ke dalam  pelukannya, memeluknya erat.
“maaf kan mama sayang, maafkan mama.....”


***
Ini adalah hari ke 7 Angelo tidak masuk sekolah. Baru saja kepala sekolanya menelfon calista.  Terpaksa calista berbohong dan mengatakan bahwa ada urusan penting di luar kota.
Meski baru berusia 4 tahun, namun Angelo tidak seperti anak kecil kebanyakan, Angelo memiliki  emosi yang stabil dan kata kata yang teratur untuk anak seusianya.
Calista mencari Angelo ke setiap sudut rumahnya, bahkan mbak linda suster yang menjaga Angelo  sejak bayi pun tak tau di mana Angelo. Hampir satu jam calista berusaha mencari Angelo namun  tak juga ada tanda-tanda. Calsita mulai dicekam rasa takut, keringat dingin mulai mengucur, sendi-sendinya terasa akan lepas semua.
Calista terduduk lemas di kursi taman halaman rumahnya yang di rimbuni oleh pohon mangga yang  hijau. Calista menangis, tangisan pilu dan kemblai peristiwa 5 tahun lalu menghantam ingatannya.

Calista tersedu. Ketika muncul suara ANgelo yang tak asing ditelinganya “ mama jangan menangis,  maafkan angelo membuatmu khawatir...”
Calista terkesiap dengan serta merta ia mencari arah suara tadi, angelo tengah duduk di salah satu  cabang phon mangga, melambai ke arahnya.
“aku di sini mama....” sahutnya dengan wajah ceria, meluluhkan hati Calista.
Dengan lincah bocah itu turun dari pohon Mangga. Lalu menghampiri calista, memeluk dan  menciumnya.
“kamu sedang apa di pohon itu?” Angelo nyengir memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi, lalu menggelengkan kepala.Calista mengusap rambut angelo dengan lembut lalu menggandeng bocah itu memasuki rumah.
“makan dulu ya sayang...”

“mam, aku ngga mau makan nasi, aku ngga suka”

“trus mau makan apa?”

“aku mau spaghetti, atau macarani, aku suka pasta “

Calista tertegun mendengar jawaban Angelo. Sebetulnya calista tak pernah mengenalkan angelo  pada makanan western seperti itu, tapi beberapa hari lalu karena Angelo mogok sekolah akhirnya  calista mengajak angelo ke bebrapa acara berkaitan dengan penerbitan novelnya di hotel-hotel  berbintang yang menyediakan aneka makanan western. Nampak Angelo lahap menghabiskan  makanan=makan itu dan sangat antusias menanyakan nama dan jenis makanan yang baru pertama  ia makan itu.
Melihat mamanya terdiam, angelo berinsiatif untuk merevisi pernyataannya, ia tak ingin menyusahkan  ibunya. “ Mama, aku mau mie goreng maksudnya...”
‘oh..mie goreng, sebentar mama buatkan yah...’
Angelo memperhatikan mamanya memasak mie goreng untuknya. Mereka menyatap mie goreng  itu bersama-sama di meja makan. “Angelo, sudah satu minggu kamu tidak sekolah, besok hari senin,  kamu mama antar ke sekolah ya?”
Angelo menggeleng, suapan terakhir tak jadi diselesaikannya. Rupanya meski tak menanyakan setiap  hari tapi sebetulnya Angelo masih menatikan jawaban Calista tentang siapa ayahnya.
‘mam, apakah ayahku orang jahat?”
Calista menggeleng “ dia orang yang sangat baik sayang....”
“apakah dia masih hidup?’ tanya ngelo penuh selidik.
Calista mengangguk.
“kenapa dia tidak ada di sini?”
Calista tersenyum lembut lalu menjawab sambil mendekatkan wajahnya ke wajah angelo “  karena dia sedang bekerja?”
Ada rona bahagia di wajah Angelo “ betulkah? Apa pekerjaanya mam?”
Belum sempat calista menjawab tiba tiba suaranya mendengar suara motor meraung-raung dari  Tv ruang tengah. Calista berteriak “ Bi surti matikan tv-nya sekarang, saya sudah bilang jangan buka chanel itu di hari  minggu”
Bi surti ketakutan “ ia maaf bu, saya kelupaan”
“mama, ayo kita ke kamar, aku ngantuk” ajak Angelo meredupkan emosi Calista.
Calista membuntuti anaknya dari belakang, angelo mengajak ia untuk menemani tidur siangnya.  Calista tidur disamping ranjang angelo yang berbentuk mobil-mobilan. Calista baru saja meletakan kepalanya ke bantal ketika terdengar benda jatuh, sepertinya  mainan Angelo yang terjatuh. Calista memungutnya, nafasnya terhenti ketika mainan itu ternyata  sebuah replika motor bertuliskan 93 di bagian depannya.
Angelo terkejut melihat mamanya memegang mainan kesayangannya itu. Angelo sudah tahu sejak  kecil mamanya benci sekali suara raungan pertandingan motoGP dan melarang orang seisi rumah  untuk menonton acara tersebut. Namun, tanpa sepengetahuan Calista ternyata Angelo gemar sekali  menonton balapan itu, bahkan ia sudah memiliki pebalap idola yaitu Marc Marquez. Calista tidak  pernah tahu hal itu karena kebanyakan ari sabtu minggu ia mendapat undangan seminar, dan bedah  novel.
Namun melihat ekspresi wajah Angelo, ia pun kehilangan kekuatan untuk marah. “ tidak apa-apa  sayang, tidurlah....”
Angelo tertidur dengan mendekap replika motoGP nomor 93.

***
Calista tengah berkutat dengan laptopnya, namun kali ini tampilan monitornya bukan file word,  melainkan berita tentang motoGP. Sudah hampir 3 jam calista browsing semua berita tentang  Marc Marquez. Hatinya bertalu talu, detak jantungnya tak teratur ketika ia melihat lagi wajah marc,  setelah 5 tahun tak pernah bertemu. Marc nampak dewasa dengan rahang yang semakin tegas,  masih dengan senyum yang sama seperti 5 tahun lalu. Hanya saja sekarang sudah muncul kerutan  di dahinya. 
छ alista menarik nafas lega membaca semua berita itu, yang paling ia takutkan adalah  berita tentang crash. Ternyata 5 tahun 5 marc mengalami crash cukup parah, namun ia beruntung  masih juara dunia sebab rival rivalnya juga mengalami hal serupa. Tak terasa musim ini adalah musim  ke 10 nya, juara dunia 9 kali telah ia kantongi. Calista termenung, akan kah marc memafkannya jika  ia tiba tiba muncul, setelah 5 tahun menghilang tanpa alsan yang jelas? Membuang semua nomor  kontak, benar-benar tak terlacak. Itu semua ia lakukan demi karir Marc, i,pian Marc untuk meraih 10  kali gelar juara dunia. 

Apa jadinya jika 5 tahun yang lalu calista tetap bertahan, kemudia media massa  tau Marc telah menghamili novelis asal indonesia, pasti akan mencoreng nama baiknya. Marc dikenal  sebagai pebalap dengan personality yang baik, para fansnya yang sebagian besar wanita begitu  memujanya sebagai sosok pebalap baik-baik. Tak bisa dibayangkan seandainya Calista hanya  mementingkan dirinya, memeintingkan perasaannya untuk tetap bersama marc, pastilah Marc akan  dihujat oleh penggemarnya dan novel-novel calista mungkin tak lagi diminati karena perasaan  cemburu yang melanda penggemarnya. Hingga akhirnya Calista menguatkan diri untuk meninggalkan  Marc, menjalani hidup sendiri dan membesarkan Angelo putranya.
Belum lagi gosip tentang rencana pernikahan Marc setelah akhir musim ini dengan model spanyol  yang disebutkan salah satu situs web terpercaya. Berita itu membuat calista gundah, meski ia belum  menemukan statement Marc yang membenarkan berita itu.
Musim ini menyisakan 4 balapan lagi, jepang, australia, sepang dan valencia. Entah setan dari mana  yang merasukinya, sedetik kemudian Calista sudah melakukan transaksi online pembelian tiket di 4  balapan itu. Calista akan menghadiakan tiket itu untuk angelo dilulangtahunnya yang ke 5 sebentar  lagi.
Bocah itu tertawa riang ketika calista menyampaikan kabar bahwa mereka akan pergi nonton motoGP secara live.
“ma, omomg-omomg bukannya tidak suka dengan motoGP?”
Calista tersenyum “ iya karena berisik, tapi setelah melihat ternyata mengasyikan” kata Calista
berbohong putih
Angelo terkekeh riang.


.....
Twin Ring Motegi Jepang
Marc and little angelo - motegi


Calista menggandeng tangan kecil angelo diantara kerumunan banyak orang. Hari itu pers confrence media. Detak jantung Calista mulai tak beraturan ketika waktu persconference semakin dekat, satu persatu para pebalap muncul banyak pebalap tak dikenalinya setelah 5 tahun dirinya vakum tak mengikuti berita perkembangan motoGP.
Akhirnya Marc muncul dan melambaikan tangan, tak kuasa menahan rindu, calista berteriak lantang
“ Maaaarccc” Cukup menarik perhatian. Marc menoleh ke arahnya namun agak tak mengenali dirinya.
Selama pers conference sesekali Marc melirik ke arahnya, seperti tak sabar ingin segera berlalu wawancaranya. Calista menunggu marc dengan hati berdebar debar, disampingnya Angelo duduk manis mengankan kaos merah bertuliskan 93 sambil memegah bendera kecil bergambar semut merah dengan angka 93.
Manajemen HRC memberi kesempatan pertanyaan terakhir “ yak, 1 pertanyaan lagi...”
seorang wartawan dari motocuatro spanyol mengacungkan jari.
“Ya silahkan, pertanyaannya singkat ya....” pinta manajemen HRC
“Marc, kami mendengar berita bahwa diakhir musim Anda akan menikah dengan seorang
model bernama Ernestta laurensia, bagaimana klarifikasi berita ini?
Sejurus senyum dibibir Calista menghilang saat dirinya mendegar pertanyaan itu.
Calista menatap tajam ke arah Marc, dan tanpa dinyana pada saat yang sama Marc menatapnya. 

Suasana tiba tiba hening.
“bagaimana marc?” wartawan itu bertanya ulang, memecahkan keheningan
“ah iya, ada rencana memang tapi bukan akhir musin ini...” 
Calista menitikkan air mata, namun ia segera menghapusnya sebelum Angelo memergokinya menangis.
Setelah konferensi pers selesai selanjutnya adalah meet and greet dengan pebalap.
Karena tadi pagi Calista cukup kerepotan mengurus Angelo sendiri, hingga mereka mendapat antrian paling buncit untuk bertemu dengan pebalap idolanya.
“ mama aku senang sekali bisa bertemu langsung dengan marc marquez” kata Angelo sambil
memandangi bendera di tangnnya.
“iya sayang...’ Rasanya calista ingin membawa Angelo pergi dari tempat ini, tapi tidak mungkin bocah itu sudah sangat antusias bertemu dengan Marc. Bahkan iming-iming calista untuk
membeli eskrim maupun replika motor di ruang pameran pun ditolak mentah-mentah.
Tiba giliran calista dan angelo. Marc mengulurkan tanganya, dengan jantung dag dig dug, calista mengulurkan tangan juga. Marc meraih tangan calista. “ calista?” tanya marc ragu ragu, wajar jika Mrac tak begitu mengenalinya sebab setelah melahirkan angelo berat badan calista bertambah. 

Calista mengangguk. Marc langsung memeluk calista erat. “aku merindukanmu, kau kemana saja? Aku hampir mati tanpamu...”

Angelo menatap bingung. Bagaimana mungkin pebalap idolanya begitu erat memelukn ibunya, apakah pebalap itu penggemar novel ibunya?
Marc merenggangkan pelukannya ketika ia menyadari tangan calista menggandeng bocah kecil yang sekarang sedang menatapnya. 
“dia siapa?” tanya Marc
“dia anakku, namanya angelo”
Tampak eskpresi terluka di wajah marc “ kau meninggalkanku karena menikah dengan laki-laki lain?”
Calista menggeleng. 
“mama, aku mau berfoto dengan om marc”
“kau mau berforo dengan anakku?”
marc menoleh ke arah Angelo, kemdian bocah itu mengulurkan tangannya mengajak bersalaman.
Marc tertegun menatap Angelo, bagaimana mungkin anak itu begitu mirip dengan dirinya ketika berusia 5 tahun, batinnya dalam hati.
Calista mengambil gambar marc dan angelo. Mereka seperti pinang dibelah 2.
“calista aku ingin bicara banyak...” pinta marc sebelum Emilio memanggilnya untyk segera bersiap-siap FP1
“tenang sajalah marc kita punya banyak waktu, aku menemani angelo melihatmu free practice sampai selesai” jawab calista menutupi kegalauan hatinya.
Setelah 5 tahun, ini adalah untuk pertama kalinya calista menyaksikan race secara langsung.  Angelo nampak bersemangat meneonton balapan sejak tadi bocah itu memasang wajah ceria

“angelo, earplug mu mana?” tanya Calista
Angelo mengeluar earplug dari saku celananya, lalu Calista memakaikan earplug itu ke telinga Angelo.Calista menatap motor dengan tulisan 93 lekat lekat begitupun dengan bocah kecil di sampinya. 

Gaya cornering, masih sama seperti dulu elbow down, gumam calista pada dirinya sendiri.
Matanya tengah asyik membuntuti gerakan Marc di atas motornya kemudian sesuatu terjadi. 

Marc crash di turn 8.
Calista menutup mulutnya, agar teriakanya tak histeris. Lalu disadarkan oleh tangisan angelo. 

“ mamaaaaaa, marc jatuh,...mama...ayo kita tolong marc maaa, kasihan...ayo mama telfon dokter sekarang....” Angelo terus meracau sambil menangis.
Calista jadi bingung, bagaimana menghentikan tangisan Angelo. Anak itu menarik narik tangannya mengajak beranjak dari tempat itu untuk mencari marc. Akhirnya calista hanya mampu menuruti permintaan Angelo, setelah mencari informasi sana-sini, mereka menuju ke health center di area hotel motegi.
Angelo masih menangis ketika calista sampai di ruang perawatan marc. Ditempat itu ada emilio, hernandez, mr julia dan alex. Calista hanya mematung ditempat ketika keempat orang itu menatapnya,tatapan mata yang membunuh. Saat itu rasanya ingin segera menghilang di hadapan mereka jika bukan karena Angelo.
“mama ayo, cepat aku mau tau kabar marc...” tangan kecil Angelo menariknya masuk.
Calista menyapa mereka “ apakabar emilio...hernandez....Mr julia dan alex, ehmmm... Aku calista... Dan ini anakku Angelo “

Tanpa disuruh angelo segera mengulurkan tangan ke masing masing orang tadi dengan mengenalkan  dirinya.
Mr. Julia seperti tershir saat Angelo mengajaknya berjabat tangan. Angelo yang manis dan ramah pada  setiap orang membuat orang-orang begitu mudah menyayanginya.
“calista, anakmu mengingatkanku saat marc berusia 5 tahun dia sangat mirip, berapa usia anakmu?
“5 tahum, hari ini ia berulang tahun...”
Mr Julia mengecup kening Angelo, angelo membalas mencium pipi mr Julia. Nampaknya Mr Julia  sangat terpesona oleh sikap Angelo. “ahaa 5 tahun, tentunya kalau dulu kau menikah dengan marc  sudah sebesar ini anak kalian” kata Mr julia. Calista terperanjat dengan kata-kata itu.
“kau terkejut calista? Apa marc dulu tidak mengatakan kepadamu bahwa dia akan menikahimu?”  tanya Mr Julia
Spontan Calista menggeleng. Mr julia manggut-manggut, kami pikir kau meninggakan marc karena menolak diajak menikah oleh marc. Anak itu  hampir gila sejak kau pergi 
“hey angelo, , aku alex adik marc, omomg-omomg elamat ulang tahun yah!!” kata alex seraya  mengusap usap rambut Angelo lalu menengadahkan tangan mengajak toss.
‘Alex, aku mau melihat Marc, apakah parah?” pinta angelo pada Alex
“alex, ajak angelo menemui kakakmu” perintah Mr Julia pada Alex. “ Oke dad!” jawab alex lalu  menggendong angelo masuk ke ruang perwatan.
Tersisa Calista dan Mr, Julia.
“apakabar calista? Kemana saja selama ini?”
“baik om, iya saya konsentrasi menulis novel untuk penghidupan saya dan keluarga” calista mulai  ngeles.
“omong-omong sama siapa saja ke sini?
“berdua saja om”
‘ayahnya tidak kau ajak?”
Calista terdiam. Dirinya tidak tahu bagaimana cara menjelaskan bahwa angelo sebenarnya adalah  cucu mr Julia
Apa kau tidak bertemu Marc saaat ia mencarimu ke Indonesia? Itu hal tergila yang pernah ia lakukan,  dia meninggalkan Free practice dan kualifikasi demi mencarimu “
Calista terperangah, dia tidak percaya marc mencari dirinya sampai ke jakarta. Penyesalan dan rasa  bersalah yang menggunung mulai menghinggapinya.

.....
Alex, Marc dan Angelo
“marc, kau lihat siapa yang menengokmu? Fans kecilmu...” alex menurunkan Angelo dari  gendongannya lalu meletak bocah itu di tempat tidur bersama marc.
Angelo tersenyum senang melihat pebalap idolanya baik-baik saja. Ternyata marc hanya mengalami  dislokasi otot bahu kanan.
“hey kok wajah mu basah? Kau menangis ya?”
Tanya marc dengan ekspresi menggoda.
Angelo tersibu malau lalu dengan tangan kecilnya berusaha mengeringkan wajahnya dari air mata.  Alex membantunya mengelap dengan tisu.
“iya aku menangis, karena melihatmu jatuh..hihi. Tapi aku senang melihatmu baik-baik saja “
Marc mengusap usap kepala Angelo dengan tangan kirinya.
“marc tadi mr julia bilang kalau aku mirip seperti dirimu saat usia 5 tahun, apa aku nanti juga akan  menjadi penalap hebat sepertimu?” celoteh Angelo
“Ohya? Bagaimana menurutmu lex? Apakah kami mirip?” tanya marc pada Alex, lalu  marc menarik  kepala angelo mendekatinya. Alex nyengir “ kalian bukan cuma mirip tapi Angelo itu seperti hasil  cloningmu marc!”
Marc terkekeh “ mungkin ayahmu wajahnya mirip denganku, betul tidak angelo?”
Pertanyaan itu sontak membuat senyum di wajah Angelo lenyap seketika. Bocah kecil itu kini  tertunduk.
“maaf, apakah ayahmu sudah meninggal, hingga jau sedih teringat saat aku menyebutkan ayah?”  tanya Marc penuh sesal.
Angelo menggeleng “ tidak, kata mama...ayahku masih hidup, dia tidak tinggal di indonesia,  tapi aku sekalipun belum pernah bertemu dengan ayah. Kata mama, ayahku belum tau tentang kelahiranku”
Marc mencubit pipi bocah itu : “heyy sudahlah jangan sedihhh, kau boleh memanggilku ayah, oke?  Mulai sekarang kau panggil aku ayah ya?” Pinta marc sambil menengadahkan tangan kirinya,  lalu disambut oleh angelo tanda setuju “baiklah aku memanggilmu ayah, ayahku si pebalap hebat”  celoteh Angelo dengan bangga.
Beberapa saat kemudian calista masuk ditemani Mr. Julia.

‘bagaimana lukamu kata dokter?” tanya Calista
“ayahku hanya luka ringan” jawab Angelo tanpa diminta. Calista terbelalak lalu spontan menutup  mulut Angelo dengan jemarinya.
“Hey, siapa yang mengajarkanmu seperti itu Angelo? Kau tidak boleh seperti itu!!”
Angelo berusaha melepaskan jari-jari Calista dari mulutnya. “Mama, ini kesepakatanku dengan Marc,  karena ia kasihan padaku...mam..”
Calista meraih Angelo lalu memnggendong dalam pelukannya. Sebagian wajah calista tertutup oleh  bahu Angelo, sehingga ekspresi wajahnya tak tertangkap oleh marc. Sebenarnya saat itu ingin sekali  Calista berkata bahwa Marc memang ayah Angelo kalau saja seorang wanita dengan body yang sangat  ideal tidak masuk dalam ruang perawatan itu.
Wanita itu langsung menerobos menghampiri Marc, mencium bibir marc sejenak lalu memeluknya  “ Sayang, kau kenapa? Apa yang kau pikirkan? Sudah lama sekali kau tidak pernah lagi crash...”  wanita itu terus nyerocos tanpa memperdulikan orang yang ada di sekelilingnya, Mr Julia, Alex dan  calista serta Angelo.
Marc merasa risi dan canggung dengan perlakuan Ernesta barusan, apalagi dihadapan Calista.  Marc sendiri merasa bingung dengan dirinya, yang tak sanggup membenci Calista, wanita yang  telah menghilang tanpa alasan jelas dan membuat hampir gila. Hari ini calista hadir kembali dengan  seorang bocah yang sangat lucu, bocah dengan ayah yang masih misterius. Dan sedikitpun Marc tidak  sanggup marah, bahkan tak sanggup pula untuk tidak perduli dengan Calista dan Angelo.
Terjebak dalam situasi yang tidak mengenakkan, Calista pun pamitan “ Marc semoga cepat sembuh  yaa...aku permisi...”
Sebenarnya Marc ingin mencegah Calista untuk pergi, dirinya belum puas memandangi wajah Calista  yang telah dirindukannya selama bertahun-tahun. Calista meninggalkan ruangan itu bersama Angelo dalam gendongannya, Bocah itu lekat  menatap Marc dari balik punggung ibunya.
Kemudian di ujung pintum, Angelo berteriak “ semoga cepat sembuh Ayah!!” kemudian menghilang  di balik pintu bersama langkah Calista yang semakin menjauh.

***
Sejak pertmuan calista dan marc di motegi, mereka kembali berkomunikasi, sebetulnya Calista malas  menjalin hubungan lagi dengan Marc yang usdah memiliki tunangan. Calista tidak ingin kedua kalinya menghancurkan perasaan Marc dengan menceritakan tentang ayah Angelo. Calista merasa Marc  masih mencintainya, tentunya kenyataan tentang siapa ayah angelo akan menempatkan Marc dalam  posisi yang sangat sulit. Keadaan itu dikhawatirkan Calista akan menganggu konsentrasi balap Marc,  padahal impiannya untuk sepuluh kali juara dunia tinggal 3 seri lagi.
Namun Calista tak sanggup menghindar, dengan alasan Angelo. Bocah itu selalu merengek untuk  berbicara dengan Marc melalui telefon, dan Angelo selalu membawa tidur foto dirinya dan Marc di  motegi lalu sebelum tidur. Kenyataan itu membuat dada calista sesak, ia tak kuasa mencegah adanya  chemistry antara marc dan Angelo.
“Ayah, aku bersama mama tidak bisa melihatmu latihan, sebab mama ada urusan dulu, tapi jangan  khawatir, aku dan mama akan ada di sana hari minggu, kau semangat ya latihannya, jangan jatuh lagi ” celoteh Angelo di telfon. Bocah itu memang memiliki kemampuan kognitif dan bahasa di atas rata  rata jika dibandingkan anak seusianya. Bicara dengan Angelo terkadang seperti bukan bicara dengan  anak usia 5 tahun. Sebagai anak kecil, angelo begitu pengertian dan bisa diajak komunikasi layaknya  manusia dewasa. Semakin hari calista benar-benar semakin nyata melihat Marc ada dalam diri bocah  itu. Dulu, di awal-awal debutnya di dunia balap, semua orang memuji kedewasaan Marc sebagai peba lap berusia termudan namun memiliki jiwa besar, semua media masa menuliskan hal yang sama saat  itu bahwa meski Marc saat itu baru berusia 20 tahun manun kedewasaannya, pengendalian emosinya  sudah seperti pria berusiaa 30 atau 35 tahun. Mungkin hal itu juga menurun pada Angelo.
Lamunan calista buyar ketika Angelo mengacungkan telepon genggan ke arahnya.
“marc ingin bicara padamu...”
“hallo, Calista, anakmu cerdas sekali, aku suka berbicara dengannya, meski dari dulu aku suka anak  kecil, namun Angelo adalah anak kecil yang membuatku jatuh cinta...kapan kau membawanya ke sini?” 
“Sabtu Marc, jakarta melborne hanya 4 jam, kami berangkat pagi dari jakarta. Aku ada urusan kerjaan  sampai jumat malam”
“iya tidak apa-apa, oia pekerjaanmu sebagai penulis semakin maju ya? Aku senang mendengarnya,  kau tak lagi menulis novel motoGP rupanya....”
Calista mulai tidak nyaman dengan arah pembicaraan Marc, “ Marc, sudah dulu ya..aku harus  menyiapkan makan untuk Angelo, sampai jumpa di Philip Island” lalu Calista menutup telfon itu.

Tanpa disadarinya, Angelo memperhatikan dirinya saat menelfon Marc tadi.
“mam, kenapa kau begitu kaku dengan marc? Marc baik padamu dan padaku..Apa kalian pernah  berkenalan sebelumnya?’
Calista terkejut engan pertanyaan Angelo, haruskan dirinya jujur pada Angelo perihal hubungannya  dengan Marc di masa lalu? Bocah kecil itu tak bisa dibohongi. 
Calista berjalan mendekati Angelo di sofa depan televisi. “mama akan menceritakannya nanti,  setelah kau besar, boleh?”
“Tapi sekarang aku sudah besar mam” bantah Angelo
Calista mengecup kening putranya. “sabarlah sayang, suatu saat nanti mama akan cerita”



***
Setting : Luna Park Melbourne
Ternyata dipercakapan tempo hari Marc sudah membuat janji dengan Angelo untuk bermain   di Luna park, melbourne. Sejak dalam pesawat angelo tak henti-hentinya bertanya tentang berapa lama lagi sampai ke melbourne.
Calista mengajak Angelo duduk di salah satu bangku taman. “ Kita menunggu Marc di sini saja ya...” ,  Angelo mengiyakan. Bocah kecil itu memegang erat erat foto  berukuran 10R  bergambar dirinya dan Marc di motegi.
“mam, aku akan minta marc tanda-tangan disini, satulagi foto ini kuberikan untuk Marc, sebab Marc selalu bilang rindu padaku mam...”
Calista tak menjawab, dia hanya tersenyum lalu membetulkan topi bertuliskan 93 yang dikenakan Angelo.
“Mam, lihat itu marc” teriak angelo sambil menunjukkan jaringan. Calista melihat ke arah yang ditunjuk Angelo, dia melihat marc dan seorang gadis berjalan menghampirinya.
Ada rasa tersyat sayat sembilu di hati Calista melihat tangan gadis itu melingkar manja di tangan kanan marc. Nafasnya terasa sesak, seakan udara yang begitu berlimpah tak mampu lagi ia hirup untuk mengisi paru parunya. Ernesta laurensia gadis itu sangat beruntung mendapatkan Marc....
Calista lebih banyak diam, lain halnya dengan Angelo yang begitu riang menyambut Marc, kemudian Marc membawa Angelo pergi ke wahan bom-bomcar. Dari kejauhan calista memperhatikan Angelo, bocah itu tampak sangat bahagia, Calista belum pernah melihat Angelo nampak sebahagia ini. 

Angelo benar benar membutuhkan figur seorang ayah.
Ernesta mengajaknya duduk “ duduk yuk,..mau berapa lama kau bediri melihat mereka? Biarkanlah anakmu bersama Marc, tak perlu khawatir anakmu akan aman bersama Marc”
Kata-kata ernesta membuat calista tersdaar ada orang lain di dekatnya “ oh iya, ehmmm kita belum berkenalan. Aku calista “ sambil mengulurkan tangannya
‘ernesta,...” sambut eanita itu sambil membalas uluran tangan calista.
Mereka berdua duduk berdampingan sambil melihat marc dan angelo yang tergelak-gelak saking asyiknya bermain bom-bom car.
“calista, aku belum pernah melihat marc tertawa lebar seperti ini lagi, sejak kehadiranmu dan anakmu,
Marc menjadi lebih ceria...
calista....Marc banyak bercerita tentang dirimu...
Callista tertegun dengan pernyataan ernesta yang terakhir. 

“ bercerita tentang aku??”
Ernesta mengangguk “ iya tentang kamu, dan setiap kali bercerita tentang kamu tak bisa dipungkiri, wajah marc lebih berseri, meskipun dia saat ini tunanganku tapi aku cemburu denganmu yang pernah sangat dicintai Marc, aku merasa cinta marc padaku tak sebesar cintanya padamu, bahkan aku merasa sampai detik ini Marc msih mencintaimumeski dia membantahnya, tapi aku tau kalau dia berbohong calista...” tersimpam kepedihan mendalam dalam setiap kata yang diucapkan Ernesta. 

Calista hanya bisa mendengarkan curahan hati ernesta tanpa bisa menanggapinya sepatah katapun, bibirnya terkunci.
“calista, apa kau pernah bercinta selain dengan Marc?” tanpa sadar calista menggeleng. Marc adalah  satu satunya pria yang pernah menidurinya sepanjang hidup Calista. Ernesta menggigit bibirnya,  menahan perih dalam hatinya, jawaban Calista membenarkan dugaannya bahwa Angelo adalah putra Marc. Ernesta sebenarnya sadar bahwa dirinya hanya berjalan bersama bayangan, kenyataannya 

Marc tak pernah sedikitpun mengurangi rasa cintanya pada calista. Hanya karena sifat baik marc yang tak ingin mengecewakan orang lain membuatnya menerima ernesta sebagai tunangannya. Ernesta salah satu putri CEO dorna penyelenggara motoGP selama puluah tahun.
Seperti terhipnotis calista terus menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan ernesta. Apa aku boleh tau mengapa kau meninggalkan Marc?
“aku cuma ingin Marc mencapai mimpinya menjadi juara dunia 10 kali, aku ingin dia fokus dengan impiannya, itu saja...” 
‘apakah angelo putra kandungmu?” tanya ernesta kemudian, calista mengangguk tanpa melepaskan  tatapannya pada Angelo dikejauhan sana.

“Mamaaa, !!’ teriak Angelo dari kejauhan, Calista segera berlari meninggalkan ernesta tanpa sempat  menoleh. Seandainya calista menoleh maka ia akan melihat air mata yang  membanjiri wajah ernesta. 
Ernesta, tersedu sendiri, kini ia hanya memperhatikan Marc, calista dan Angelo dari kejauhan.  Tiba tiba ia merasa seperti orang bodoh berada di taman itu, lalu berjalan meninggalkan taman itu tanpa disadari ketiganya.


***
Setting : Race day, philip island 2022
Pagi-pagi sekali ernesta menjemput calista dan Angelo di hotel. Sebetulnya calista dan Angelo sudah  punya tiket sendiri, tapi ernesta berbaik hati memberi akses khusus sehingga calista dan Angelo bisa berada di pitlane bersama Marc.
“ernesta kemarin kau kemana? Kata marc kau dipanggil ayahmu?”
‘oh iya betul, ayahku memerlukan bantuanku. Maaf ya aku tak berpamitan denganmu.
Aku baru teringat untuk mngirim pesan melalui Marc...Bagaimana bermainnya menyenangkan Angelo?”  
“iya tante, aku senang sekali bermain bersama Marc dan ditemani mama.  Seandainya bisa setiap hari...aku pasti senang sekali “ angelo berceloteh riang sambil tangan  kecilnya memainkan mini replika motor Marc.
“jangan khawatir Angelo, itu pasti terjadi...” sahut ernesta
Calista mnegernyitkan dahinya, sambil menatap ke arah ernesta. Ia tidak mengerti dengan kata-kata  ernesta barusan.
Di pitlane cukup penuh orang, calista menangkap sosok marc tengah duduk menyendiri. Kebiasaannya  sejak dulu setiap akan race dia duduk menyediri untuk berkonsentrasi. Calista menahan dirinya untuk  mendekati Marc. Namun Aggelo melepaskan gandengan tangan Calista. Bocah itu berlari ke arah marc.  Calista menepuk keningnya dan berniat menyusul angelo untuk menjauhkan Angelo dari Marc, namun  tiba tiba emilio muncul.
“hey, biarkan angelo bertemu marc, anak itu tak akan merusak konsentrasi Marc, percayalah” larang  emilio. Calista mengurungkan niatnya, ia berdiri tak berapa jauh dari marc dan Angelo. Sayup sayup  calista menguoing pembicaraan mereka.
“ayah kau nampak gagah dengan baju balap ini, aku belum pernah melihatmu sedekat ini dengan  baju balap, aku baru melihatmu balap secara langsung di jepang minggu lalu..”
‘oyah,,,, sejak kapan kau suka menonton motoGP”
‘aku lupa sejak kapan, mungkin sejak aku berumur 3 tahun, tapi mamaku  tak mengijinkannya,  jadi aku menontonnya diam-diam “ lalu Angelo tertawa jahil.
Ada kejanggalan dalam cerita Angelo, mengapa calista melarang bocah itu menonton motoGP,  padahal Marc sangat paham jika Calista sejak dulu sangat hobby mengikuti perkembangan motoGP.
Angelo memencet hidung Marc “ hei Marc, kau jangan melamun, ayo semangat! Kau harus  menghadiahkan podium1 untukku ya hihi...”
Marc memasang ekspresi lucu sambil hormat dan berkata “ siap kapten” lalu keduanya tergelak,  beberapa kamera wartawan mengabadikan momen itu. Pasti beberapa saat lagi foto-foto itu akan  muncul di media. Kehadiran Angelo memang cukup menarik perhatian, itu karena wajahnya yang  sangat mirip dengan Marc saat kecil.
Seri Philip island ini adalah seri penentuan. Jika pada seri ini Marc berhasil meraih podium satu maka  ia berhasil mengunci gelar juara dunia ke 10 nya. Suara raungan motor mulai memekan telinga.  Jantung calista mulai tak beraturan, ada ketakutan, kekhawatiran yang campur aduk. Tangan kecil  Angelo meraih jemari calista yang gelisah. Angelo sangat paham jika mamanya panik kebiasaannya  adalah mengerak gerakan jemari terus menerus. “ mama, jangan khawatir, hari ini Marc akan meraih  podium satu untukku, tadi dia sudah berjanji “ kata ANgelo menenangkan calista sambil mengacungkan  2 jari symbol Victory.
Usai pertandingan, selebrasi meriah diadakan. Ternyata kata Angelo benar. Marc meraih podium 1,  membuat selisih poin sebesar 60 dengan pol espargaro di posisi ke 2. Angelo melompat lompat girang.  Kemenangan marc hari ini sekaligus mengunci gelar juara dunia ke 10 nya menghapus kenangan buruk  Marc tentang black flag philip island 9 tahun lalu.
Calista memilih kembali ke hotel lebih dulu, tidak mengikuti selebrasi Marc hingga selesai.  Tiba-tiba badan Angelo panas, sepertinya angelo kelelahan. Setelah kemarin bermain dengan marc  hingga malam tadi pagi pagi sekali sudah harus bangun menuju philip island.
Angelo meringkuk, diatas pangkuan calista. “mama, kepalaku pusing....dan tenggorokanku sakit”  keluh Angelo pad Calista. Sepertinya angelo terkena radang tenggorokan.  Tubuh kecilnya masih terlalu lemah untuk menempuh perjalanan ke luar negeri dalam waktu  berdekatan. Calista memeluk putra kesayangannya itu.
Sesampainya di hotel, Callista membuka persediaan obat-obatan yang ia bawa dari jakarta.  Meminumkannya ke Angelo. Tapi setelah beberapa waktu tampak tak ada perubahan, panas Angelo  semakin tinggi hingga kejang. Calista mulai panik. Akhirnya ia memustuskan membawa angelo ke Royal  hospital Melbourne. Angelo segera mendapat pertolongan. Calista tidak tau harus menghubungi siapa  saat kritis seperti ini, sejak bayi ia merwat Angelo sendiri, kedua orang tuanya tak pernah tau dirinya hamil, meskipun mereka akhirnya mengenal angelo namun Calista mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa Angelo adalah anak pungut. Kedua orang tuanya percaya sebab Angelo sama sekali tidak mirip dengan dirinya.
Ditempat lain, Usai selebrasi kemengannya. Marc nampak mencari cari seseorang. Ia mencari Calista  dan Angelo. Tapi dari sekian banyak kerumunan orang ia tak menemukan sosok yang dicarinya.  Marc sudah berganti pakaian dan mandi, ia dan teamnya akan kembali ke melbourne.
“kau mencari calista dan angelo? “ tanya ernesta
“iya betul, di mana mereka?” marc nampak senang ernesta tau apa yang dicarinya.
Ernesta hanya menggeleng dan marc pun kecewa lalu bergegas keluar ruangan.  Ernesta memanggilnya “Marc!!”
Langkah marc terhenti, nada panggilan yang berkesan menghardik, tidak seperti biasanya
“bisakah kau tinggal sebentar di sini, aku ingin bicara...”
Marc membalikan badannya, kemudian mendekati Ernesta. “kau kenapa? Kenapa memanggilku  seperti tadi?”
Ernesta menunduk “ aku minta maaf soal tadi, Marc...”
Marc mengguncangkan pundak Ernesta sembari bertanya “ Kau ini kenapa, sejak di jepang kau jadi  aneh “
“kau yang berubah, bukan aku marc...sejak kehadiran Angelo kau lebih memperhatikannya,  kau tak lagi memperhatikanku, kau lebih bahagia bersama angelo dan calista daripada aku...”
“ehhh kau ini kenapa, tiba tiba begini? Kau kan tunanganku ...”
“Oke aku tunanganmu, lalu kapan kau mau menikahiku?’
Marc terdiam...
“Kau tak punya jawaban kan? kau selalu diam jika aku bertanya tentang itu..., kau tidak pernah  mencintaiku kan marc? Aku hanya pengisi kesepianmu setelah kepergian Calista kan? Sekarang  Calista sudah kembali, kau tidak memerlukanku lagi marc....”
“tidak ernesta, kau jangan berfikir seperti itu, aku tidak seperti itu, sekarang sudah berbeda antara aku  dan Calista, kau jangan jelaous jika aku dekat dengan Angelo, anak itu sangat lucu...”
“apa kau tidak meraskan hal yang berbeda saat berdekatan engan ANgelo dibandingkan saat kau  bersama fans cilikmu yang lain?”
“iya Angelo memang berbeda, dia sangat lovabel, dan aku seperti bercermin dengan masa kecilku  saat aku dekat dengannya”
“karena dia anakmu Marc...” sahut Ernesta lirih
Marc terkejut, ia mendekatkan telinganya ke arah Ernesta “ coba kau bilang sekali lagi, kau bilang  Angelo anakku?”
Ernesta mengulangi jawabannya disertai air amta yang membanjir “ Iya, Angelo anakmu”
“tidak mungkin, itu tidak mungkin, bagaimana kau bisa berkata begitu? Mengapa Calista tak pernah  menceritakannya padaku “
“Calista sengaja merahasiakannya darimu karena tak ingin kehamilannya merusak namamu sebagai  pebalap yang sedang bersinar saat itu, Calista memilih meningglakanmu karena begitu besra cintanya  padamu”
Wajah marc memerah antara kemarahan, kecewa dan bahagia bercampur menjadi satu antara bercaya  dan tidak.
“ gila!!! Ini Gilaa!! Marc membanting topi yang ia kenakan ke lantai lalu meremas kedua tangannya dan  meninju tembok di sampingnya. Ernesta terpejam, belum pernag ia melihat Marc emosional seperti  saat ini.
“calista harus tau bagaimana aku hampir gila dibuatnya ketika hari itu aku terbangin dan dia tidak ada  disampingku, dan nomor telefonnya tak pernah aktif lagi, aku mencarinya ke indonesia dan tak  seorangpun memberitahuku di mana calista. Semua email, twitter tak satupun ia balas. “  Marc terus meracau meluapkan kemarahannya selama ini.
“itu karena kau terlalu mencintainya, hingga membuatmu seperti itu “
“aku sangat mencintainya, sangat!!” Marc mengakui perasaanya, ia membenamkan wajahnya  ke tembok di antara dua lengannya.
Ernesta terpejam, menahan perih di hatinya mendengar sendiri laki laki yang dicintai justru masih  mencintai wanita dari masa lalunya. Hancur sudah impannya untuk menikah dengan Marc...
Handphone dalam saku celana Ernesta bergetar, Calista menelfonnya.
“Halo”
“ernesta, apakah Marc sedang bersamamu? Aku menelfonnya tapi tak di angkat, apakah dia  sudah selesai konferensi pers?”
“ah iya, Marc bersamaku, kau mau bicara dengan Marc?”
“tidak, kau saja yang menyampaikan padanya, Angelo masuk rumah sakit, sekarang kami di  Royal Hospital Melbourne. Angelo panas tinggi dan dia memanggil-manggil Marc”
“iya baik, kau jangan khawatir aku dan Marc akan segera ke sana sekarang”
Marc membalikan badannya, melihat kecemasan di wajah Ernesta, membuat marc gusar “ ada apa?  Siapa yang menelfonmu tadi?’
“ kita harus segera kembali ke melbourne dengan hellikopter, Marc! Angelo masuk rumah sakit”
“Apa?” Marc panik bukankepalang, kemudian mengikuti langkah ernesta.



****
Setting : Royal Hospital Melbourne

Sesampainya di Royal Hospital, Ernesta menghentikan langkahnya di pintu masuk “ Marc, aku mengantarmu sampai sini, aku tidak bisa ikut denganmu ke dalam “
“kenapa ? Apa kau tak ingin melihat keadaan Angelo?”

Ernesta menggeleng, “tidak, dia membutuhkanmu sebagai Ayahnya “
“tapi...”
“Sudahlah Marc, lakukan tugasmu sebagai ayah, jangan biarkan calista menghadapi keadaan sulit ini sendiri”
Marc tidak bisa lagi memaksa Ernesta untuk menemaninya, perkataan Ernesta ada benarnya, saat ini Angelo membutuhkan dirinya. Marc bergegas memasuki rumah sakit itu menuju ruang perawatan anak.
Calista sedang berdiri di samping tempat tidur Angelo. Bocah itu terkapar lemah dengan jarum selang  infus yang menembus vena tangan kanannya. Angelo masih mengigau memanggil nama Marc.
Marc langsung memeluk Angelo, angelo terbangun dan balas memeluk Marc. “Marc kau lama sekali  baru datang, lihat bdanku panas” kata angelo seraya meletakan tangan marc ke dahinya.  Marc mencium kening Angelo
“badanmu panas sekali, tapi tenanglah aku tak akan meninggalkanmu, aku akan menemanimu disini “
‘Betulkah? terimakasih Marc”
“Eh, kenapa kau tak lagi memanggilku ayah?”
Angelo melirik ke arah Calista “ hmm, mama melarangku..jadi aku memanggilmu Marc saja”
Tanpa meminta persetujuan  Calista, Marc meminta Angelo memanggilnya ayah.
“Mulai sekarang dan seterusnya kau harus memanggilku ayah, okay?”
Angelo tertawa bahagia : iya, aku juga suka memanggilmu ayah”
“baiklah sekarang kau tidur yah, ayah menemanimu di sini “, kata marc sambil mengusap usap dahi  Angelo. Bocah itu akhirnya tertidur pulas.
Calista hanya terpaku melihat adegan antara marc dan angelo sejak tadi, Marc begitu kebapakan dan  tulus menyayangi Angelo. Baru saja calista hendak membetulkan selimut Angelo yang tersingkap ketika  tangnnya di tepis oleh tangan Marc.
“biar aku saja”
Calista terkejut, mengapa marc yang tadi begitu hangat bersikap terhap Angelo menjadi bersikap  sangat dingin pada dirinya? Tanya hati calista.
Marc menghembuskan nafasnya dengan berat “ Calista, aku mau bicara sebentar” kemudian keluar ruangan. Calista mengikutinya dari belakang. Marc mengajaknya bicara di cafe rumah sakit.  Calista memesan secangkir kopi hitam dan seperti dulu marc tetap sama yaitu memesan orange juice.
Mereka bedua membisu hingga pesanan minum mereka datang. Calista merasa tidak nyaman,  sama seperti saat terakhir kali mereka memesan minuman yang sama 6 tahun lalu di barcelona.  Pertemuan terakhir sebelum calista meninggalkan Marc. Marcpun mengalami hal yang sama,  pesanan minuman mereka posisi duduk, kebiasaan Calista saat bingung dan ragu yang  mengaduk-aduk kopinya dengan sendok semua masih sama.
“Calista, kau tak ingin mengatakan sesuatu padaku?” kali ini marc agresif bertanya, dia tak mau  mengulangi kebodohannya 6 tahun lalu yang hanya diam.
Calista menatap mata marc yang mengintimidasinya, Calista menggeleng.
Marc geram, ia mengepalkan kedua tangannya di atas meja, rahangnya tampat gemeretak,  menahan emosi. Marc menghela nafas dalam dalam sebelum berkata “ sampai kan kau akan  merahasiakan angelo dariku?”
Calista tak menyangka akan ditodong denga pertanyaan itu “maksudmua?”
“sudahlah Calista, tadi sebelum ke sini ernesta mengatakan padaku, akulah ayah Angelo
Kenpa aku harus mendengarnya dari ernesta, bukan darimu?
“ernesta? “ dalam hati calista bertanya tanya darimana erbesta tau mengenai kebenaran tentang  marc sebagai ayah angelo.
“dia tau dari mana berita itu? Tanya calista balik

“sudahlah calista, tidak penting tau darimana Ernesta mengetahui kebenaran itu, aku ingin  mendengarnya langsung darimu, sekarang “
Gugur sudah pertahanan benteng calista untuk menjaga rahasia tentang angelo “maafkan aku Marc,  Angelo anakmu, aku meninggalkanmu saat aku menyadari aku mengandung anakmu dan saat itu  karirmu sebagai pebalap sedang sangat bersinar, aku tak khawatir kehamilanku hanya akan  membuyarkan konsentrasimu untu mengejar juara dunia karena berita berita yang mungkin  di blow up oleh media...”
“kau merendahkanku calista, kau pikir aku ini rapuh? Kau pikir aku ini fragile yang akan ambruk  karena berita beruta yang ditulis wartawan tentang kehamilanmu, aku tidak selemah itu  Calista...cintaku padamu mengalahkan segalanya seandainya kau tau
“kau egois, calista!!”
Calsita tidak diterima dikatai egois oleh Marc. “aku tidak terima kau menyebutku egois, marc!!”
“kau egois semua kau atur sesuai keinginanmu, ketakutanmu trlalu berlebihan sampai sampai  kau tidak memikirkan perasaanku kehilanganmu. Kau melahirkan anakku yang begitu lucu dan  kau tak memberitahuku, kau tak memikirkan perasaan Angelo yang menderita tanpa ayah,  apa itu bukan egois Calista? Cobalah ubah sifatmu realistislah, kehidupan kita nyata bukan  novel imajinasimu”
“hentikan Marc! Kau menyakitiku “ kemudian menutup wakahnya dengan keduabelah tangannya.  Kata kata Marc begitu tajam, tak terbayangkan semua kata kata itu keluar dari mulut Marc.  Tak mengertikah marc semua itu ia lakukan demi cinta
“mungkin kau akan bilang kau melakukan itu demi cinta, aku tak mengerti caramu mencintaiku  Calista, caramu mencintaiku begitu menyakitiku. Seandainya Ernesta tidak bercerita tentang  kebenaran angelo sebagai anakku, mungkin sampai mati kau takkan mengatakannya.  Kau pasti berdalih tak ingin merusak hubunganku dengan ernesta sehingga menyimpan rahasia  tentang ayag angelo. Sadarlah calista aku bukan tokoh novel rekaanmu, aku ini nyata. Apakah semua  Alur harus sesuai keinginamu?”
Cukup marc, cukuppp... Tolong jangan berkata apa-apa lagi, aku tak sanggup mendengarnya” calista  menutup kedua telinganya
Marc beranjak dari duduknya, mendekati Calista, meraih kedua tangan calista yang sedang menutup  telinga “ dengar Calista, cintaku tak pernah berubah untukmu, aku masih mencintaimu seperti dulu,  aku ingin kita menikah
Calista bercucuran air mata “tidak Marc, bagaimana dnegan Ernesta?”
Marc mulai kesal “oke jadi kau ingin aku menikah dengan Ernesta, meski kau tau aku tidak  mencintainya?, Baiklah kalau itu maumu” Marc melepaskan genggaman tangannya pada calista.  Kemudian meningglakan calista Calista tercekat mendengar kata-kata Marc, hatinya sakit sekali. Sebenarnya Calista sangat ingin  Marc menikahinya kemudian bersama-sama membesarkan Angelo. Tiba tiba Calista tersadar,  bahwa kata kata Marc mungkin benar, calista harus realistis dan berani memperjuangkan cintanya  demi kebahagiaan Marc, Angelo dan dirinya. Calista sadar terkadang dirinya terlalu sok tau mengenai  perasaan orang lain. Marc benar, marc, ernesta angelo bukan tokoh dalam novelnya, mereka semua  nyata bukan rekaan calista.
Calsita berlari mengejar langkah-langkah panjang Marc. Calista tidak ingin kehilangan marc untuk kedua kalinya, 6 tahun tanpa marc  membuat dirinya seperti raga yang tak bernyawa. Calista mengejar Marc hingga pintu gerbang rumah  sakit namun, sosok Marc tak ditemukannya di sana. Calista menangis pilu. Mungkin sekarang marc  sedang menuju ke hotel untuk menemui Calista lalu menyusun rencana pernikhan yang megah.
Calista berjalan gontai kembali ke ruang perawatan anak. Pikirannya kalut. Bagaimana jika angelo  menanyakan Marc lagi. Calista mendorong pintu kamar dengan punggungnya, energinya habis terserap  emosi.
“Calista, panas badan Angelo sudah turun “ terdengar suara Marc. Calista segera membalikan badannya,  seperti tak percaya Marc saat ini ada di hadapannya. Calista menghambur ke dalam pelukan Marc.  Membanjiri baju marc dengan air matanya yang deras mengalir. “Marc aku tak akan sanggup  kehilanganmu untu kedua kalinya, menjalani hidup tanpamu sangat menyakitkan, aku mau menerima  ajakan untuk menikah”
“betulkah kalian akan menikah?” tiba tiba suara Angelo memecah keheningan. 

Ternyata sejak tadi bocah ini sudah bangun dan menguping pembicraan mereka, Calista merasa  canggung angelo memergokinya memeluk Marc. Calista melepaskan pelukan Marc, Namun Marc  menariknya lagi ke dalam pelukannya,Angelo tertawa “ kalian sangat cocok, marc kau benar benar jadi ayahku jika kau menikah dengan mama” 
Calista tersenyum ke arah angelo, lalu mendekati bocah itu. “angelo, mama minta maaf karena  merahasiakan ayahmu, kau masih ingin tau?”
Bocah itu mengangguk dan matanya berbinar “ apa aku sudah cukup besar menurutmu?”
Calista terkekeh, ternyata Angelo benar benar merekam ucapannya “ iya kau sudah lebih besar sekarang,  dengar Angelo-ku sayang ayah kandungmu adalah Marc “
Angelo terbelalak “ pantas saja aku merasa sangat nyaman di dekat marc, mama aku senang sekali  ayahku adalah Marc. Aku ingin cepat cepat masuk sekolah mam..”
Pernyataan angelo yang tak sabar untuk masuk sekolah membuatnya tersadar bahwa betpa Angelo  selama ini sangat tertekan di sekolahnya
“ayah akan mengantarmu ke sekolah dan berkenalan dengan semua teman-temanmu” Marc menyela. Disambut riuh tawa Angelo. Calista menyadari, mungkin dirinya adalah penulis cerita yang handal namun skenario dan cerita  yang ditulis Tuhan untuk setiap umatnya jauh lebih indah.
Pernikahan Marc dan Calista dilakukan di Barcelona disebuah gedung pertemuan terbesar di eropa  yaitu The Fira de Barcelona Gran Via dengan dihadiri orang tua calista an beberapa saudara dekat  dan ribuan tamu undangan dari berbagai negara serta media, berita tentang pernikahan marc  kisah cintanya dan angelo terus menjadi headline di berbagai media hingga beberapa bulan.
Di musim motoGp 2023 setelah ia berhasil mewujudkan impiannya sebagai juara dunia 10 kali  berturut-turut, Marc secara resmi menyatakan mundur dari dunia balap motor.
Marc mendapat tawaran untuk bermain film layar lebar di holywood dan inggris serta beberapa  tambahan kontrak iklan produk produk ternama.
Bakat balap marc menurun pada Angelo, yang kini menyandang nama Angelo Giovani Marquez.  Calista masih terus menjalani profesinya sebagai penulis novel yang laris. Ia dikaruniai 2 anak  kembar setelah pernikahannya dengan Marc yaitu Alandra Sophia Marquez dan Aluna Leonora Marquez. 

END

4 komentar:

Gamis Baru mengatakan...

Saya suka sekaliiii
:-)
asik banget deh story nya

Mercymarc mengatakan...

Makasih yaaahhh
Keep reading!!

Ratna Kumalasari92 mengatakan...

seru lho ceritanya aku suka hehehe, aku jg bikin ff kalu gg keberatan visit my blog ya rathkumala.blogspot.com thanks

Mercymarc mengatakan...

Muchas gracias ratna...