Rabu, 05 Maret 2014

The past #oneshoot




Selena Gomez as Selena Jadheite
Marc Marquez as himself
Maia Mitchell as Maia Marquez Jadheite

2029, kediaman Marc Marquez,

Marc menopang dagunya dengan ujung ujung jari tangannya yang saling merapat, kedua sikunya ia sandarkan ke tangan-tangan kursi. Duduk menyendiri di dalam apartemennya yang super mewah, memandang langit biru dan awan putih yang berarak. Ia merasa iri dengan awan awan itu, bahkan awanpun tidak sendirian ! Komentarnya dalam hati.

Ketika semuanya telah diraih, ketika mimpinya telah terwujud, ketika tak seorangpun mampu mengalahkannya, di saat itulah kesepian merajam. Merasa sepi dan sendiri. Kemudian muncul pertanyaan untuk apa semua ini, mengapa hatinya begitu kosong.

Entah telah berapa euro di rekeningnya, entah sudah berapa dirty track di buat, entah berapa yayasan ia santuni, entah berapa musim ia menangi. Ketika semuanya begitu mudah diraih, hidup menjadi terlalu hampa di jalani.
Marc kemudian bangkit dari duduknya berjalan mendekati lemari pajangan yang berisi tropi hasil raihannya selama ini. Lemari itu besar sekali berukuran 8 x 10 meter, namun tetap saja tropi itu berjejalan seperti berebut tempat kosong. Marc menekan tombol di samping lemari itu, beberapa bagian lemari itu terbuka. Sejurus kemudian tubuh marc hilang dibalik lemari raksasa itu.

Sebuah ruang rahasia yang hanya diketahui oleh keluarganya dan beberapa orang kepercayaannya seperti Emilio Alzamora, Santi Hernandez dan Carlos Linan. Ruangan itu lebih mirip dengan ruang control panel di film star trek, beberapa monitor sentuh, projector yang ketika dinyalakan membentuk monitor besar yang tembus pandang. Dengan sekali sentuh semua perangkat dalam ruangan itu aktif. Ruangan itu berisi data data settingan motor, rekaman balapan, peta sirkuit, dan semua data terkait dengan motoGp yang ia rajai selama ini. Di tengah ruangan itu terdapat sebuah silinder raksasa dengan dinding kaca tebal, nampak partikel partikel melayang di dalamnya seperti tidak terpengaruh gravitasi bumi.

Marc duduk di salah satu kursi ruangan itu. Menatap silinder raksasa di hadapannya. Teletransporter, demikian benda dihadapannya itu disebut. Hadiah dari almarhum tercintanya Julia Marquez. Marc berkaca kaca mengingat ayahnya, ayah yang sejak kecil menjadi pendukungnya, selalu mendukung semua ambisinya. Marc tiba tiba teringat saat ia merengek meminta kado ntal berupa motocross mini, lalu ambisinya untuk menang di setiap race sejak turun balapan di usia 5 tahun. Ayahnyalah yang mencarikan mekanik terbaik di Spanyol, mekanik yang setia hingga saat ini. Bahkan mama roser yang semula khawatir akhirnya menjadi pendukungnya setelah sang ayah, kemudian si kecil Alex adalah pengagum pertamanya. Air mata marc tak terbendung. Mereka semua sudah tidak ada. Keluarga yang sangat hangat, keluarga yang sangat mengerti dirinya, bahkan ketakutannya, sedikit orang tau Marc sangat takut naik pesawat. Setiap pesawat take off ia harus dipeluk oleh Ayah, Mamanya ataupun Alex. Hingga pada ulang tahun Marc yang ke 26,  Ayahnya menghadiahkan sebuah alat teletransporter tipe  wormhole untuk membantunya bepergian. Alat yang dianggap hanya fiktif oleh banyak orang. Marc tidak pernah tau bagaimana Ayahnya mendapatkan alat itu, yang pasti alat itu adalah impian ayah marc yang selalu ingin diberikan untuk marc. Alat yang membuat Marc tidak perlu lagi menempuh waktu lama di pesawat untuk berpindah dari satu sirkuit ke sirkuit lainnya. Sejak kehadiran teletransporter itu Marc tidak lagi harus tegang bergelut dengan phobia naik pesawat yang dideritanya.

Marc bangkit lalu tanggannya menyentuh dinding silinder  raksasa itu, ia bergumam “ seandainya kapasitas tabung ini bisa untuk 4 orang, pastilah saat ini aku tidak sendiri”
Masih segar dalam ingatnnya, ketika itu Marc usai membalap di sepang, malaysia sebelum race akhir di valencia. 

Kemenangan paling memilukan yang ia alami, setelah kemenangan hari itu, ia tak pernah lagi bertemu dengan keluarganya. Sebuah kecelakaan pesawat telah merenggut nyawa keluarganya juga beberapa rider motoGP, moto2 dan moto3 yang ada dalam pesawat nahas itu.

Meski peristiwa itu sudah lama berselang namun, semakin lama justru Marc semakin tidak bisa lupa, semakin tidak bisa menerima kenyataan itu dan semakin kesepian. Meski hector dan emilio setiap hari telah membuatkan jadwal yang sangat padat, tetap saja di dalam hatinya kosong.
Marc duduk lagi, kali ini ia duduk dikursi yang menghadap monitor. Kursi yang biasanya di duduki oleh Axel untuk mengoperasikan teletransporter saat akan digunakan. Marc menyentuh layar monitor itu kemudian tampilan berubah. Jutaan mention twitter, ribuan komen facebook, instagram dan berbagai media sosial yang tak pernah lagi secara langsung disentuhnya, semua terhubung dengan alat di ruangan ini. Robot pintar telah mengatur semuanya, mengupdate semua kegiatannya. Tiba tiba ia merasa rindu dengan dunia maya itu. Secara acak, lalu di monitornya muncul sosok gadis remaja dengan rambut pirang, dari wajahnya di hafal itu adalah wajah casey stoner. Betapa cepat waktu berlalu Ally sudah jadi gadis remaja. Bahkan Valentino Rossi pun sudah menimang bayi, meski menikah di usia yang sudah tidak muda lagi.

Marc meremas rambutnya sendiri, ketika di monitor itu muncul sesosok wanita dengan rambut hitam lebat, berwajah asia. Selena! Ruangan itu memang dilengkapi dengan peralatan canggih yang dapat memproyeksikan apa yang dipikirkan. Selena adalah Wanita yang pernah membuat diri Marc sangat jatuh cinta, namun ia campakkan demi ambisinya. Menganggap Selena hanya akan menghalangi karirnya, menanganggap Selena hanya akan menghancurkan impiannya.

***
2013, Emirates Airways

Saat itu perjalanan dari jepang ke barcelona transit di DoHa. Duduk di kelas bisnis, seharusnya bersebelahan dengan Hector, tapi ia pulang ebih dulu karena istrinya melahirkan. Sangat menegangkan ketika harus naik pesawat tanpa ada yang menemani, yang bisa mengalihkan perhatian Marc dari rasa takut naik pesawat.

Marc duduk di samping jendela, menatap keluar, seorang gadis berambut panjang dan lebat tergopong gopong duduk di samping Marc. Marc tidak menoleh, ia khawatir jika menoleh gadis itu akan teriak histeris, seperti selama ini yang sudah terjadi. Marc masih menghadap ke jendela, namun matanya terpejam, pesawat take off. Marc terus memejamkan matanya. Hingga terdengar suara pramugari yang membolehkan sabuk pengaman di lepas, artinya sudah aman. Perlahan Marc melirik gadis di sampingnya, gadis itu tengah menatap serius tablet berukuran 12 inch yang ada ditangannya. Padahal pesawat menyediakan aneka film terbaru yang terpampang di moniq tor setiap penumpang. 

Namun gadis itu sama sekali tidak mneyentuh monitor yang tersedia di pesawat, ia terus menatap monitor tablet itu. Marc mengintip dengan ekor matanya, ia penasaran dengan apa yang sedang dilihat gadis itu.

Setelah berhasil mengintip, Marc lalu menutup mulutnya dengan tangannya agar tawanya tidak keluar. Gadis itu rupanya sedang serius menonton race motoGP jepang 2 hari yang lalu.

Setelah berhasil mengontrol kegeliannya, marc tanpa ragu ragu menoleh ke arah gadis itu, berharap gadis itu juga menoleh lalu berteriak histeris memanggil namanya. Ternyata tidak!

Bahkan marc dengan leluasa memperhatikan wajah gadis itu, dan marc baru sadar ternyata, gadis yang ada di sampingnya cantik sekali. Entah kekuatan apa namanya, membuat marc terus menatap setipa lekuk wajah gadis itu, sangat semppurna! Puji hati marc.

“ehm, boleh tau kamu lagi nonton apa” tanya marc basa basi

Gadis itu tetap tidak menoleh
“ohmm, race motoGP jepang...”

“ehm, serius banget nontonnya ...” goda marc

“iyaa, aku melewatkannya karena pernikahan kakakku beretpatan dengan race” jawab gadis itu, masih dengan mata yang tak lepas dari monitor itu

Marc mengangguk-angguk.
“ohmmm.....siapa rider jagoanmu?”

“marc marquez, tapi aku suka bukan karena wajahnya, aku suka karena skill dan kepribadiannya, tidak seperti temen2ku, yanng ngga pernah nonton race tapi selalu datang acara meet and greet!”

“oh yah...memang kepribadianya seperti apa?” tanya marc pura pura

“sssshhh, diamlah dulu ini sudah 2 lap terakhir....” kata gadis itu sambil meletakkan jari telunjuk di bibirnya sendiri sambil matanya tetap tidak lepas sedetiknpun dari monitor tablet.

“tenanglah rider idolamu pada lap terakhir ditikungan ke 3 akan mengovertake Aleix...”

“kau ini sok tau, diamlah...sebentar lagi selesai”

“oke” jawab Marc sambil mengulum senyum.

“argghhh, yessssss.....you are great marc, like usually and always!’ pekiknya pelan lalu mencium monitor tabletnya

“sudah? Betulkan kataku tadi...”

“hmmm iyaa wajarlah kau tau, pasti kau menonton live di televisi” jawab gadis itu sambil memasukan tablet ke dalam tasnya.

“Boleh kenalan?” tanya Marc sambil mengulurkan tangannya

Gadis itu menyambut uluran tangannya, tapi agaknya ia malu untuk menatap langsung, gayanya Asia sekali, “ Selena Jadheite”

‘marc marquez”

Sontak gadis bernama Selena itu menoleh. Tangan kirinya menetupi mulutmya yang terperangah karena kaget sementra tangan kananya masih erat dalam genggaman tangan Marc.

Marc tersenyum. Selena bukan membalasnya tapi justru memejamkan mata. Kemudian membuka lagi, dan terperangah lagi. Ia seperti sedang meyakinkan dirinya bahwa laki laki yang saat ini sedang menjabat tangannnya adalah Marc Marquez. Wajahnya memerah dan mata indahnya terbelalak, marc suka sekali dengan ekspresi wajah Selena.
Selanjutnya selena memperhatikan wajah marc dengan teliti, seakan sedang mencocokkan antara wajah marc di hadapannya dengan wajah marc dalam memori otak Selena.

“Kau benar-benar Marc?” tanya selena ragu
Marc mengangguk, kemudian melepaskan jabatan tangannya. Marc membimbing tangan Selena ke pipinya “ Coba pegang, ini bukan topeng plastik”

Dengan tangan bergetar selena menyentuh pipi marc, kemudian tersenyum “aku masih tidak percaya bisa bertemu denganmu sedekat ini....” kata Selena lirih.

Marc berusaha mencairkan ketegangan Selena, selanjutnya penerbangan saat itu menjadi penerbangan pertama kali yang paling menyenangkan untuk Marc dan untuk Selena pastinya. Sejak pertemuan itu seakan takdir terus berpihak pada keduanya, begitu cantik jalan yang terbentuk menyatukan keduanya. Selena adalah dokter spesialis rehabilitasi medik, dan tanpa di duga dokter Xavier Mir yang selama ini merawat Marc jika mengalami cedera, ternyata adalah calon atasan selena. Keinginan Selena untuk bisa menonton race tiap tahun di eropa membuatnya nekat membuat aplikasi lamaran ke rumah sakit di Barcelona, dan ia diterima setelah melewati proses yang panjang. Siapa menyangka di hari kepindahannya ke Barcelona ia justru satu pesawat dengan rider jagoannya selama ini, Marc Marquez.

pantas saja teman temannya yang tidak hobby nonton balapanpun mau ikutan meet n greet “ternyata aslinya ganteng selangit “ puji Selena dalam hati kecilnya.


***

2015, Barcelona

Menjadi kekasih rahasia Marc Marquez, itulah peran Selena saat ini. Sementara media hanya tau selena adalah dokter rehabilitasi medis yang selalu menangani Marc setiap kali cedera. Suatu kebetulan yang sangat rapi, membuangkus hubungan personal mereka berdua dibalik kedok profesi. Tidak ada yang curiga. Kedekatan keduanya semakin hari semakin intim, hingga suatu saat Selena menyadari tamu bulanannya tak kunjung datang. Sepuluh jenis test pack dari berbagai merek menunjukkan hasil yang serupa “ POSITIF”
Selena tau Marc sangat suka dengan anak kecil, berita kehamilannya pasti akan membuat marc senang. Selena merancang makan malam yang amat romantis di suatu tempat yang privat.

Di suatu bukit di salah satu sudut kota barcelona, di mana kerlap kerlip lampu di lembahnya seperti sebaran permata warna-warna. Malam itu selena mengenakan gaun hitam panjang dengan belahan tinggi dan bagian punggung terbuka. Marc datang dengan kaus hitam lengan panjang dengan potongan leher turtle neck di padu jeans warna biru tua dan sepatu kets. Ia nampak sangat tampan dan memang selalu seperti itu, apapun yang dikenakannya akan selalu nampak menarik.

“Marc aku, ada berita bahagia untukmu...”

“oh yaa....kau membuat aku penasaran....”

“aku tau kau sangat suka anak kecil kan..”

“iya...aku suka anak kecil, mereka lucu dan lugu serta menyenangkan...”

“sebentar lagi aku akan memberimu anak....”

“Maksudmu? “ tanya Marc gusar, reaksi ini sama sekali tidak Selena duga.

“Aku hamil marc, anak kita.., aku sudah lakukan test pack hasilnya positif, besok teani aku USG yah...”

“tidak, selena! Kau jangan gila, aku tidak mungkin menemanimu USG, kau lupa hubungan kita rahasia!”

“marc, sampai kapan? Hubungan kita sudah 2 tahun...dan sekarang aku hamil, kau harus bertanggung jawab...”

Mark berdiri dari duduknya, ia menggeleng-gelengkan kepala berkali kali.

“tidak mungkin, ini tidak mungkin....aku tidak mungkin menikahimu, selena ! Ini benar benar gila!! Arggggghh!! “ Marc meremas kepalanya sendiri.
Selena bersujud di kaki Marc “sungguh ini anakmu, ini buah cinta kita marc...kumohon, terimalah...”

“tidak bisa selena, aku tidak bisa, mengertilahh ??!!”kata Marc setengah membentak
“Marc, aku tidak menyangka kamu ternyata sekejam ini...”

“aku tidak kejam Selena, hanya kau saja yang terlalu tinggi berharap padaku..!”

“Marc!! Cukup, aku tidak akan memohon lagi padamu, tapi ingat kau akan menyesal seumur hidup telah memperlakukanku seperti ini, juga anak ini...”

Marc hanya tertawa getir “kau mengancamku?”.”

Selena hanya menangis lalu meninggalkan Marc, tanpa pernah menoleh lagi. Saat itu Marc pun merasakan sakit luar biasa saat Selena hilang dari pandangannya. Mengatakan sesuatu yang berlawanan dengan hati rasanya seperti sedang menabrakkan diri dalam kecepatan 260 km/jam ke tembok beton.

Entah setan mana yang merasukinya saat itu, ia justru mencampakkan Selena  dan menyuruh Selena pergi dari kehidupannya. Sejak saat itu Selena menghilang dan marc baru menyesalinya setelah semua keluarganya tiada. Seandainya Ayahnya tau perbuatan Marc yang tidak bertanggung jawab pastilah ia akan dihukum, mengingat ayahnya adalah penganut agama yang taat, tidak seperti dirinya.


****

2029, ruang rahasia kediaman Marc 
Marquez.

Marc membenamkan kepalanya dalam lipatan kedua tangannya di atas meja. Tanpa ia sadari air matanya mengalir. Tak tau kemana ia harus melangkah selain kembali ke masa lalu karena di masa sekarang dan masa depan ia tidak memiliki siapa siapa. Marc masih ingat kata-kata mamanya

“dicintai secara mendalam akan membuatmu kuat, dan ketika mencintai seseorang secara mendalam itu kan membuatmu berani”

Cintanya pada Selena yang masih terpendam membuatnya berani mengambil keputusannya untuk kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahannya. Meski selama ini axel yang membantunya mengoperasikan alat transporter, namun hanya marc yang tau bahwa teletransporter ini selain dapat memindahkan benda ke tempat berbeda juga dapat menembus waktu mengirimkan benda ke dimensi waktu yang berbeda. 

Berhari hari Marc menghabiskan waktu di ruang rahasia itu untuk menemukan aplikasi untuk mengantarnya ke masa lalu, karena ini adalah pertama kalinya ia memanfaatkan hal itu. Senyum tipis di bibirnya yang sudah lama menghilang hari itu muncul kembali, ketika di layar tampak tulisan “time machine is ready”, setelah mengatur setingan tahun, tanggal bulan dan hari serta waktu dan lokasi bujur dan lintang pada saat marc terakhir bertemu dengan Selena. Sebenarnya marc ingin mengirim dirinya ke waktu di mana selena melahirkan, tapi marc tidak tau di mana dan kapan.
Marc menekan tombol oke, kemudian di monitor tampak waktu yang berjalan mundur dari hitungan 60 detik. Marc segera memasuki tabung kaca itu, lalu duduk di kursi robotic dengan sabuk elektrik lalu mengenakan helm yang bentuknya mirip UFO dengan sinyal lampu warna warna yang menyala bergantian. Masuk hitungan detik ke 10 pintu silinder itu tertutup otomatis kemudian dindingnya mulai berpendar dan mulai muncul suara desing, seperti menda melesat, kemudian kursi yang di duduki marc berputar dengan kecepatan 1juta rpm. Marc tak merasakan lagi tubuhnya ia merasa bagian tubuhnya pecah menjadi partikel debu yang bertebaran lalu ditarik oleh kekuatan magnet yang maha dahsayat hingga ia merasa seperti debu yang dihisap vacuum cleaner raksasa, semuanya gelap, bagaikan masuk terowongan yang tak berujung.
***
Barcelona, 2015
Selena berlari dengan gaunnya yang menyapu lantai, sepatu high heelsnya ia tenteng, meski anak dalam kandungannya tak dikehendaki Marc, namun ia tak ingin bayi yang dikandungnya keguguran. Selena berhenti sejenak mengatur nafasnya, berharap marc akan mengejarnya dan meminta maaf atas ucapannya tadi. Tapi sia-sia, marc tak menyusulnya. Selena menuju mobilnya, dengan gusar ia nyalakan mesin lalu berputar arah, namun baru saja akan meninggalkan gerbang tiba tiba  “booommmmbb” sebuah benda seukuran orang dewasa hampir saja tergilas roda mobilnya jika ia tak cepat menginjak pedal rem.
Selena segera turun untuk melihat keadaan, sebab meski ia sudah berusaha menghindari tetap saja benturan itu tak bisa dihindarkan.
Selena melongok” ternyata orang!” Bathin selena
“hei kau tak apa-apa?” tanya selena hati-hati
Marc masih pusing dengan proses teleportaasi yang juga menmbus di mensi waktu, ini untuk pertama kalinya dan rasanya lebih tak keruan dibandingkan teleportasi biasa tanpa menembus dimensi waktu. Marc berdiri sambil memegangi kepalanya, pandangannya masih belum jelas.
“ya Tuhan, Marc!! Aku hampir menabrakmu...” jerit Selena khawatir. Jeritan ini menyadarkan Marc.
Dipandanginya selena, betapa wajah ini sudah sangat dirunduinya selama 15 tahun, dan sekarang ada dihadapannya. Marc memeluk Selena erat
“Selena maafkan aku, aku tak akan membiarkanmu pergi, aku tidak mau kehilangnmu..juga nak kita...”
Selena tertegun tak mengerti, hatinya bertanya tanya siapkah sosok yang sekrang sedang memeluknya, mengapa berbeda sekali dengan Marc yang baru 10 menit lalu membentaknya dan mencampakannya.
Selena melepaskan pelukan Marc, memandangi marc, kemudian mengusap sedikit darah di pelipis marac dengan ibu jari “ Apakah ini betul betul kau...?” tanya selena ragu...
“iya ini, akuu...Ya  Tuhan, aku rinduuu sekali selena...” kata Marc sambil menopang wajah Selena dengan kedua tangannya
“tapi kita baru 10 menit berpisah, marc...tapi kau seakan akan tidak melihatku selama 10 tahun...”
“lebih....15 tahun, selena. Sungguh aku rindu sekali...” lalu marc kembali membenamkan selena ke dalam pelukannya.
“Marc...kau terlalu berlebihan, kita kan baru saja bertemu, sudah serindu ini?”
“peluk aku yang erat, waktu kita tidak banyak“ jawab Marc ketika dilihatnya electric watch yang melingkar ditangannya sudah berkedip kedip. Marc segera melingkarkan sabuk electric ke pinggang selena menyatu dengan dirinya. Selena bingung namun belum sempat ia berontak, raganya selaras ringan melayang menjadi butiran debu halus kemudian melesat menembus lorong waktu.
***
2029, Kediam Marc Marquez
“Dziiinngggg” terdengan suara berdesing....putaran kursi dalam tabung kaca itu melambat dan kemudian berhenti dengan sempurna. Marc terduduk di dkursinya dengan posisi tangan seperti memeluk seseorang.
Marc membuka matanya, tangannya masih kaku memeluk selena namun, ternyata kosong. Ia kembali seorang diri, entah di mana selena. Marc melepaskan sabuk electrik itu dari pengganggnya, berjalan gontai keluar tabung kaca itu. Perutnya terasa lapar dan kepalanya pusing. Mesin waktu itu memang hanya fiktif!! Bathin marc. Ia kecewa tak berhasil membawa Selena bersamanya. Marc tetaplah sendiri. Ia keluar dari ruang rahasianya. Dan begitu Marc keluar dari ruang itu otomatis semua lampi dan peralatan elektronik mati.
Marc berjalan menuju ruang makan. Dan jantungnya hampir saja melompat keluar, ketika dilihatnya selena duduk di sana menunggunya dengan hidangan yang sudah tertata rapi
“marc, hampir saja aku mengetuk ruang kerjamu. Sudah beres pekerjaannya?’ tanya selena lembut. Marc mengamati wajag selena yang tampak anggun dan bijaksana, lebih matang dari selena yang beberapa menit lalu ditemuinya. Marc tidak tau bagaimana sistem mesin waktu yang dipakainya bekerja. Inikah selena setelah 15 tahun itu?’ tanya Marc dalam hatinya
Belum hilang rasa bingungnya, kemudian munul gadis cantik yang wajahnya mirip selena berusia sekitar 14 tahun berlari ke arahnya, lalu memeluknya “ Ayah, kapan maia boleh setir mobil sendiri?”. Gadis kecil itu menyebut dirinya “ayah”. Marc tertawa bahagia balas memeluk gadis kecilnya, lalu mencium kening bocah itu. Selena mendekat, kemudian marc meraihnya memeluk keduanya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar