Talent:
👦marc marquez
👰alya al rasyid
Introduction :
Ini adalah FF paliing Gaje, karena singkat banget bikinnya mungkin cuma 2 jam, idenya asbun naggepin twitter. trus ada yang nagih...yah janji ada hutang...ini FF pertama yang by request hahaha...so i write as fast as i can, as good as i can in the few time, may you like it...
Ting tong!! Assalamualaikum...
Terdengar seseorang mengucapkan salam dari luar. Allya tengah berkutat dengan hafalan surat An Naba. Malas membukakan pintu sebab harus memakai jilbab lagi. Allya meneruskan lagi hafalannya
Ting tong !! Assalamualaikum...
Terdengar lagi suara bel dan salam dari luar.
“Allya, bukakan pintunya..nak..” terdengar suara berat Ayahnya. Allya tidak bisa membantah kalau Ayah yang sudah berkata. Terpaksa Allya mengenakan jilbabnya lagi, berjalan menuju pintu ruang tamu. Menyiapkan senyum manis, sebab Ayah selalu berpesan jika senyum itu ibadah.
“Walaikum salaam” Allya menjawab salam itu seraya membukakan pintu.
Ternyata paman Markus dan seseorang entah siapa, sebab tertutupi badan paman Markus.
“Silahkan masuk paman, sebentar Alya panggilkan Ayah...” Alya mempersilahkan paman Markus duduk di ruang tamu, kemudian berlalu ke dalam.
“Ayah, ada paman markus, aku sudah menylahkan duduk...”
“Oh ya, apa dia datang dengan seorang anak laki lakai?...”
“sepertinya iya...” jawab Alya tak peduli
“Al, ibumu masih belum kembali dari pengajian, tolong buat kan teh untuk kami bertiga ya...”
“baiklah...’
Sebetulnya bukan Alya yang membuatkan teh, bisa bisa menjadi kolak kalau Alya yang buat. Alya hanya menjadi mediator antara Ayahnya dan bibi supi, pembantu di rumahnya. Tepatnya bibi supi yang membuat tehnya dan Alya yang menyuguhkan ke depan. Kata Ayahnya, meski yang membuat bukan Alya tapi selama tuan rumah ada maka sebaiknya tuan rumah yang menyajikan, sesuai dengan hadis Nabi untuk memperlakukan tamu dengan sebaik-baiknya.
Alya membawa baki berisi 3 cangkir teh panas ke ruang tamu. Alya meletakkan satu persatu cangkir itu ke meja, dan seseorang menyambutnya. Alya melirik wajah pemilik tangan itu. Mata choklat dengan alis tebal dan senyum yang sangat ramah dan hidung yang mancung, mengingatkan Alya kepada pebalap idolanya Marc Marquez. Laki-laki itu mirip sekali Marc Marquez. Alya tidak berani berlama lama di ruangan itu, selesai meletakkan cangkir itu Alya masuk kembali ke dalam.
Melalui sekat antara ruang taju dan ruang tengah yang diagonal, Alya bisa mencuri lihat ke ruang tamu.
Alya melongkokkan kepalanya lagi, ingin meyakinkan dirinya. “betul mirip sekali” komentar hati Alya. Tapi ini tidak mungkin, tidak mungkin !! Bantah sisi hatinya yang lain.
Alya kembali mengintip, laki-laki itu mengenakan kemeja koko berwarna putih dengan kopiah putih dan celana panjang warna coklat. Alya terus memperhatikan laki-laki itu, cara ia tersenyum, cara ia menyapu bibirnya dengan ujung lidah, cara ia menggigit bibir bawahnya, semuanya. Betul betul mirip Marc.
Alya hampir frustasi dibuatnya, apakah ini fatamorgana? Karena Alya terlalu rindu menunggu musim motoGP selanjutnya. Alya masuk ke kamarnya, menyalakan laptop dan membuka koleksi foto-foto marc, alya pandangi satu persatu foto-foto itu dan tidak bisa di sangkal lagi laki-laki berkopiah tadi benar-benar mirip Marc.
‘Al, paman markus mau pulang nih...’ tiba tiba suara ayahnya terdengar begitu dekat. Alya langsung menutup monitor laptopnya. Bisa dipasung jika sampai ketahuan Alya menyimpan foto pebalap motoGP itu, apalagi Alya anak perempuan.
Alya berdiri di samping Ayahnya melepas paman markus dan anal laki-laki misterius itu.
“Ayah, siapa laki-laki yang bersama paman Markus?”
“Anak laki laki paman markus...”
“haaah kenapa tiba tiba paman markus punya anak laki-laki, bukankah semua anaknya perempuan?”
Alya mengekor dibelakang Ayahnya yang berjalan menuju ruang keluarga dan duduk di salah satu sofanya.
“Jadi 21 tahun yang lalu, Markus memberikan anaknya pada pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak...’
“lalu...’
“Dulu paman Markus pernah tinggal di spanyol, waktu itu paman markus sudah punya 2 orang anak perempuan, Elena dan Nadia. Bulan april tahun 1993, ada sesuatu hal yang tidak bisa ayah ceritakan yang mengharuskan paman markus segera meninggalkan spanyol, saat itu anak ketiga mereka baru berumur 2 bulan, anak laki-laki yang sangat ditunggu-tunggu. Karena usianya yang masih sangat kecil, terpaksa paman Markus menitipkannya pada keluarga Julia dan Roser. Kebetulan pasangan itu belum punya anak, meski usianya sudah cukup tua. Namun ada perjanjian bahwa mereka harus mengembalikan anak itu jika Julia dan Roser memiliki anak kandung sendiri di kemudian hari, dan batas usia maksimal untuk membuka identitas adalah 21 tahun. Dan benar saja 3 tahun sejak mereka mengadopsi anak itu kemudian Roser melahirkan anak laki laki dari darah daging mereka sendiri. Mereka menepati janjinya. Anak itu sekarang sudah 21 tahun, dia kembali ke sini, ke bumi minang. Paman Markus menitipkan anak itu ke pesantren yang ayah pimpin. “
“Apa nama anak laki laki itu, Marc marquez yah?”
Ayah menoleh ke arah Alya kemudian membelah ubun-ubun Alya “ Iya dia Marc Marquez, pebalap idolamu...”
Alya tercekat, napafsnya tertahan, kaget yang pertama adalah ternyata ayahnya tau diam diam alya menggemari olahraga maut itu dan kaget kedua adalah menerima kenyataan laki-laki berbaju koko dan berkopiah tadi adalah marc marquez. Alya masih terpaku di tempatnya, padahal sudah lebih dari 5 menit yang lalu ayahnya meninggalkannnya untuk pergi shalat jamaah di masjid.
Akhirnya kumandang suara Adzan menyadarkan Alya dari ketidakpercayaannya. Logikanya masih sulit menerima bahwa marc marquez, yang menurutnya tidak mungkin pernah ia temui, baru saja bertamu ke rumahnya.
Ayah memperkenalkan Marc ke seluruh penghuni pesantren, tidak ada terikan histeris tidak ada yang mengelu-elukannya. Tidak ada. Penghuni pesantren ini benar-benar tidak pernah terpapar berita motoGP, kecuali Alya. Sebetulnya dari kebetulan ketika Alya belajar menghafal al quran hingga tengah malam lalu ia iseng menyalakan televisi karena saat itu tidak ada siaran yang bagus sampai akhirnya di salah satu televisi sedang memutar siaran langsung motoGP saat itu sedang berlangsung seri di Austin, dan sejak saat itu Alya begitu jatuh cinta dengan balapan itu dan diam diam terus mengikuti perkembangannya.
Alya hanya memperhatikan dibalik kaca jendela, peraturannya adalah siswa laki-laki dan perempuan terpisah. Marc menjadi siswa pesantren khusus, karena tatap muka langsung hanya saat jeda antar musim balapan sisanya akan diadalak kelas jauh via skype dengan web cam saja.
Sejak kehadiran marc di pesantren itu, membuat Alya semakin penasaran. Diam diam Alya mengikuti perkembangan marc dari hari ke hari. Marc siswa yang cerdas tidak sampai sebulan ia sudah lulus Iqro. Tidak terasa hampir sebulan sekalipun Alya belum pernah bercakap-cakap dengan marc, lagi-lagi hanya bisa memandangnya dari kejauhan atau mengintip di balik jendela.
Seperti siang itu, hari jumat pagi biasa Ayahnya akan khusus menguji marc secara tersendiri di ruang perpustakaan. Alya sudah standby di balik jendela, lokasi yang paling strategis mencuri lihat marc, dari posisinya sekarang Alya bisa puas memandang wajah marc dari samping.
Sudah 10 menit tapi marc maupun ayahnya tidak juga tampak. Alya masih setia menunggu sampil menempelkan jidatnya ke jendela.
“Alya !! Sedang apa disitu..?’ Alya terlonjak kaget. Jantungnya seperti mau lepas. Malu sudah pasti. Sebenarnya posisi Alya tertutupi pot berisi tanaman rimbun yang menutupi tubuh kecilnya dari pandangan orang yang lalu lalang. Selama ini terbukti aman. Tidak hari ini
Alya membalikkan badannya. Dan saat melihat siapa yang menegurnya tadi, untuk pertama kalinya Alya ingin menghilang dari muka bumi. Marc!! Yap suara cowok yang menegurnya ternyata Marc. Apa harus bilang jujur? Jawabannya tidak!
Alya gugup dan mendadak keringat segede-gede jagung bermunculan di wajahnya, padahal udara bukit tinggi termasuk dingin. Adrenalin dan cortisol lah yang membuat kelenjar keringat di bawah kulitnya bekerja ekstra. Sendi-sendi kakinya lemas, tapi tidak ada cara lain kecuali kabur dari hadapan marc secepat mungkin.
Marc menatap heran le arah Alya, biasanya cewek-cewek akan histeris saat ditegur atau minimal menyalaminya dan mengajak foto. Bukan menatapnya seperti melihat monster. Marc memegangi kopiahnya, apakah kopiah ini yang membuat dirinya seperti monster. Tanya Marc dalam hati.
Saat marc melepas kopiahnya, mata Alya terbelalak. Alya akhirnya yakin orang yang dihadapannya adalah benar Marc Marquez. Dan terjadi kekacauan syaraf sensorik dan motorik, ketika hatinya ingin memeluk mahluk di hadapannya tapi pikiran mengingatkan bahwa tidak boleh memeluk seseorang yang bukan muhrim.
Kyaaaa!!!!
Alya kabur tanpa sepatah katapun. Namun rok panjangyang dikenakannya tersangkut dan BUMMM!!! Tubuhnya terjerembab
Marc tak sempat melakukan apa-apa selain berusaha membangunkan Alya. Mata Alya terpejam, tak ada pilihan kecuali pura pura pingsan. Semoga ada orang lain yang melihat kejadian itu dan segera mencairkan keadaan. Sialnya tak satupun siswa yang lewat saat itu. Siswa santri perempuan sedang melakukan kegiatan tata boga sedang santri laki-laki semua sedang berkumpul di masjid.
Alya merasakan Marc mulai mengangkat tubuhnya, dan terbayang Ayahnya akan murka jika ketahuan.
“No ..no marc! Don’t touch! “ serga Alya sambil berusaha bangun sendiri, namun tiba tiba ia merasa ada benda cair mengalir di pipinya. Alya mengusapnya, seketika wajahnya berubah menjadi pucat seperti kertas. Tangan Alya berlumur darah segar, yang diusapnya bukan keringat tapi darah. Lalu semua benar-benar menjadi gelap gulita. Alya benar-benar pingsan. Sejak kecil Alya phobia darah....
Di ruangan yang serba putih itu, atmosfer dengan aroma obat-obatan. Sayup-sayup Alya mendengar seseorang tengah melantunkan juz 30 Al quran. Alya berusaha melihat ke arah suara itu, namun keningnya berdenyut denyut. Alya merapa keningnya, terasa kain kasa dan plester pertengger di sana.
“arrrgghhh”...lengguhan Alya menghentikan lantunan ayat-ayat suci itu.
“Alya, sudah sadar?’ wajah marc muncul dengan kopiahnya.
Alya merapa kepalanya, alhamdulillah masih berjilbab.
“di mana?”
‘di rumah sakit Al, kepalamu bocor terantuk pot bunga, maaf bacaan Al-quranku masih buruk, kau pasti terbangun gara-gara itu yah?”
Alya menggeleng.
“Al, kenapa kamu selalu ketakutan melihatku? Apa aku menakutkan untukmi?”
Alya menggeleng lagi
“lalu kenapa?’ tanya Marc lagi
“kamu siapa?” tanya Alya
Marc mengerutkan keningnya. Mungkinkah Alya amnesia?
“kau tidak tau siapa aku?”
Alya menggeleng lagi.
“Aku marc marquez, suamimu” jawab marc iseng
Alya tersenyum mendengar jawaban itu, tatap matanya tak lagi tatap mata ketakutan. Marc senang.
“siapa aku?”
“kamu adalah Alya Marquez, istriku” jawab marc masih dengan keisengannya. Dari pengalaman marc menghadapai teman-temannya biasanya benturan kepala menyebabkan kekacauan memori yang bersifat sementara. Hal itu pernah terjadi pada julian simon, nico terol dan beberapa teman lain.
Beberapa saat kemudian muncul Ayah dan ibu Alya. Namun alya hanya menatap kosong ke arah mereka
“Dia siapa marc?’ tanya Alya..
Sontak ibu Alya langsung menjerit “ Astaghfirulloh naaakkk, ini ibu...”
Tapi Alya justru ketakutan dengan ekspresi histeris ibunya. Ayah berusaha menenangkan ibunya yang merangsek ke arah Alya sementara alya justru meronta ketakutan.
Dua bulan kemudian...
Dugaan Marc salah, amnesia Alya tidak bersifat akut. Dan kesalahannya memberikan informasi palsu telah mengacaukan sistem ingatan Alya. Masa satu jam pertama saat pertama kali sadar adalah “golden period”. Seharunya informasi yang masuk adalah informasi yang benar sehingga bisa matching dengan memori sebelumnya. Akibat miss match pada saat kesadaran pertamanya membuat amnesia yang seharusnya hanya akut menjadi persistent. Dan marc terjebak dalam posisinya, sebagai suami Alya. Alya hanya mau ditemani marc, alya merasa hanya marc satu satunya yang ia miliki.
“ini salah saya, saya yang mengatakan bahwa saya suaminya saat Alya baru sadar, tapi saya tidak bermaksud apapun, saya pikir Alya akan sembuh kemudian mengingat semuanya. Maafkan saya...”
“sudahlah marc, semua sudah terjadi, saat ini persoalannya adalah hubungan kalian, sudah banyak yang mulai menggunjingkan. Kau tau kami penganut islam yang taat. Kebersamaan kalian bisa menimbulkan fitnah...kau tau maksudku?”
Marc mengangguk “ Saya mengerti, saya akan menikahi Alya...menjaganya selamanya, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat......trust me”