Ini termasuk kategori mini FF, dibuat mendadak setelah nonton motoGP Argentina. Setelah mmengacak acak wajah SPG minuman kaleng itu. Meski kesel tapi tetap cinta sama marc. Ya udah daripada kebanyakan pengantar langsung aja di simak
Talent
Marc marquez as himself
Victoria justice as Elena Rosquez
Figuran :
Alex marquez
Tito rabat
Julia marquez
Santi hernandez
Plakkk!!!! Sebuah tamparan mendarat di pipi marc yang masih basah berkeringat.
Sekejap senyum yang sedari tadi mengembang di bibir marc hilang berganti dengan ekspresi kebingungan. Sebelum race elena begitu mendukung nya untuk menang.
Elena menatap kesal ke arah marc..bibirnya bergetar menahan emosi.
"You break the vow!!" Teriak elena sebelum tangisnya pecah lalu berbalik dan berlari menembus kerumunan teknisi honda yang hanya bisa diam menyaksikan kejadian tadi. Marc berusaha meraih tangan Elena tapi terlambat. Elena sudah menghilang diantara kerumunan.
Santi mencegah marc mengejar elena.
"Sudahlah biarkan elena menenangkan dirinya, sekarang waktumu press conference" nasihat santi sambil menepuk nepuk punggung marc.
Marc tidak konsentrasi dengan pertanyaan pewawancara. Bahkan ia lupa bagaimana race yang menegangkan, seakan akan kepanikan race tadi tak ada apa-apanya dibandingkan tamparan elena tadi.
Usai press conference, marc mencari Elena lagi. Tapi gadis itu tidak ditemukannya.
"Dad, mana elena? " tanya marc pada Julia.
"Kau tidak ketemu? Tadi dia bilang ke media center menemuimu.."
Ada ekspresi bingung di wajah Mr Julia melihat anak sulungnya nampak galau
"Dia marah denganku.."
"Tidak mungkin, tadi dia bersama ayah nonton kamu di paddock. Berkali kali ia berteriak menyemangatimu, bahkan sebelum race dia khusyuk berdoa khusus untukmu, untuk kemenangan dan keselamatnmu, begitu jadi tidak mungkin dia marah padamu..." terang sang ayah
Marc mengacak acak rambutnya, keterangan ayahnya membuat ia semakin bingung. Marc berlalu meninggalkan ayahnya.
Di tempat lain
Elena masih bercucuran air mata, kakinya melangkah cepat. Tujuannya satu ke paddock marcvds racing. Menemui tito!!
Paddock itu nampak kosong, Elena duduk di salah satu kursinya. Menangis kesal.
"Ele, heiiii.....sedang apa disini? "
Elena menoleh, ternyata masih ada tito. Elena berusaha menyeka air matanya tapi justru semakin deras.
Tito terkejut melihat elena hujan air mata
"Hei kau menangis? Katakan ada apa ele?"
Elena hanya tersedu dalam duduknya. Tito mendekat. Menyibakan rambut elena yang berantakan menutupi wajahnya. Sekarang terlihat jelas wajah elena yang merah karena menangis terutama hidungnya persis jambu air.
"Tito, aku menampar marc!"
Tito terperangah "menamparnya?"
Elena mengangguk.
"Aku kesal, dia tidak menepati janji
Kenapa marc tidak seperti dani? Dani tidak pernah bergaya murahan bersama SPG minuman maupun cewek ojek payung.., atau seperti casey stoner yang setia hanya pada adriana?"
Kenapa marc tidak seperti dani? Dani tidak pernah bergaya murahan bersama SPG minuman maupun cewek ojek payung.., atau seperti casey stoner yang setia hanya pada adriana?"
Tito mengangguk angguk mengerti.
"Elena, marc itu ganteng kau tau kan? Jadi wajar jika dia dikejar kejar cewek, semua pasti ingin berpose dengan marc"
"Tito, pebalap yang ganteng banyak dani juga ganteng, tapi dia ngga manfaatin situasi, ngga kayak marc!!" Bantah Elena
Tito terdiam, rasanya apapun jawabannya justru membuat Elena makin tinggi tensinya.
"Dia tadi mengarahkan campaign ke SPG redbull trus foto bertiga di podium, banyak wartawan yg foto dan ada aku di bawah podium yang melihatnya dan dia tertawa bahagia, dia sama sekali tidak peduli ada aku, entah apa artinya aku ini!"
Tito memberikan pelukan untuk Elena. Saat seperti ini hanya sebuah pelukan yg bisa meredam amarah Elena.
"Aku tidak marah jika marc berfoto dengan fansnya, aku cuma minta dia tidak berpose dengan cewek ojek payung dan SPG minuman kaleng, itu aja. Karena aku tau mereka itu bukan penggemar motogp sejati, mereka cuma cewek murahan yang menjual kemolekan badan untuk mencari perhatian."
"Yayaya...aku paham, nanti aku bilang marc yah" jawab tito sambil mengelus rambut Elena.
Tito melepaskan pelukannya ketika dilihatnya marc menuju ke arahnya.
"Sudah jangan nangis lagi, marc datang, bicaralah baik baik, yah..."
Elena menghadap ke tembok ia enggan melihat marc.
"Hey marc!! Rufea team menang lagi yah...jadi kita party lagi di rufea nih, oia elena menunggumu, hibur dia yah. Aku ke hotel dulu daaahh..."
"Oke thanks bro..." jawab marc lemas dan membiarkan tito berlalu.
Marc mendekati Elena yang masih menghadap tembok. Marc tidak berani mendekat, ia khawatir elena akan menamparnya lagi. Tapi elena tak bergeming ia tetap menghadap ke tembok.
Marc menyerah. Kali ini ia tidak peduli jika harus menerima tamparan dari Elena lagi. Disergapnya Elena dari belakang "elena maaf kan aku, kau jangan seperti ini, kemenangan tadi tidak ada artinya jika tidak membuatmu bahagia"
Elena berontak berusaha melepaskan pelukan marc. Namun usahanya sia sia. Elena hanya berhasil membalikkan badannya dan mendorong dada marc menjauh dengan tangannya, namun tangan marc masih erat melingkar di pinggangnya.
Marc menatap Elena dalam. Membuat elena terpaku ditempatnya hingga pada satu titik, elena memukul mukul dada marc membabi buta, sembari meracau "kamu jahat..kamu jahat aku tadi datang ke podium tapi kamu malah foto sama SPG minuman kaleng di atas podium..aku benci...aku benci kamuuuu!"
"Pukul aku, tampar aku elena kalo itu bisa menebus kesalahanku ...pukul ayo terus pukul!!"
Pukulan Elena melemah dan akhirnya ia membenamkan wajahnya ke dada marc. Masih tersedu tapi air matanya sudah tak lagi mengalir.
"Ayo kita kembali ke hotel, papa dan alex sudah menunggu kita" ajak marc setelah emosi elena mereda. Marc merapikan rambut elene menyelipkan rambut ke belakang telinga elena, kemudian mengecup keningnya.
***
Sepulang dari argentina, marc tidak kembali ke cervera tapi ke madrid bersama Elena. Meski elena sudah tidak terlalu emosi namun sejak kejadian di podium argentina itu Elena berubah. Agaknya gadis itu mulai kehilangan kepercayaan pada marc.
"Aku bisa ke madrid sendiri marc, kau jangan berlebihan aku cuna agak tidak enak badan tapi masih bisa mengurus diriku sendiri..." kilah elena saat marc bersikeras untuk bersamanya ke madrid.
"Tapi aku ingin mengantarmu, kau begini kan karena aku. Karena aku yang membuatmu menangis sehingga sinusitismu kambuh...elena maafkan aku sekali lagi ...aku tidak akan seperti itu lagi. Aku berjanji aku akan menjaga jarak dengan mereka...aku tidak akan menyemprotkan campaign ke mereka lagi..aki tidak akan berfoto dengan mereka lagi..."
"Stop!! Aku muak mendengarnya marc, janjimu itu akan semakin membuatku sakit ketika kau melanggarnya nanti..." Elena memijit keningnya tiba tiba kepalanya berdenyut denyut.
Marc terdiam. Menyadari dirinya yang seringkali membuat Elena menangis.
"Ingat marc ketika kau berfoto dengan Ara, ternyata di luar sesi foto kamu masih mengumbar kemesraan dengan Ara. Saat itu kau pun berjanji tidak akan seperti itu lagi. Aku percaya tapi saat di texas 2 minggu lalu saat aku tidak bisa ikut, kau berfoto dengan gadis2 seksi berpakaian minim dan melihat ekspresimu di situ aku ingin muntah rasanya..."
Marc tertunduk, sering kali dirinya terbawa euforia bahagia dan tidak menyadari telah menyakiti hati wanita yang mencintainya.
"Marc, kalau di ruang hatimu tak ada tempat untukku, aku bersedia pergi..."
Marc terperanjat, tidak menduga Elena akan mengekuarkan kata kata yang sangat ia takutkan selama ini.
Marc berlutut di hadapan Elena. Elena menoleh kanan kiri, beberapa orang memperhatikan mereka berdua. Beruntung marc belum seterkenal rossi jadi tidak memperumit keadaan.
Marc membenamkan kepalanya di pangkuan Elena tangannya melingkar ke pinggang elena. "Jangan katakan itu elena! Aku tidak mau lagi mendengarnya...tetaplah bersamaku..."
Elena terdiam tak bereaksi. Ketika terasa sesuatu membasahi pahanya. Marc menangis. "Oh Tuhan, tidak mungkin marc menangis, dia bukan laki2 cengeng seperti pol atau jorge yang gampang mewek" bathin Elena.
Hati elena bergetar, merasa bersalah. Tiba tiba elena merasa dirinya berlebihan menghadapi marc. Sekejap emosi yang membuncah luluh. Dengan tangan bergetar Elena menyentuh rambut marc, pelan dirasakan rambut marc yang lembut di antara jemarinya. Hati Elena terluka saat melihat marc menangis, tidak pernah sebelumnya melihat marc menangis, dan hatinya lebih sakit saat melihat marc menangis ketimbang melihat marc bersama gadis gadis SPG minuman kaleng itu.
Elena meraih wajah marc yang masih terbenam di pangkuannya. Hatinya semakin terasa sakit saat dilihatnya wajah yang biasanya penuh senyum nampak suram. Mata marc merah dan basah, beberapa masih menggenang di bulu matanya yang lentik dan lebat. Elena tidak sanggup melihat ekspresi wajah marc sekarang, tatapan mata memohon yang tidak bisa ditolak. Bahkan rasanya elena sanggup menukar nyawanya demi secercah senyum diwajah marc lagi.
"Hei Champion...jangan menangis..." bujuk Elena, ia pun tak kuasa menahan air matanya. Kemudian elena merengkuh marc ke dalam pelukannya.
"Aku tidak pernah bisa mencari alasan mengapa aku sangat mencintaimu aku hanya tau aku tidak bisa tanpamu..." marc berkata dengan suara bergetar
Elena mengeratkan pelukannya, lidahnya terasa kaku untuk menjawab karena apa yang ia rasakan sama. "Marc ...maafkan aku...aku terlalu berlebihan, mungkin dengan peristiwa ini membuat kita semakin mengerti satu sama lain.."
Elena pernah membaca buku bahwa suatu hubungan itu adalah proses saling mengenal seumur hidup, bagaikan mengupas bawang, air mata kita bercucuran ketika ingin melihat lebih dalam ketika satu persatu kulit bawang dikupas.
"Mempertahankan suatu hubungan itulah perjuangan, jatuh cinta bahkan lebih mudah ketimbang bertahan untuk tetap mencintai seseorang ketika dalam kondisi terburuk sekalipun,....jangan pernah bilang perpisahan lagi yaaa?"
"Iya marc...aku paham..ini mungkin hanya sedikit ujian untuk hubungan kita..."
"Aku mungkin bukan pasangan yg sempurna, tapi kita masing2 lah yang menciptakannya, aku menciptakanmu sempurna untukku dan sebaliknya..."
Terdengar panggilan boarding.
"Eh jadi boleh tidak aku ke madrid?" Tanya marc lucu
"Kau harus ke madrid tidak boleh pulang ke cervera" jawab Elena tergelak sambil beranjak dan menarik tangan marc.
Ketegangan pun pecah tergantikan dengan tawa dan canda yang mesra.
Dalam hati Elena "nothing gonna change my love for you..."
Dalam hati marc "meski ditampar seribu kali aku tetap mencintaimu, dewi fortunaku.."
See u in jerez...
bagusss ^^b
BalasHapusvisit my blog, maybe? http://sweeterthanfanfiction.wordpress.com/2014/04/28/ff-my-secret-girlfriend-1/
thanks. ^^
Thanks for your appreciation!
BalasHapusKereeennn,, bagusss pula ^_^ aku sering baca ff kmu, tpi bru bisa koment skarang, gara2 adamasalah sama e-mail.aku sempet koment ffmu, mention di twitter tp ƍäк di bales :)
BalasHapus@nisa cantik,
HapusMakasih banget yaa..jadi semangat nulis terus..
Maaf biasa selalu balas mention...mungkin ngga sengaja terlewat..