For everygirls in the world, you need to learn that sexiness is not about being naked |
Location : Malaysia; Sama-sama Hotel and KLIA
Cast :
Marc Marquez as himself
Annbelle Marquez as his cute daughter
Mercy Marcia as Evelynne Tjandra
Melly as herself
Customer servive as themself
This is the link of : The Secret Story #5
Lobby Sama sama Hotel, Sepang. Malaysia
"daddy, ayoo temani aku nonton frozen lagi....daddy" Annabelle menagih janji daddy-nya. Tapi yang dipanggilnya tak bergeming.
Annabelle kebingungan melihat daddy-nya yang diam seperti patung. Bocah kecil itu kini duduk disamping Marc, memperhatikan wajah daddy-nya dengan seksama. Meski usianya masih 5 tahun, ia cukup bisa menilai ada sesuatu yang tidak beres dengan daddy-nya. Tangan mungilnya ia gerak-gerakkan di depan wajah Marc. Namun Marc tak berkedip sedikitpun. Matanya terbuka tapi tak melihat, bahkan jiwanya mungkin saat itu sedang tidak di sana. Wajah Annabelle memerah, ia turut berkaca-kaca. Annabelle beringsut kemudian duduk dipangkuan Marc, lalu mendekap Marc dengan tangan mungilnya. Kali ini Marc tergugah dari lamunannya ketika samar-samar ia mendengar suara Annabelle menangis. Anak gadis kecilnya jarang menangis, tangis terakhirnya adalah saat mendapat tugas membuat puisi untuk mama. Marc tersadar, Annabelle ada dalam pangkuannya dan memeluknya, sambil menahan tangis. Marc membelai kepala Annabelle lembut. Annabelle segera menegakkan kepala yang sejak tadi ia benamkan di dada Marc.
"daddy, maafin abel ya....?" pinta Annabelle
"sayang...kenapa?" tanya Marc lembut
"Karena abel selalu ajak-ajak daddy nonton frozen, daddy jadi sedih...kan?"
Tiba-tiba Marc teringat janjinya untuk menemani Annabelle nonton frozen seusai wawancara.
"Ayo kita nonton frozennya, Abel bawa DVD nya kan?" tanya Marc setengah berbisik di telinga Annabelle
Annbelle menggeleng, lalu kedua tangan mungilnya menyangga wajah Marc. Sebentuk senyum lugu putri tunggalnya terbentuk, "Daddy, jangan sedih ya? Abel nonton frozennya sama om Alex aja" tangan bocah itu menyeka sisa air mata dipelupuk mata Marc. Marc terharu bukan main, putri kecilnya menghapus airmatanya. Annabelle memang masih terlalu kecil untuk tau penyebab air mata Marc. Ada rasa malu ketika putri kecilnya mengetahui dirinya menangis, ia nampak lemah.
Marc tersenyum lebar menyembunyikan keperihan hatinya. Marc menempelkan keningnya ke kening Annbelle, 'Ayo kita nonton Frozen bertiga sama om Alex" ajak Marc
"tidak daddy...., Abel tau daddy bosan, daddy kan boy, kan frozen itu untuk girl.." jawan Annabelle
"tapi om Alex kan juga boy, hayooo..." canda Marc sambil menggelitiki perut Annabelle. Bocah itu tergelak riang
"Kalo gitu abel mau ajak onti Vanessaaaa..." teriak Annabelle
Bocah kecil itu merosot dari pangkuan Marc, berlari menjauh. Marc hanya memandangnya sampai bocah itu menghilang di belokan.
....
Habitat Apartment and Condo, Ampang Park, Kualalumpur.
"Aku berangkat ke jakarta!" sebaris pesan muncul di HP Melly.
Melly baru saja bangun tidur, rasa kantuk masih menggelayutinya. Namun setelah membaca SMS itu, ia mengucek-ucek matanya, memastikan siapa pengirimnya
Sender : Marc motogp
Melly terlonjak, ketika menyadarinya. Kemudian dia mencari nomor kontak Eve di HPnya. Sahabatnya harus tau berita ini. Harus !!
"Nomor yang Anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi" begitu bunyinya ketika Melly menghubungi Eve.
Melly mencoba mengulangi kembali, kali ini terdengar suara " Maaf nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif"
"yakk elaaah Eve kenapa susah banget ya di hubungi, kemana sih tuh anak ??" gerutu Melly seorang diri.
Melly menyerah, lalu di layar hapenya muncul notifikasi " missed call " dari Evelynne Tjandra.
Pantas saja, dia sibuk di telefon, ternyata pada saat yang sama Eve juga menelfon Melly. Melly meletakkan hapenya begitu saja, lalu berjalan menuju kamar mandi. Saat ia di kamar mandi beberpakali panggilan masuk dari Eve muncul.
Selesai mandi, melly menghampiri HPnya dan terkejut karena ada 20 missed call dari Eve. Ketika di telfon balik tidak juga aktif. Akhirnya Melly mengirimkan pesan singkat " Eve, Marc ke jakarta. Kamu jemput dia ya"
Marc and his cute daughter -FF |
.....
"Daddy, kita mau kemana sih? kenapa kita hanya berdua, om Alex? om santi? om emilio? grandpa julia?"
Marc berjongkok di hadapan Annabel supaya ia bisa sejajar memandang wajah menggemaskan putri kecil kesayangannya.
"Annabel sayang, daddy mau bawa kamu ketemu seseorang yang sangat kamu inginkan...!" Ucap Marc sambil mencolek hidung mancung Annabelle.
"Siapa dad?" Tanya Annabelle dengan mata terbelalak, berbinar binar. Mata choklat gelap yang menurun dari Marc.
"Coba tebak? Hmmm?" Goda Marc sambil tertawa lebar
"Elsaaa?" Tebak Annabelle penuh semangat. Belakangan ini ia sedang tergila gila tokoh film frozen. Mulai dari baju bergambar elsa, sepatu, sandal, payung bahkan bed cover dan juga mug kesayangannya. Semua bertema tokoh Frozen.
"Bukan !" Ucap Marc agak kecewa
"Anna !" Annabelle masih mencoba menjawab. Masih seputar tokoh frozen juga.
"Dasar anak kecil " bathin Marc. Lelah.
Marc berdiri seraya meraup Annabelle ke dalam pelukannya.
Diciuminya pipi fluffy bocah itu. Annabele hanya tergelak gelak.
"Turunkan aku daddy! Ak mau jalan sendiri! " Pinta annabelle sambil berontak dari gendongan marc.
" Tapi jalan yang cepat ya...supaya tidak tertinggal naik pesawat. Masih ingin bertemu mommy kaan?"
"Aaaaapaa?" Annabelle terkesiap. Ia mematung sejenak
"Mommy ..." jawab Marc menegaskan dan meyakinkan putri kecilnya bahwa ia tidak salah dengar.
Lalu Annabelle menangis sekencang kencangnya sambil memeluk paha Marc.
"Daddy....daddy....seriuss? di mana mommy?"
Tanya Annabelle terbata bata di sela sela tangisnya. Tangisan senang bercampur kaget dan setengah tak percaya.
Marc kembali berjongkok. Menatap wajah putri kecilnya yang banjir air mata. Di belainya rambut Annabel sambil menyelipkan anak anak rambut yang menjuntai ke wajah Annabelle ke belakang telinga. Lalu dihapuskan air mata permata hatinya dengan jemarinya yang kasar.
Annabelle nyengir "tangan daddy kasar, pipi Abel cakiitt" lalu Annabelle menjauhkan tangan Marc dari wajahnya.
Marc tertawa "iyaa tangan daddy seperti parutan yah, tapi Sayang daddy kan?"
Annabelle mengangguk "Abel sayang daddy yang tangannya kayak parutan " ucapnya sambil tertawa jahil lalu berlari...
Marc mmengejar putri kecilnya. Bocah itu berlari cukup kencang untuk seukuran bocah seumurnya.
"Ayo daddy cepattt...nanti tertinggal pesawat! " Teriak Annabelle menirukan kalimat Marc beberapa saat lalu padanya.
.....
Tok tok tok!!!
Melly terlonjak. Belum pernah ada orang sedemikian keras mengentuk pintu kamarnya. Sebab disetiap pintu ada bellNya. Apa orang itu buta huruf. Dan tidak membaca ada tulisan tekan bell. Setengah berlari Melly menuju pintu dan membukakannya.
Ketika pintu terbuka, Melly cuma bisa melongo. Tak bersuara.
"Mellyyyy....I miss youu, kok bengong? pasti ngga sangka kan aku senekat ini ?"
"Eve???"
"Iya, aku Eve...., ayo cepat antar aku ke hotel Marc..ayoooo"
"ehh ah tttap tapi...ituu..anuuu"
"kenapa? " tanya Eve tak sabar sambil mengguncang-guncangkan lengan Melly
"Kmana aja HPmu?? aku menghubungimu susah setengah mati"
"Kaan aku boarding kesini, makanya nggak aktif,..."
'Aaarghhhh" teriak Melly sambil menepuk keningnya
"kenapa sihhh? jangan bikin aku bingung..."
"Marc ke jakarta..." jawab Melly lunglai
"APAAAAA? ke ja kar ta? " Eve terbata
Melly mengangguk pelan
"kenapa nggak bilaanggg?' Eve bernada tinggi
air muka Melly berubah ketika mendengar Eve membentaknya
"Aku udah info kamu langsung sedetik setelah Marc info kalo dia mau ke jakarta, kamu sendiri kenapa nggak bilang mau ke sini?" balas Melly ketus
Eve terhenyak di tempatnya. menyadari sikapnya yang salah. Lalu ia memeluk Melly. Melly tak merespon
'Maaf, aku ngga maksud begitu, aku..aku cuma panik" Eve memohon maaf dengan suara yang memelas.
Melly akhirnya luluh " Iyaaa, gw maafin, udah ngga usah mewek drama queen gini, sekarang kita coba susul Marc ke bandara!"
"Tapi mel..."
"Apalagi ayo cepat semoga kita masih punya waktu 30 menit, di SMS Marc bilang naik GA 9279, terbang jam 10.15'
****
KLIA- Airport, Kualalumpur, Malaysia |
Setting : KLIA
Eve setengah melompat turun dari mobil, tepat di lobby keberangkatan. Eve menunjukkan tiket pulang ke jakarta hingga ia bisa masuk leluasa untuk mengejar Marc. sementara melly langsung melesat ke tempat parkir mobil.
sambil terengah engah, Eve menyusuri jadwal penerbangan yang terpampang di layar monitor raksasa. Ia menyipitkan matanya sambil mengelap keringat yang membanjiri wajahnya. Rambut panjangnya tak lagi tertata rapi seperti saat ia berangkat. Matanya terhenti pada sebuah angka GA 9279 dan kolom disampaing tertulis boardin. Seketika Eve berlari mencari gate garuda 9279. sesampainya di gate yang berdinding kaca itu, tampak hanya beberapa penumpang yang sedang antri, sebagian besar sudah menuju pesawat. Eve hanya bisa menangis menatap ke dalam, beberapa saat kemudian pada monitor raksasa tertulis GA 9279 sudah take off.
Eve berjalan gontai kakinya tidak tau arah mana yang akan di tuju. Eve berhenti di salah satu lorong, menyandarkan tubuhnya ke tembok. Ia tersedu. diraskannya persendian kakinya seperti tak bertenaga. tubuh Eve merosot, ia terduduk di lantai sambil memeluk lututnya, emmbenamkan wajahnya di antara kedua lututnya.
sungguh usaha yang sia-sia, sungguh keputusan yang terlambat. Mestinya Eve tidak membuka lembaran masa lalunya lagi. Merasa bodoh. Eve kesal. kemudian ia mulai meremas rambutnya dengan kesal.tak dipedulikannya orang yang lalu lalang dan memperhatikannya.
Eve memberi kesempatan dirinya menikmati kesedihan kekecewaan dan penyesalan, ia bebas mengekspresikan perasaanya karena disini tidak ada seorangpun yang mengenalnya. tidak ada keharusan untuk berpura pura semua baik-baik saja.
beberapa sat kemudian, tangis Eve terhenti ketika dirasakannya ada sepasang mata yang terus memperhatikannya, bukan hanya sepintas tetapi lekat memperhatikannya. Eve menoleh ke kanan. Seorang bocah kecil, membawa tisue toilet dan mengulurkan pada Eve.
"Jangan menangis, kau tidak boleh cengeng, kau harus jadi anak gadis yang kuat, ayo tersenyumlah,," kata bocah itu sok dewasa. Usianya sekitar 5 tahun, lancar sekali kalimat tadi meluncur dari mulutnya.
Eve menerima tisue yang diulurkan padanya, lalu menyeka air matanya. Bocah ini seperti malaikat kecil, tiba -tiba kesedihan yang menggunaung tadi lenyap. senyum bocah itu begitu menghibur Eve
"siapa yang menegajarimu bicara seperti itu?" tanya Eve lembut, sambil mengelus kepala bocah kecil itu
"daddy, daddy selalu bilang seperti itu kalau aku nangis" jawab bocah itu sambil memamerkan geliginya yang putih, untuk seumurannya sangat takjub giginya tidak rusak akibat permen atau karena malas gososk gigi, atau mungkin orang tuanya sangat telaten merawat anak itu, tebak Eve dalam hati.
"Namamu siapa?" tanya penasaran
"Panggil aku Abel " jawab bocah cantik itu lalu mengajak Eve untuk toss hi five. Eve menuruti
Kau siapa? Namamu siapa? " tanya Annabelle balik.
"aku..namaku Evelynne..." jawab Eve sambil menyeka sisa air matanya dan tersenyum pada Annabelle.
Annabelle membungkuk lalu mencium kening Evelynne, sebelum berlari kecil meninggalkan evelynne. Evelynne hanya memandangi bocah itu.
"Abel abel..tunggu!!" Teriak evelynne lalu berlari mengejar Annabelle, tapi bocah kecil itu hilang di antara lalu lalang orang. Evelynne membuka hapenya, ia merasa bocah tadi mirip sekali dengan putri kecilnya yang belum pernah ia lihat.
****
Marc masih terdiam dalam duduknya, menatap ujung sepatunya. Namun pikirannya tidak di situ.
Setelah sekian tahun, dirinya masih saja terbelenggu masa lalunya, bayangan Evelynne seakan terus ada di kepalanya. Senyum Evelynne yang jarang namun amat sangat melumerkan hatinya. Nada-nada manja Evelynne yang di tutup-tutupi, tatapan mata rindu evelynne yang disembunyikan. Semua itu membuat Evelynne tak pernah membosankan dalam ingatannya.
Bahkan masih teringat jelas 6 bulan perjuangan Eve melawan morning sickness yang dahsyat, membuat tubuhnya kurus dan hanya perut yang menyembul. tiga bulan berikutnya Eve kembali normal, ia mulai makan tanpa harus di muntahkan, berjalan- jalan, menemani Marc latihan dirt track, membuatkan fusili tuna pedas. Fusili tuna pedas. menu baru yang belum pernah Mommy roser masak untuknya. Rasanya enak sekali, apalagi Eve menyajikannya dengan Lime Ice Mints.
"Marc, masa depan tidak berpihak pada kita. Aku bukan masa depanmu. Aku akan menjadi masa lalumu. Menjadi rahasia dalam hidupmu. Selamanya" Ucap Eve sambil membelai rambut ikal Marc yang bersandar di sisi tempat tidur Eve, beberapa saat sebelum Eve mengalami kontraksi dan melahirkan Annabelle.
Terdengar pengumuman untuk boarding bergema ke seantero ruang tunggu. Marc terhenyak, menyadari Annabelle tidak ada di sekitarnya.
'oh Annabelle !!" kemana anak itu,
Marc beranjak dari duduknya menanyakan ke oarang dikanan kirinya apakah melihat Annabelle. Hingga penumpang terakhir memasuki pesawat ia belum juga menemukan Annabelle.
Marc semakin panik, Marc keluar dari ruang tunggu menuju counter informasi untuk segera mengumumkan berita kehilangan Annabelle.
"My daughter lost !" ucap Marc sesampainya di meja informasi dengan wajah frustasi. menyesali kebodohannya yang tidak mengawasi Annbelle.
"Calm, do not panic, okay? We will help you...
now, tell us what are the characteristic of you daughter, what is she wearing today? How age?"
"Her name Annabelle, 5 years old, wearing pink frozen dress, brown dark hair, little bit curly, brown eyes " jawab Marc sambil menatap penuh harap ke arah 2 orang Customer service yang ada di hadapannya
Sesaat kemudian, pengumuman tentang kehilangan Annabelle terdengar di seluruh sudut airport. Marc duduk gelisah, sebentar berdiri lalu duduk lagi, lalu melihat jam yang melingkar di tangan kanannya. berkacak pinggang sejenak sambil menatap langit-langit, lalu duduk lagi. tertunduk lesu menatap bandama pink milik Annabelle di tangannya.
"Keep calm, everything will be okay..." ucap salah satu CS sambil membawakan secangkir teh hangat
Marc tersenyum pendek, dan kata kata tadi pun hanya masuk telinga kiri lalu keluar telinga kanan. Marc tetap gelisah. di tatapnya jarum jam di dinding lalu jam di tangan kanannya. seakan meyakinkan diri yang dilihatnya tidak salah. menunggu Annabelle kembali rasanya berabad-abad, padahal baru 30 menit ia kehilangan Annabelle.
"daddy !!!!!! " terdengar teriakan yang paling Marc nantikan. Marc menoleh ke arah suara itu, ia hampir tak percaya, ia mengucek -ucek matanya untuk memastikan pengelihatanya. Annabelle berlari ke arah Marc. Marc segera menyambutnya. Memeluknya erat. Mendekap seakan tak akan pernah ingin melepaskannya.
Annabelle, daddy tidak mau kehilanganmu ...kamu tadi kemana? daddy khawatir " tanya Marc lembut berbisik sambil menciumi wajah Annebelle.
Annabelle balas menciumi wajah Marc. Tanpa disadari, secara alami, Annabelle mewarisi gaya Evelynne. Menciumi kedua kelopak mata Marc lalu memainkn rambur2 alis Marc, sambil menatap penuh sayang. Annabelle tersengguk-sengguk.
"daddy, maafin Abel, tadi Abel tersesat setelah dari toilet..Abel lupa jalan baliknya..."
"kenapa ngga bilang daddy ?' tanya Marc tanpa nada memojokkan
"sudah, dan daddy hanya mengangguk ...." jawan Annabelle inosen.
Marc menyadari kesalahannya, pasti saat Annabel memintanya mengantar ke toilet ia hanya mengangguk tanpa sadar karena tengah melamun.
"Maafkan daddy, sayang..." ucap Marc lalu kembali membenamkan Annabelle ke dalam pelukannya. Keteledorannya hampir saja membuat ia kehilangan putri satu-satunya, semangat hidupnya. Marc terus menggendong Annbelle sambil menarik traveling bag-nya.
"daddy..."
"ya sayang...."
"aku mau jalan sendiri...."
'tidak...kali ini daddy akan terus menggendongmu seperti ini..., kalo kamu hilang lagi seperti tadi, daddy ngga akan memafkan diri sendiri "
"pliiiiissssssss " Annabele memohon dengan gaya andalannya, memasang senyum manis hingga deretan giginya yang rapi tampak, sambil mengedipkan mata. Tapi kali ini jurus jitunya tak mempan. Marc justru semakin kuat memeluk Annabelle. Annabele menyandarkan kepalanya ke pundak Marc, rasa kantuk menyerangnya akibat sejak pagi buta tadi sudah dibangunkan dari tidur nyenyaknya.
Marc tersenyum lembut melirik ke arah Annabelle yang tertidur dalam gendongannya dan pegangan tangan Annabelle melemah, boneka princess Elsa pun terjatuh dari genggaman tangan mungil Annabelle.
My Daddy is the greatest dad in the world- Annabelle |
.....
Langkah evelynne terhenti, sorot matanya tertuju pada seonggok boneka di lantai airport. Ia memungutnya, lalu mengamatinya. ia yakin ini adalah boneka milik Abel, si bocah kecil yang ia temui di dekat toliet tadi. Hari ini begitu melelahkan, peristiwa demi peristiwa terjadi seperti puzzle. Akan seperti apakah akhirnya?
Eve kembali berjalan, ketika beberapa langkah kemudian masuklah panggilan telefon
"Hi Mel, I missed him.." jawab Evelynne. Lalu menghentikan langkahnya, menepi ke pinggirian jendela raksasa berkca bening. Menatap ke luar
"maksudnya?' tanya Melly gusar
"Iya, Marc sudah ke Jakarta, pesawatnya sudah take off...... " Eve berhenti sejenak menghela nafas panjang. Butiran bening mulai meluncur dari sudut matanya
"Eve, are you there?....are you okay?..." tanya Melly khawatir setelah beberapa saat tak terdengar suara.
"I'm here..., Mel, i don't know what should I do.." ucap Eve putus asa
"Eve, sabarlah, yang tenang, kau bisa memajukan jadwal pesawatmu untuk kembali ke jakarta. Kalian bisa bertemu di jakarta. Aku akan coba kontak Marc untuk menunggumu di Jakarta sebelum ia meneruskan kembali ke Spanyol. okay...?
"Mel, sudahlah tidak perlu repot-repot. Mungkin memang aku tidak seharusnya kembali bersama Marc. Aku yang meninggalkannya 5 tahun lalu. Aku jahat, aku egois, aku membiarkan dia mengurus seorang bayi. ibu macam apa aku ini, bahkan melihatnya pun tidak. Aku tidak pantas untuk kembali mendapatkan Marc dan juga anak itu. Aku tidak pantas mereka mel,..kau tidak perlu menelfonnya. Biarlah semua terjadi mengalir seperti apa adanya, jika memang takdir kami bertemu, kau tidak perlu menghubungi Marc......'
"Eve, tidak seharusnya kau menyalahkan dirimu sendiri, Marc pun tak pernah menyalahkanmu percayalah, Marc sangat menanti kau kembali..."
"Sudahlah mel, tidak usah menghiburku, mungkin hidupku ini memang harus dramatis seperti ini..."
"Ya Tuhannn...Eve...lebih baik kau menenangkan dulu di sini, keluarlah aku akan menunggumu di lobby bandara, okay?"
"Terimakasih mel, tapi aku ingin sendiri saat ini...kau pulanglah. maafkan aku menganggu istirahatmu tadi "
"Oh common Mel..., jangan begitulah. Kau jangan membuatku khawatir..."
"I'm okay Mel, nothing to worry about me. Semua ini ada sebuah konsekuensi dari semua keputusan yang aku buat. Aku tidak mau lagi lari dari kenyataan karena terlalu dikontrol oleh perasaan takut. Aku harus berani menghadapi kenyataan akibat salah mengambil keputusan di masa lalu..., by Mel...take care your self"
Eve menutup telefonnya tanpa menunggu jawaban Melly.
"No right, no wrong don't blame yourself !" sebuah suara muncul tepat dibelakang Eve. Suara yang sudah lama sekali tidak ia dengar. Suara dari seseorang yang dibawah alam sadarnya selalu dirindukan. Seseorang yang sengaja ia pendam dan lupakan selama bertahun tahun.
Eve ragu-ragu membalikan badannya. Benarkan suara Marc? Bukankah pesawatnya sudah take-off beberapa saat lalu??
Tangis Eve meledak, ketika ia membalikkan badannya dan pria yang kini tepat di hadapannya adalah Marc Marquez. Tak satupun kata keluar dari mulutnya, bahkan udarapun seakan tak mampu ia hirup. Otot pernafasannya seakan lumpuh. Dan kelenjar airmatanya seperti lupa cara untuk berhenti, begitu deras mengalir. Yang ia tau jantungnya kini berdetak lebih kencang dari biasanya, bahkan ia khawatir detaknya dapat terdengar oleh Marc.
Marc berjalan mendekati Eve, pandangan Eve semakin kabur karena pembiasan airmata di permukaan korneo matanya. Marc memeluknya, mendekapnya. Eve hanya diam, ia tak kuasa menggerakan tubuhnya.
"Tidak ada yang salah, tidak ada yang benar, ini adalah perjalanan hidup. Cerita hidup yang memang harus dilalui. Aku tetap menginginkanmu menjadi bagian dari masa depanku dan anak kita, Annabelle" ucap Marc dalam bisikan lembut ditelinga Eve.
"Itu salahku Marc, seharusnya aku tidak meninggalkanmu, seharusnya aku tidak egois...."
"kau tidak salah, kau ingin membuat ayahmu bangga, apa itu salah? tidak kan? ..."
"Tidak Marc, aku tetap salah, it was my own mistakes...."
"Okay, but never look back on past mistakes, learn from them and move foward. let it go..." ucap Marc sambil menghapus air mata di pipi Eve. Eve menangkap jemari Marc di wajahnya lalu menciumnya penuh perasaan, rasa bersalah, rasa rindu dan tak mau kehilangan. Marc kembali memeluk Eve erat, dan Eve membalas pelukan itu. Tangan Eve masih menggenggam boneka yang tadi ia temukan.
"Daaaad...?? apa bonekanya sudah ketemu??" tiba-tiba Annabelle muncul dari belakang. Bocah itu tidak sabar menunggu ayahnya kembali dari mencari bonekanyanya yang terjatuh.
Marc melepaskan pelukannya, tersenyum ke arah Annabelle yang terbengong melihat ayahnya berpelukan dengan seorang wanita. Pemandangan yang tidak pernah Annabelle lihat sebelumnya. Terlebih Eve, dia bukan hanya terkejut.
"Marc...? dia? " tanya Eve menatap Marc lalu bergantian menatap Annabelle. Lalu Marc mengangguk
Eve masih memegang boneka princess Elsa milik Annabelle.
"Hi, aunty kau masih menangis? " sapa Annabelle ramah, sambil mendekati Eve
Eve berlutut (berdiri dengan lututnya) ketika Annabelle tepat sampai di hadapnnya.
"Ini bonekamu, aku menemukannya tadi " ucap Eve sambil
"Terimkasih aunty, tapi mengapa kau masih menangis? Ayo berhentilah menangis tau daddy-ku akan memarahimu dan bilang JANGAN CENGENG" ucap Annbelle sambil menirukan gaya Marc
Marc tertawa menutupi wajahnya. Eve tersenyum dalam tangisnya
" Boleh aku memelukmu ? " Tanya Eve pada Annabelle
Annabelle menatap Eve bingung, lalu menatap Marc meminta pertimbangan. Marc menngangguk tanda setuju. Annabelle membuka kedua tangannya dan membiarkan Eve memeluknya. Marc membungkuk dan memeluk mereka berdua...
stay tune gurlz!!
to be continue....