Mereka bertemu karena kekuatan medan magnet listrik yang tercipta. Elektromagnetik. |
lupa dengan cerita cybermarc 1? dont worry klik aja nih CYBERMARC 1
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Andorra La Vella - 20.00 CET
Seorang gadis berambut hitam pekat sebahu berjalan tergesa menuju ATM center, kilatan cahaya lampu memantul dari rambutnya. Gadis itu berjalan tergopoh menenteng sebuah ransel berwarna dusty pink dengan gantungan nama bertulisa "Electra", sesekali ia mendorong kacamatanya yang sedikit melorot. Sore itu cukup panas, keringat bercucuran dibalik jaket yang ia kenakan, keringat pula yang membuat posisi kaca mata terus menerus minta dibetulkan. Wajah gadis itu polos tak bermake-up seperti kebanyakan gadis seumurnya, wajahnya natural bersih meski tak bisa disembunyikan kelelahan di wajahnya serta lingkaran hitam dibalik kacamatanya. Namanya Electra.
Sesampainya di depan pintu ATM, gadis itu menyeka keringatnya lalu sejenak terdiam di depan pintu ATM yang bertuliskan "PULL".
Gadis itu membuka tasnya mencari-cari sesuatu. Sejurus kemudian ia mengeluarkan sarung tangan karet dari dalam tasnya, segera ia memakainya lalu membuka pintu ATM yang bergagang besi itu. . Hari ini adalah hari terakhir batas waktu pembayaran kartu kreditnya.
Marc mengerutkan keningnya "Gila cantik-cantik perampok mesin ATM" , Marc mendekati mesin ATM itu, bersembunyi di balik didning bening ATM. bersiap siap teriak RAMPOOOK seandainya gadis itu mulai membobol mesin ATM.
Marc terus memperhatikan gadis itu dari luar. gadis itu Nampak kebingunan di depan mesin ATM. Mungkinkah ia tidak tau cara mengoperasikannya? bathin Marc.
Merasa ada yang memperhatikan, gadis itu menoleh ke pembatas kaca di sampingnya. Sepasang mata Marc di balik kaca tertangkap basah. Marc tidak bergeming seperti terhipnotis untuk tidak bergerak dari tempatnya.
Electra menekan PIN di keyboard ATM yang terbuat dari logam. Lalu “teeeeeeeesrrrtzzzz” tepat saat jarinya menyentuh keyboard terdengar bunyi sengatan listrik, lalu monitor ATM berkedip-kedip dan mati. Electra menarik tanganya refleks. Menyesali dirinya, yang menunda-nunda pembayaran ATM. Gadis itu menggunakan punggungnya untuk membuka pintu ATM. Marc masih mengantri diluar. Tak sengaja saat keluar pintu ATM tangannya menyentuh siku Marc, lalu terdengar suara :teeeesssrrtzzz” suara sengatan listrik kembali. Dan muncul asap dari jaket yang dikenakan Marc, terbakar seperti terkena setrika panas. Gadis itu terpekik, tak percaya. Marc belum menyadari jaketnya terbakar, merasa bersalah dan mendekatinya. Dari wajahnya Electra nampak frustasi. Selalu saja seperti ini setiap kali ia beraktivitas berlebihan semua energi dalam tubuhnya berubah menjadi energi listrik, membuat semua benda logam yang disentuhnya membuat lompatan energi listrik. Tubuhnya seperti turbin membangkit listrik, semakin aktif bergerak maka energy yang dihasilkan akan semakin banyak. Namun mengapa Marc memberikan reaksi yang sama seperti logam. Tiba-tiba Electra merasa ngeri dengan dirinya sendiri. Jangan jangan dirinya sudah seperti gardu listrik berteganggan tinggi yang bisa menyengatkan listrik ke siapapun yang menyentuhnya. Ia bergidik ngeri seandainya itu benar. Membayangkan dirinya menjadi pembunuh masal karena semua yang menyentuhnya akan mati mengenaskan seperti tersengat listrik.
“Stop-stop !! Jangan menyentuhku please...aku tidak ingin nasibmu seperti mesin ATM di dalam sana “ teriak Electra itu ketika Marc hendak menyentuh bahunya.
“Hei tenang, aku bukan penjahat. Kau ini kenapa? Ada apa di dalam ATM tadi, aku mendengar suara sengatan listrik, apa kau sedang membobol ATM “
“Enak saja menuduhku pembobol ATM, aku hanya mau membayar kartu kredit. Tapi hari ini mesin ATM itu tak bersahabat denganku “
“Oke--oke, aku cuma menggodamu tadi. Maaf ya. Boleh kita berkenalan?” Tanya Marc sambil menyodorkan tangannya
Gadis itu menggeleng, “ Tidak, aku tidak bisa menjabat tanganmu, itu berbahaya untuk keselamatanmu”
“Kamu gadis yang aneh, tapi aku suka dengan keanehanmu hehe, namaku Marc marquez, kau siapa?”
“Namaku Electra Soniadora, eh aku boleh minta tolong? Hari ini aku harus membayar tagihan kartu kredit, kartu ATMku masih tertancap di dalam, boleh minta tolong ambilkan lalu transaksi di ATM sebelah? Please....nanti aku ceritakan alasannya..pleaseee”
Marc menuruti permintaan Electra.
Usai menyelesaikan transaksi di ATM keduanya menuju cafe yang berjarak sekitar 25 m dari ATM center tadi.
“ayo masuk, biar enak ceritanya kita sambil duduk minum kopi” ajak Marc
Electra berhenti di muka pintu cafe, matanya yang tersembunyi dibalik kacamata sedang memindai ruangan, tak satupun kursi terbuat dari kayu, semuanya besi tempa, termasuk mejanya.
“Kurasa jangan disini, kita cari di cafe langgananku saja “
“Hmm baiklah, tapi kulihat kau tampak lelah sekali, apa pekerjaannmu?”
“Aku mahasiswi kedokteran tingkat akhir aku belum tidur selama 3 hari terakhir, karena banyak sekalai tugas akhir yang harus kuselesaikan,...’
“pantas saja matamu seperti mata panda, omong-omong cafee nya masih jauh?”
“tidak, itu sudah kelihatan “ jawab Electra sambil menunjuk sebuah cafe bernuansa interior kayu namanya “Woods”
Mereka duduk berhadapan. Electra masih sibuk membetulkan letak kacamatanya. Seorang pelayan cafee datang mengantarkan buku menu. Serempak keduanya menyambutnya dan tak sengaja tangan mereka saling bersentuhan. Dan lagi-lagi terdengar bunyi sengatan listrik. Kali ini marc benar benar menyadarinya demikian juga Electra. Setelah order 2 gelas capuccino dan 2 vanilla cupcake, mereka membiarkan pelayan cafe tadi mencatat pesanan dan berlalu ke dalam.
“Jadi apa ceritamu ?” tagih Marc
“Kau pasti aneh melihatku kan?”
“iya kau aneh”
“apa yang aneh menurutmu?”
“aku aneh ketika melihatmu tidak mau menyentuh gagang pintu ATM, lalu keluar AMT dengan punggungmu, mengenakan jaket lateks di cuaca yang panas, mesin ATM rusak, kau mempercayaiku bertransaksi ATM padahal aku orang asing, kau tak mau menyentuh keyboard mesin ATM, lalu kau tidak mau duduk di kursi logam, dan satu lagi kau melarangku menyentuhmu bahkan hanya berjabat tangan’
“apa kau mersakan seperti tersengat listrik ketika bersentuhan denganku?”
“iya itu keanehan terakhir, kenapa?”
“Entahlah, aku selalu seperti ini saat tubuhku lelah, akibat aktivitas listrik berlebihan. Tubuhku seperti generator pembangkit listrik, gerak tubuhku diubah menjadi energi listrik’
“Oh yaaaa?? Sejak kapan ?”
“Aku tidak ingat pasti, tapi aku menyadarinya sejak aku kuliah, sejak aku sering kehilangan waktu tidurku, hari ini aku shock berat, saat menyentuhku tadi juga muatan listrik itu mengalir, padahal selama ini hanya dengan logam saja...aku ngeri dengan diriku sendiri, aku takut menjadi mosnter listrik pembunuh...” Electra nampak frustasi, ia tertunduk lesu dengan kening yang di topang kedua tangannya.
Tak berapa lama pelayan cafe sudah datang kembali dengan membawa pesanan mereka. Ketika meletakkan gelas ke meja di hadapan Elctra tidak sengaja tangan pelayan tadi menyentuh Electra. Namun tidak terjadi sengatan, padahal semula Electra sudah khawatir terjadi sesuatu dengan pelayan itu.
Marc tersenyum menatap Electra. “Kenapa tersenyum seperti itu?” tanya Electra jutek
Marc mengarahkan telapak tangannya ke hadapan Electra “ Coba sentuh “
“tidak mau, aku tidak mau membunuhmu “
“tenanglah aku tidak akan sampai mati, aku sudah berpegangan pada kayu, bukankah kayu isolator yang baik? Ayolah...!
Electra nampak ragu menempelkan telapak tangannya. Jarak tinggal sekitar 2 cm, seperti ada magnet yang menarik, kedua tangan mereka saling menempel. Tangan mereka seperti di selimuti aliran listrik berwarna biru. Electra berusaha melapaskan namun tak berhasil sampai sinar biru itu hilang.
“Marc!!! Kau tidak apa apa? “ teriak Elctra khawatir
Marc tersenyum, kali ini senyumnya lebih segar dari sebelumnya, pipinya nampak kemerahan, tidak sepucat tadi.
“kau lihatkan, aku tidak apa-apa. Aku malah merasa jauh lebih segar, Electra, aku ingin menecritakan rahasia padamu...
“apa? Katakan,,,”
“Untuk mendapat tenaga, kau melakukan apa?”
‘Makan doong, pertanyaanmu bodoh sekali” gerutu Electra
“Nah itu bedanya, kau tau aku merasa aneh dengan tubuhku, sejak 2012 aku justru exhausted setiap setelah makan, makin banyak yang kumakan energi makin habis”
“oyaaa ? mungkin kau mengalami gejala diabetes”
"Enak saja kau ini, glukosa puasaku kurang dari 100 tau..."
"hmmm, Oke. Noted. lalu apa kau merasa tubuhmu seperti mesin penghancur makanan ? " tanya Lectra setengah menahan tawa
“Tepat ! aku seperti juicer or blender or mixer. Makan membuatku lelah. Aku perlu Listrik, aku , aku menggunakan energi listrik untuk beraktivitas”
‘haaah??? Jadi kau ini manusia atau robot ?” Lalu reflek Elektra berdiri berjalan mendekati Marc lalu membuka punggung Marc. Marc kebingungan ketika elektra menyibak kaos yang ia kenakan dari belakang.
"eeeh...eh kau ini apa-apaan?" sergah Marc seraya membetulkan kaosnya kembali
"Aku cuma ingin melihat kau ini robot Made in mana, barangkali ada tulisan Made in Japan di punggungmu " Kilah Electra sambil nyengir
“Enak saja kau sebut aku robot, aku ini manusia. Bisa protes ibuku kalau dengar anaknya disebut robot. Aku jadi seperti ini setelah menjalani berbagai macam operasi”
“Kau sakit apa?’ tanya Elektra dengan perasaaan bersalah karena telah mengira Marc adalah robot.
“Aku tidak sakit, aku seringkali mengalami patah tulang akibat profesiku, lalu dokter menanam platina di beberapa bagian tubuhku, juga matakau terakhir aku menjalani operasi mata. Kecelakaan saat balapan membuat mata kiriku buta dan dokter menggantinya dengan mata bionik ” jawab Marc
Elektra memajukan wajahnya, ingin melihat mata Marc dari dekat " Hmm dunia kedokteran seamkin hebat memang, mata terlihat asli. Ups..tapi matamu tidak tembus pandang kan? " Lalu elektra menyilangkan tangannya di depan dadanya.
Marc terbahak " Tentu bisa "
Elektra mendelik, ia mengambil tas ranselnya lalu memeluk erat tasnya. Di dalam tas ada laptop, paling tidak bisa menutupi. "jadi kau melihat semuanya?" tanya Elektra tertahan
Marc semakin terpingkal " Aku bercanda cantik !! "
Ah, pipi Elektra bersemu merah, baru saja pria di depannya menyebutnya 'cantik " padahal sudah 3 hari lektra tidak sempat mandi, rambut lusuh kulit berminyak, dan masih disebut cantik. Rasanya elektra sedang berdiri di puncak gedung dan sedikit saja angin mendorongnya jatuh. Elektra terdiam.
Marc merasa bersalah " Eh, aku serius aku tidak bisa melihat apapun di balik bajumu, sungguh " sambil mengangkat tanganya dan jarinya membentuk simbol victory
Elektra berhasil menguasai dirinya yang sempat 'fly" karena disebut cantik, ia melontrakan pertanyaan “ Lalu sejak kapan kau menyadari bahwa perlu energi listrik?”
“Suatu hari aku tersengat listrik ketika setelah mandi mencabut charger iphone, namun justru aku merasa lebih segar, padahal saat itu aku sedang merasa sangat exhausted, hari berikutnya aku mencoba menempelkan tanganku di stop contact setelah itu energiku membaik."
Electra tertawa " haha benarkah?'
"Iya akau serius, aku belum memberitahu ke siapapun kecuali kamu, oh iya apa caramu membuang listrik dalam tubuhmu?" tanya Marc penasaran
'tidur di lantai tanpa alas, atau di rumput aku harus tidur dan membiarkan bumi menyerap energiku, tapi belakangan ini aku tidak cukup punya waktu untuk itu..." jawab Electra sedih
"kau masih merasakan listrik terlalu banyak di tubuhmu? " Tanya Marc
Electra tak menjawab ia mengambil sendok untuk mengaduk cappuccino, dan sendokpun terpental. Marc menangkap sendok itu
Electra kaget dan ketakutan. Marc tidak tega melihatnya
"Electra, peganglah tanganku, ayo..."
Dengan ragu ragu electra menyambut uluran tangan Marc. Seperti kutub positif yang bertemu kutub negative ketika jarak tinggal 2 cm kedua tangan mereka melekat kuat, bahkan semakin lama daya tariknya semakin hebat, Mereka tidak kuasa menahan daya tarik itu, tubuhn mereka mendekat dan terus mendekat hingga tak berjarak. Sinar biru yang kasat mata membungkus tubuh mereka. 15 menit kemudian cahaya listrik itu memudar dan akhirnya mereka melepaskan pelukan. Electra maupun Marc sama sama merasa canggung.
"Electra, aku minta maaf, tapi aku tidak tau apa yang terjadi dengan tubuhku, aku seperti tertarik magney yang sangat kuat, aku....
"Sama Marc...aku juga tidak mengerti. Sudahlah...aku mau pulang, terimakasih. sekarang badanku sudah enakan "
Electra tidak lupa mengambil sendok dan mengaduk capuccinonya sembelum meminumnya dan berlalu meninggalkan Marc. Sendok itu tidak lagi terpental seperti tadi. Sepertinya aliran listrik sudah terserap ke tubuh Marc. Marc merasa sangat fit, padahal tadi ia merasa sangat exhausted. Marc melangkahkan kakinya lalu kursi di depannya terjungkal, tanpa sadar ia melangkahkan kakinya terlalu kuat. Marc teringat dia belum ke ATM untuk mentransfer uang untuk Emilio. Ia berlari hanya dalam hitungan detik dan sudah sampai di mesin ATM. Marc tersenyum sendiri, ia merasa seperti flash yang bisa bergerak super cepat.
Tiba tiba marc teringat, ia belum menanyakan alamat bahkan nomor telefon Elektra. Menyesal! Ia meninju tiang iklan di dekatnya. lalu terdengan bunyi "krek!" Marc menoleh, tiang itu melengkung. Marc tak percaya dengan yang dilihatnya. Instingnya mengatakan dia harus mengontrol tenaganya agar tidak berlebihan. Sepertinya energi listrik dari Elektra telah membuat Marc fully charge.
Marc tersenyum. "Aku harus menemukan kembali gadis itu. Harus !
@@@
Andorra, 21.00 CET - post catalunya race
Sebuah rumah berlantai 3 tidak jauh dari ski resort Vallnord. Marc masih terbawa euforia bahagia, setelah beberapa race puasa podium. Di catalunya ini ia kembali meraih podium tertinggi. Marc tersenyum sendiri, tubuhnya terayun ayun di atas hammock. Ia memejamkan mata, mengingat kembali bagaimana ia bisa memenangi balapan dengan adu overtakes beberapa pembalap, termasuk rossi dan iannone yang beberapa race lalu sempat membuatnya malu karena tidak menyelesaikan duel. Race catalunya kemarin ia merasa sangat energik, bukan motor yang mengendalikannya tapi ia benar-benar mengontrol motor yang ia tunggangi. membelokannya tidak sesulit race sebelumnya.
"Marc makan malam sudah siap, kemarilah..." teriak ibunya dari dalam
Marc belum beranjak dari hammock. Alex datang dan menendang hammock sambil terkekeh-kekeh. Sifat usilnya bersifat kronis. Meski marc sudah menghadiahi sebuah motocross untuk Alex tetap saja Alex tidak bisa sedikit manis padanya.
Marc terayun ayun kencang dalam hammock yang membuat kepalanya pusing dan perutnya mual. Marc bangkit dari hammock dengan terhuyung menuju meja makan. Alex semakin keras menertawainya. Marc tak memedulikannya.
"woow..nampak lezat pastanya...aromanya hmmm menggiurkan " puji marc untuk ibu tercintanya
"Dasar ass kisser !! " gerutu Alex
Roser, sang ibu langsung menarik kuping Alex " Tidak boleh bicara seperti itu sama kakakmu"
Alex mengusap usap kupingnya yang panas setelah di jewer ibunya. Marc melahap pasta di hadapannya dengan penuh semangat. Ia lupa konsekuensinya.
Setelah makan Marc merasa lemas luar biasa. Ia tidak banyak bicara atau menanggapai ledekan Alex. Ia memilih tidur cepat.
Keesokan paginya Alex sudah membangunkannya untuk jogging. La massana memliki jogging track yang sangat bagus, Marc sudah berjanji pagi itu akan jogging bersama Alex. Matanya berat sekali untuk terbuka saat Alex mengguncang-guncangkan tubuhnya. Tubuhnya seperti di bebani truk kontainer bermuatan sapi. Apadaya dia sudah berjanji, sekuat tenaga Marc bangun dan berganti pakaian. Alex sudah menuggunya di halaman rumah. Marc berjalan mendekatinya.
"kita lari santai aja ya Lex, badanku sedang tidak fit "
"kau ini payah sekali, kalo sudah menang banyak alasan tidak exercise deh "
Akhirnya Marc mengikuti ritme lari Alex, 100 meter pertama ia masih merasakan semua baik baik saja. namuns setelah itu ia merasa, suara detak jantungnya sangat kencang bahkan terasa di kepala seperti berhentak hentak hentak. Marc merasa kesadarannya sebentar lagi hilang, sementra Alex sudah jauh lari di depannya.
Marc terjatuh pingsan tanpa Alex menyadarinya. 5 menit kemudian Alex kembali dan menemukan Marc teronggok tanpa ada yang menolong. Kota itu bukan kota ramai yang banyak penduduk. Sepi. Jadi mungkin saja ini terjadi. Alex panik. ia celingukan tak dilihatnya seorangpun. ia memanggil manggil nama Marc dan menepuk-nepuk pipinya. Tapi Marc hanya diam, Alex menempelkan jari telunjuknya di hidung Marc, ingin memastikan apakah Marc masih bernafas atau tidak. Alex benar benar panik, ia tidak merasakan ada hembusan udara dari hidung Marc.
-----
Elektra meremas remas kepalanya, pusing sekali. ia baru saja membantu tim kedokteran forensik kota la massana. Autopsi memang tidak menimbulkan tuntuan mal praktik. karena korban memang sudah meninggal. tapi membuka hampir seluruh bagian mayat dan harus berdiri berjam jam, membuatnya kelelahan luar biasa. kekesalannya ditambah dengan kakaknya yang tidak datang menjemput. padahal sudah sejak semalam Elektra berpesan agar menjemputnya di rumah sakait jam 06.00 pagi, karen aautopsi baru akan selesai jam 05.00 pagi. Dasar Jordy. tak bisa dipegang janjinya. kakak satu-satunya itu sulit dimengerti. Sudah setua itu bahkan bekum pernah pacaran setiap hari kerjaannya dating sama anjing dan kucing. Elektra teringat dia pernah dimarahi habis-habisan cuma karena memberikan pizza napoli untuk Brenda ( nama anjing Jordy).
"kenapa sih kak, aku kan adikmu..masa kamu lebih belain anjing sih kak?'
'brenda batuk kalo makan pizza yang ada ikan asinnya tau "
Sesederhana itu, cuma karena ngga mau anjingnya batuk lalu memarahi Elektra habis-habisan. Sambil berjalan Elektra terus menggerutu tentang Jordy yang menurutnya tidak bertanggung jawab.
Pagi yang masih dingin itu tak dirasakannya, suhu tubuhnya meningkat karena kelelahan. kalo sudah begini, elektra paling ngeri bersentuhan dengan logam. Jalanan masih sepi dan lengang. sudah berjalan sejauh ini belum juga bertemu taksi. Tiba-tiba Elektra mendengar suara tangis. Suara lelaki menangis. Elektra penasaran lalu mendekati arah suara itu. Seorang lelaki sebayanya sedang menangisi seseorang dalam pangkuan. Elektra menyipitkan mata, ia seperti mengenal orang yang terkapar itu. instingnya sebagai dokter otomatis bekerja.
Elektra mendekat, duagaanya benar laki-laki yang tergeletak itu Marc yang beberpa hari lalu ia kenal 'hei, apa yang terjadi ? " tanya Elektra pada Alex
"huhuhu...aku tidak tau aku menemukan kakakku tak bernafas"
"menyingkirlah, kau telefon ambulan. Aku akan membantunya " perintah Elektra yang masih mengenakan jas putih
Alex segera menyingkir, ia mengelurakan Hp nya lalu mencoba menghubungi rumah sakit untu mengirim ambulan.
Elektra menyentuh marc dan otomatis energinya terserap. Tetapi Marc tetap diam. Elektra berusha memberikan nafas buatan 2x. hasilnya nihil. Elektra meraba nadi Marc. Tak teraba. Sial!! batin Elektra. di are jogging seperti ini sudah pasti tidak ada alat pacu jantung. Elektra kesal, ia hentakan tangannya di dada Marc. lalu Marc terguncang. Elektra terkejut. Ia menatap jemarinya dan masih tak percaya dengan kejadian tadi. Ia kembali menghentakan tangannya ke dada Marc. dan Marc kemabli terguncang. Elektra menoleh ke arah Alex memastikan apakah Alex melihat peristiwa yang baru saja terjadi. Alex tidak melihat ia masih sibuk menghubungi nomor telefon Rumah sakit.
Elektra mengulangi gerakan tadi, menekan dengan tenaga di dada Marc tepatnya 2 jari diatas proxesus xifoideus. Elektra melakukan gerakan serupa 30x dengan kecepatan 80-100x/menit dan diselingi nafas buatan. Setelah itu tampak tanda tanda resusitasi berhasil. Marc menggeliat, ia mulai bernafas otomatis. matanya mulai terbuka. pupil matanya mengecil, itu rekasi yang diharapkan ketika orang tersadar dan terkena reflek cahaya. tapi tidak mata kirinya, tidak ada aktivitas akomodasi. pupil mata kiri tetap besar. Elektra sempat bingung menemukan fenomena itu, namun ia teringat cerita Marc bahwa mata kirinya adalah mata bionik. Pantas saja tidak berekasi seperti mata normal.
Saat mata marc mulai menangkap dengan jelas siapa sosok yang sedang memangku kepalanya. Marc tersenyum " Peluk aku ..." pinta Marc dengan tatatapan-jangan tolak aku.
Elektra tak bisa memilih, lagi pula ia merasakan daya tarik seperti saat di cafe. Mereka berpelukan. Alex yang seari tadi belum berhasil menelfon ambulan sejenak terhenti saat melihat Marc berpelukan. Lalu mendekati mereka
"Marc! Marc....kau tidak jadi mati haha?' tanya Alex lalu melompat lompat gembira
"adikmu tadi berurai airmata, aku kebetulan sedang berada di sekitar sini. Menemukanmu tergeletak tanpa nafas dan nadi. aku tadi pun panik "
'kau panik? " tanya Marc sambil tersenyum
Elektra menelen ludahnya. " Ya maksudku aku panik karena tidak ada alat medis di sini"
Marc berdiri seperti tidak pernah kritis, ia sama sekali tidak merasakan apapun, tubuhnya segar bugar. ia tau ini karena Elektra. Marc mengajak Elektra berdiri sambil mengulurkan tangan. Elektra menuruti.
"Demi apapun, elektra. Aku senang bertemu kembali denganmu. Aku kira tidak akan semudah ini bertemu lagi denganmu. Boleh aku minta alamatmu dan nomor kontakmu?"
Elektra merogoh tasnya dan mengeluarkan kartu nama, lalu memberikannya ke Marc.
@@@@
5 komentar:
Hai kak!
Menurut aku semua ff kamu yg dipost di blog ini tuh keren2 banget terutama ff ini karna ada unsur sciencenya yg ngebuat different than another ff and tbh i really like this!
Jadi tetap semangat ya kak buat nulis kelanjutan dari ff ini, ditunggu secepatnya^^
Best regards,
your lovely reader(?)
@annisa : salam kenal juga sayang....terimakasih ya utk apresiasinya. Semoga selalu bisa buat ff yg keren buat kalian ��
@debby : big hug! Buat supportnya. Iya, jadi semangat nih. Kaka juga lbh prefer science fiction, makin anti mainstream makin menantang utk di tulis....thanks for your support ��
you're welcome kak :D
ditunggu kelanjutannya ya dan kalo bisa jgn lama2 biar feelnya masih dapet(?)
the secret story juga kak pokonya cepet2 post ff lg ya udh kangen bgt sama marc hehew<3
Pengennya cepet2 tapiiii kekurangan waktuuuu
Posting Komentar