siapa yang dag dig dug nunggu Marc, buat yang udah ketemu Marc langsung makin yakin yah gantengnya Marc tak terbantahkan. ganteng banget dan senyumnya ga ku ku ga na na. Dulu pas ketemu live pertama, bahkan manggil namanya pun ngga bisa, cuma ngeliatin kayak orang bego padahal marc di depan mata sambil dadah-dadah, bukannya bales dadah yang ada cuma begong. Eh jadi curcol ya itu pengalaman pertama dulu ketemu Marc.
Daripada keterusan curcol mending langsung yuk dilanjut ceritanya :
Lake Como, Italy
Marc memijit tengkuk Eve pelan, mencoba memperlancar aliran darah ke otak. Sejak tadi pagi Eve mengeluh pusing, dan tidak seujung sendokpun makanan menghampiri mulutnya.
Hari itu Eve mengenakan terusan putih selutut dengan potongan back less. Marc melepas jas-nya kemudian menyelimutkan ke punggung Eve. Acara pernikahan Luzzi baru saja usai.
“Angin disini sangat kencang, mungkin kamu masuk angin Eve, kau tunggu di sini aku mengambilkanmu air hangat....” Ujar Marc seraya beranjak dari duduknya
“Eve kenapa marc? “ tanya Santi yang berdiri tak jauh dari mereka berdua
“Kurasa dia masuk angin, aku akan mengambilkannya air hangat, tolong jaga Eve sebentar...” pinta Marc pada Santi
‘Biar aku saja yang mengambilkan, kau temani Eve disini, dia lebih memerlukanmu..” kemudian santi berlalu dan sejurus kemudian kembali dengan segelas air hangat. Santi lalu meninggalkan mereka berdua.
Eve bersandar di bahu Marc, keringat dingin mulai bermunculan sebesar besar biji jagung.
“Eve kau kenapa? “ tanya Marc khawatir sambil menyeka keringat di wajah Eve yang mulai membanjir, perlahan tapi pasti wajah Eve memucat
Eve menggeleng “Entahlah Marc, antarkan aku kembali ke hotel, aku ingin tidur, entahlah badanku terasa sangat lelah, mungkin karena belakangan ini selera makanku kacau....”
“Okay, aku akan mengantarmu, tapi Eve...wajahmu pucat sekali, seperti kapas...” baru sedetik Marc menyelesaikan kalimatnya, Eve terhuyung pingsan di pangkuan Marc
“Santiiiii!!!! Emiliooo!!! Bantu aku, Eve pingsan !” teriak Marc dengan gusar, ia segera membopong Eve
Dengan sigak Santi menyalakan mesin mobil diikuti Emilio dengan cekatan membukakan pintu mobil
“Santi!! Cepat !! Kita ke Clinic terdekat!” seru Marc dengan wajah panik
Santi memacu mobil itu menyusuri jalanan sepanjang lake como, sambil matanya mencari plang klinik atau RS dan akhirnya mobil yang mereka naiki berhenti di sebuah Clinic Bersalin.
“Haaah, santi!!! Kenapa ke klinik bersalin, kau pikir Eve akan melahirkan??”
“Sudahlah Marc, aku tidak tau di mana rumah sakit di kota ini, tenanglah kita coba saja semoga mereka bisa membantu” sanggah Santi
“Tenanglah Marc, kurasa Eve memerlukan pertolongan pertama” ujar Emilio memperkuat pendapat Santi
Marc, hanya bisa pasrah karena mungkin benar juga pendapat dua seniornya itu. Begitu sampai di parkiran dengan sigap beberapa orang perawat menyambut mereka dengan tempat tidur dorong. Eve segera di rebahkan di atasnya
“Suster tolong, nona ini pingsan sepertinya ia mengalami gangguan pencernaan” terang Marc pada perawat
“tenanglah tuan kami, pasti akan bantu semaksimal mungkin, tunggulah di luar sebentar”
Perawat itu membawa Eve ke dalam ruang perawatan. Marc teringat Melly, ia segera meraih hp di kantong celananya
“Mell, ini Marc, Eve pingsan. Aku membawanya ke Clinic dokter Bastianini, Cepatlah kemari...”
Marc duduk dengan gelisah di sofa putih di salah satu lorong Clinic itu. Seorang pria yang seumuran dengannya menyapa “ Hey, tenanglah ini Clinic bersalin terbaik ...istrimu pasti baik-baik saja, aku juga sedang menunggu kelahiran anak pertamaku” kata pria itu sok tahu sambil menepuk-nepuk punggung Marc
Sejenak Marc menatap bingung pria itu ‘ Aku menunggu temanku, aku tidak sedang menunggu istri melahirkan...” jawab Marc ketus lalu meninggalkan pria itu.
Di lihatnya santi dan emilio sedang merokok di halaman Clinic.
“Marc, kemarilah...wajahmu kusut sekali...hahaha” teriak Santi. Marc mendekati mereka berdua. Emilio segera mematikan rokoknya begitu juga dnegan Santi, mereka tidak ingin membuat marc yang alergi asap rokok jadi terbatuk-batuk.
“eh Marc, apa kau punya perasaan khusus pada gadis itu, baru kali ini sepanjang aku menjadi manajermu kulihat kau begitu senang setiap kali menatap wajah gadis itu dan tadi kau panik luar biasa saat ia pingsan...hahaha...ada apa?” tanya Emilio sambil menyikut pelan lengan Marc.
Marc tertunduk malu, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ‘ Aku tidak tau, aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini pada gadis yang lain, aku...aku baru mengenalnya di Assen ...sangat singkat, tapi entahlah aku terus mengingatnya. Dan menjelang pernikahan Luzzi akan dilaksanakan aku teringat Eve untuk mendampingiku...itu saja. Entah apa namanya...” terang marc sambil senyum senyum.
Santi terkekeh “ Marc...marc, selera cukup bagus, gadis itu cantik dan otaknya berisi...’ sambil menepuk-nepuk punggung Marc
Marc ikut tertawa” Tentu saja di berisi otaknya, kau tau dia adalah mahasiswi program doctoral!!” jawab Marc, ada nada bangga terselip dalam ucapannya.
Santi dan Emilio, membelalakkan matanya dan bersamaan berkata “ Oh yaaaa? Are you joking?’’
“Nooo, I’m serious!!” jawab Marc
Seorang perawat mendekati mereka bertiga “Apakah ada keluarga Nona Evelynne di sini?”
Marc menoleh lalu melirik ke arah santi dan Emilio dan keduanya memberi tanda agar Marc yang merespon “ Ya, aku ! Bagaimana sekarang keadannya?”
“Dia mengalami Hyperemesis Gravidarum!” jawab perawat itu
Marc mengerutkan alisnya, untuk pertama kalinya iya mendengar istilah Hyperemesis gravidarum seumur hidupnya
‘Penyakit apa itu? Apakah berbahaya?” tanya Marc dengan mimik wajah penuh ketegangan
Perawat itu menggeleng “ Tidak tuan, itu wajar di alami wanita hamil muda “ jawab perawat itu sambil tersenyum
“Apa? Maksudnya? Saya kurang paham”
“Ya, istri tuan positif, bayi dalam kandungannya berusia sekitar 4 minggu, lihatlah dalam hasil USG ini, kantung kehamilannya sudah nampak”
“Haaahhh, ehmm ah eee, apakah pasien sudah diberitahu?” tanya Marc lebih panik dari sebelumnya, bahkan ia sampai memegangi lengan suster itu
Suster itu mundur selangkah sambil menggeleng “ Belum, saat ini dia masih tertidur....”
“Suster, saya mohon jangan beritahukan hal ini ke pasien, saya mohon. Nanti biar saya yang menyampaikannya!!” pinta Marc
“baiklah tuan, simpanlah ini!” ucap suster itu seraya menyerahkan hasil cetakan USG dan kertas hasil pemeriksaan laboratorium sebelum berlalu.
Marc berjalan mondar mandir, meremas rambut tebalnya, kepalanya seperti sedang dipukuli helm, ini jauh diluar dugaannya. Ia hanya melakukannya sekali. Ekspresi wajah Marc betul betul stress.
Emilio dan Santi mendekat “Marc apa kata suster tadi?”
“Eve hamil !” jawab Marc singkat dengan wajah muram
Emilio manggut-manggut, lalu berusaha menghibur Marc. Dipikir Emilio, Marc sedih karena gadis yang baru saja membuatnya jatuh cinta ternyata sudah hamil
“Sabarlah Marc, mungkin gadi situ tidak diciptakan Tuhan untukmu, dia sudah memiliki kekasih dan kini dia hamil pasti dengan kekasihnya...kau harus berbesar hati Marc, ucapkanlah selamat, itu baru namanya gentleman!!”
Marc menepis tangan Emilio yang hendak menepuk-nepuk penggungnya
“Aku!! Aku yang menghamilinya, aku tidak bisa memaafkan diriku....ini yang kutakutkan” jawab Marc dengan mata memerah dan basah
Tiba-tiba melly muncul ‘ Apa katamu Marc? Siapa yang hamil? Eve?”
Marc kaget bukan main, ia tak menyadari sedari tadi melly menguping pembicaraan mereka. Melly maju mendekati marc, berdiri tepat dihadapan Marc yang masih tertunduk
“Marc!! Tatap aku dan katakan apa yang kau lakukan pada Eve?’ tanya melly dengan nada tinggi
Marc menegakkan kepalanya dengan sisa keberanian yang ada, ia menatap Melly “ Eve hamil, dan aku yang melakukannya ,\...”
Marc belum menyelesaikan kalimatnya karena sebuah tamparan keras mendarat di pipinya
Marc memegangi pipinya, sambil menatap Melly “ Melly, ini tidak seperti yang kau kira!!...”
‘Keterlaluan! Kau kira eve sama dengan gadis-gadis di sini, kau tau Marc kau menghancurkan hidupnya dan semua mimpinya, kau juga menghancurkan harapan Ayahnya. Kau tau Ayah Eve adalah rektor di sebuah universitas terkenal. Aku menyesal telah mengenalkanmu dengan Eve, aku tak menyangka kau sebejat itu !!!!”
“terus mell, kau caci maki saja aku sesukamu, apapun yang kau katakan, semua sudah terjadi, aku menyesal! Ini salahku aku tau itu, kumohon bantu aku please jangan beritahu dulu tentang hal ini pada Eve, pleasee”
“dasar bajingan kecil !!!” umpat Melly lalu berusaha memukul Marc namun di cegah oleh Emilio
“Marc pergilah ke dalam, temui Eve, biar kami yang menangkan Melly!!” ujar Santi
Melly meronta ingin mengejar Marc dan melampiskan kemarahannya. Marc berlalu
****
After race misano *
Kediaman Keluarga Marquez
Setelah gelaran motogp misano yang tidak gemilang karena marc mengalami crash saat battle seru dengan valntino rossi. Untuk pertama kalinya sepanjang musim 2014 ini marc crash. Banyak yang bertanya kenapa? Hanya mendapati jawaban sebuah senyum lebar ala Marc.
After misano, eve diboyong ke Cervera mengingat mual dan muntah Eve yang semakin parah.
"Marc...mami ingin bicara..' pinta mami Roser setelah Marc membaringan Eve di kamarnya.
"Ehm...aku akan menjelaskan semuanya mam..." jawab Marc mengerti
Mereka berdua duduk di ruang tengah, ada papa Julia juga Alex duduk di sana.
"Aku ...ehmm gadis itu, gadis itu saat ini sedang mengandung cucu kalian pa..maam" jelas Marc sambil menatap wajah Roser dan Julia secara bergantian.
Roser dan Julia mengerutkan keningnya " Maksudmu? Kau dan dia sudah berhubungan??" tekan Julia. Ayah Marc seorang yang religius yang mentang hubungan di luar pernikahan. Ada ekspresi kecewa di wajahnya.
"Pap, kumohon bantu aku, aku sekrang dalam posisi yang sulit, kau tau Eve juga memiliki pandangan sepertimu, aku bingung menjelaskannya...kumohon kalian jangan beritahu tentang kehamilan eve, karena Eve belum tau...."
'haah? mami tak mengerti...bagaimana dia tidak tau kalau dirinya hamil?' Tanya mami Roser bingung
"Marc, apa kau membius gadis itu lalu menidurinya ?" celetuk Alex
Hampir saja Marc melempar Alex dengan vas bunga di meja. Marc meradang "kau pikir kakakmu ini apa?'
"Alex kau tidak pantas bicara begitu pada kakakmu " tegur Julia
Alex terdiam. Marc melanjutkan ceritanya, menceritakan siapa Eve lalu bagaimana peristiwa malam itu akhirnya terjadi, menceritakan bagaimana perasaan Marc pada gadis itu"
"Tunjukan tanggung jawabmu, setiap perbuatan ada konsekuensinya, kau pasti bisa menyelesaikannya Marc, kami hanya mendukungmu" ungkap papa Julia
Usai berbicara dengan keluarganya Marc kembali menghampiri Eve di kamarnya. Marc duduk di bibir tempat tidur. Diam sambil berpura pura cuek. Padahal jauh di dalam hatinya tengah gundah gulana untuk menyampaikan suatu hal yaitu kehamilan eve. Diakui Marc persoalanan ini sangat2 menganggu pikirannya.
"sebenarnya aku sakit apa Marc? Apa yang kau rahasiakan?” tanya Eve akhirnya.
‘kau tidak sakit apa-apa?” jawab Marc sambil tertunduk.
“lalu mengapa aku mual muntah sepanjang hari, setiap kali aku bangun. Aku capek tiduran terus, aku tidak enak merepotkanmu dan keluargamu, sudah hampir sebulan aku merepotkan kalian, lebih abik aku menghubungi Ayahku biar mereka menjemputku”
“Upsss, noooo !! Jangan!!” tiba-tiba Marc gusar
“Kenapa?” Eve tak kalah kagetnya
“karenaa...karena aku tidak merasa di repotkan olehmu, kami semua senang kamu ada disni” kilah Marc
“bohong !! Aku cuma jadi pesakitan di atas tempat tidur dengan infus yang menggantung. Sementara aku tidak tau aku sakit apa, kalian tidak adil!!
“Eve, aku akan mengatakannya. Tapi aku takut kau akan membenciku dan marah padaku”
“tidak, bagaimanan mungkin aku marah padamu, kau sudah sangat-sangat baik merwatku selama aku sakit marc...aku sangat berhutang budi padamu”
“itu sudah menjadi tanggung jawabku, karena aku maka kau menjadi seperti ini”
“aku tidak paham, what is the point, marc?”
“kau mengalami hypermesis gravidarum”
“hahaha tidak mungkin marc!! Itu kan keadaan yang dialami ibu hamil!! Kau jangan bercanda, ayo katakan yang sebenarnya”
“Iya kau hamil....!”
“Marc!!!! Candaamu keterlaluan, kau pikir aku ini maryam yang bisa hamil sendiri”
Marc mengeluarkan hasil test laboratorium dan USG “ kau lihat ini ‘
Tangan eve gemetaran membaca hasil lab dan melihat kesimpulan hasil USG itu lalu Evelynne menangis sejadi-jadinya.
“jadi itu bukan mimpi!! Kau benar benar melakukannya padaku...” tangis eve pun meledak
Marc mendekap Eve, semula eve berontak namun Marc tetap memeluknya hingga akhirnya eve pasrah menangis dalam dekapan Marc.
“maafkan aku, eve. Malam itu kau kedinginan, aku memberimu wine....supaya kau tidak kedinginan, tapi kau justru mabuk dan aku...maafkan aku eve, aku mencintaimu dan aku...aku ngga bisa bisa menahannya saat kau menginginkannya....maafkan aku....seharusnya....aku bisa mengontrol semua itu.....tapi,,,”
“Marc....kau membuat aku tak berharga...kau membuatku menjadi wanita murahan...aku ngga punya harga diri lagi sekarang...aku sama seperti wanita barat pada umumnya....aku mengecewakan orang tuaku.....marc.....aku ingin mati saja. Semua sudah selesai...” ucap eve lirih di sela isak tangisnya
Marc merenggangkan pelukannya, menangkup wajah Eve yang basah dengan air mata engan kedua belah tangannya “Eve, kau tidak boleh berkata seperti itu, aku mencintaimu, kau sangat berharga untukku, kau tau aku juga kecewa dengan diriku sendiri yang telah menghancurkan kesucianmu...eve please jangan pernah bilang kau ingin mati...please...”
Eve menepis tangan Marc yang ingin menghapus airmatanya “ tinggalkan aku Marc aku ingin sendiri.
Selepas Marc meninggalkannya Eve seperti berada di suatu lubang yang sangat dalam dan ia terjuan ke dasarnya, gelap dan mencekam. Hidupnya seperti sudah selesai. Byang-bayang ayahnya, teman2nya datang silih berganti, rasa takut menghadapi kenyataanpun menghantuinya. Eve melirik ke nakas di sampingnya, ada sebilah pisau di samping apel merah yang menggoda, tanpa berpikir panjang di raihnya pisau itu. tetapi baru saja Eve akan menggoreskan ke pergelangan tangan kanannya tiba-tiba Marc muncul
"Noooo!! Eve, stopppp" teriak Marc dari balik pintu seraya merebut pisau dari tangan kiri Eve lalu membuangnya. Ternyata Marc tidak benar-benar meninggalkan eve di kamar itu. diam-diam Marc memperhatikan Eve dari balik pintu. Berjaga-jaga seandainya Eve melakukan hal yang di khawatirkannya. Ternyata benar.
Marc mendekap Eve erat dalam pelukannya, eve menangis tak bersuara "menangislah yang keras eve, luapkan kekesalanmu kau boleh menangis, atau berteriak, atai kau pukuli aku, tapi jangan sakiti dirimu, aku tidak bisa memaafkan diriku jika terjadi sesuatu pada dirimu...sayang...jangan pernah lakukan hal itu lagi...kumohon....."
"Aku takut Marc...aku takut..." hanya kata-kata itu yang mampu keluar dari bibir Eve. Marc tau perasaan Eve, sangat mengerti.
"Lihat aku eve, seberapapun buruk hal yang terjadi pada dirimu, ingatlah kau memiliki aku, Aku yang mencintaimu, aku takut kehilanganmu. ingat kau tidak sendirian menghadapinya. aku akan bersamamu seberapapun tidak menyenangkan..."
Dan malam itu Marc tidak meninggalkan Eve tidur sendirian.
****
Eve baru menyelesaikan suapan terakhirnya dan beberapa detik kemudian, makanan yang susah payah sudah dimasak oleh mami Roser dimuntahkannya
Rasa mual menonjok-nonjok lambung Eve. Perutnya seakan menolak semua jenis makanan. Setleah semua makanan keluar, keringat dinginpun mengucur lalu semuanya gelap
“Marc.....!!! Cepat kesini, Eve pingsan....” teriak mami Roser panik.
Marc yang sedang berkemas untuk persiapan race Aragon pun, dibuat terkaget-kaget. Ia bergegas turun.
“Ayo cepat kita bawa eve ke rumah sakit, mami khawatir kandungannya bermasalah” kata mami roser sambil memandang wajah Marc. Marc tersenyum, ada bahagia terselip di wajahnya. Mami roser mengkhawatirkan cucunya.
“Oke mam...” sahut Marc seraya membopong Eve ke dalam mobil.
Jarak, klinik bersalain dengan rumah Marc tidak terlalu jauh, di klinik itu dulu Marc lahir.
Terpaksa Eve di infus untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya,
“Marc, dia mengalami hiperemesis gravidarum. Akibat plasenta terlalu banyak mengeluarkan hCG, tapi ini bagus untuk janin, artinya ia memiliki plasentasi yang bagus, ini bagus untuk pertumbuhan janin”
“oh...jadi tidak ada yang menghawatirkan ya dok?’
“tentu harus diimbangi dengan makan, meski mual harus terus makan meski dimuntahkan lagi tapi itu lebih baik dibandingkan tidak makan, apaling tidak ada yang terserap”
“Ya, di selalu memuntakan makanan, bahkan air putihpun terkadang ia muntahkan...” lanjut marc
“ya kalian harus sabar menghadapi wanita hamil muda, emosinya labil, apalagi jika ia hipermesis seperti ini. Omong-omong, dia siapa marc? Tanya dr Jimenez
“aku, Marcia ...aku istri sahabat marc, suamiku menitipkanku disini sementara ia bertugas” jawab Eve dari tempat tidurnya
Marc menoleh dengan kaget. Eve menatap marc penuh makna agar Marc tak membantah.
“ehmmm, iya dok...betul yang dikatakannya” jawab Marc menguatkan
Eve masih di ruang perawatan, kali ini dr Jimenez sudah pergi.
Marc mendekat “ Eve apa maksud jawabanmu tadi? Kenapa berbohong?’
Eve memalingkan wajahnya, menatap ke luar jendela “Aku tidak ingin orang lain tau kau mengahmiliku marc, aku juga tidak ingin orang lain tau Evelyne Tjandra hamil. Aku ingin tetap menjadi Evelyne dan meneruskan cita-citaku. Dan kau tetaplah menjadi Marc dan mengejar semua mimpi-mimpimu...”
Marc menghela nafas berat, memegangi kepalanya yang tersa pusing tiba-tiba oleh kata-kata Evelyne.
Phonecell Marc berbunyi, ada panggilan dari Emilio.
“Marc, sudah sampai mana? Kau tidak datang bersama Alex?”
Marc menjawab dengan gugup “ Ah iyaa...aku menyusul. Segera”
“Eve, aku berangkat dulu ya, nanti mami yang menemanimu, aku ingin menungguimu disini tapi kau tau kan...”
“marc pergilah, jangan hiraukan aku...” ucap Eve sambil memalingkan wajah
Marc meninggalkan Eve dengan berat hati.
****
Menjelang race, Marc menelfon mami Roser. Harusnya ini tak dilakukannya untuk menjaga pikirannya tetap fokus. Tapi hati dan pikirannya tak bisa dibohongi, ia menghawatirkan Eve dan anaknya.
“maam, bagaimana eve?” tanya Marc khawatir
“marc, kau bukannya sebentar lagi race?”
‘mam, jawablah bagaimana Eve?’
“Eve baik-baik saja Marc, kau fokus ya, mami yang mengurus eve..”
Terdengan suar Eve mual muntah dan suara barang berjatuhan, lalu mami Roser menutup telfonnya
Marc semakin tidak konsentrasi. Ia mnecoba menelfon mami roser lagi tapi tidak diangkat.
Emilio Alzamora si tangan besi yang selama ini menempa kedisplinan Marc, meraih phonecell marc dengan ekspresi wajah dingin.
“konsentrasi lah Marc, kami tidak ingin kejadian di Misano terulang lagi” ucap Emilio dingin dan pendek.
Marc terdiam.
Lap-lap demi lap terasa sangat lama dan membosankan bagi Marc. Ia ingin race segera berlalu lalu ia pulang dan melihat keadaan Eve.
Wajah eve yang pusat yang terkulai di tempat tidur bersama selang infus terus membayanginya, hingga ia tak menydari bendera putih berkibar menandakan hujan turun dan ia harus berganti motor setingan basah, Marc hnaya tertuju pada jumlah lintasan yang dilaluinya, kurang 2 lagi ah sebentar lagi selesai. Namun tiba-tiba hantaman keras menyadarkannya. Ia menadarat di gravel dan kepalany aterhantam ban. Hujan! Entah sejak kapan hujan turun.
*****
“maam, bagaimana eve?” Tanya Marc setibanya di rumah sakit
“dia tak mau makan sedikitpun, makanan hanya dari infus saja. Dan sejak kau pergi kemarin ia tak mau bicara pada mami sepatah katapun...” ungkap mami Roser sedih
Marc memeluk mami Roser “ Maafkan, marc ya mam..merepotkanmu, maafkan eve juga, sebenarnya eve anak yang menyenangkan...semua ini salahku...”
“sudahlah Mrac kau jangan terus menyalahkan dirimu, semuanya sudah terjadi , satu satunya jalan terbaik adalah menghadapinya dengan bijaksana dan tetap dengan mental positif
Sekali lagi Marc mendekap mami Roser, kemudian berlalu menemui Eve.
“Eve...” sapa Marc lembut sambil mengusap kening Eve
Kelompak mata Eve bergerak gerak, lalu membuka “Marc...kau sudah kembali? Kau baik-baik saja? Aku dan mami melihatmu race di TV. “
Marc tersenyum “ aku baik-baik saja, tidak terluka sedikitpun....kau bagaimana? “
“Aku, seperti yang kau lihat. Buruk tergeletak tak berguna....” terdengar nada putus asa
“Kurasa kau cuma bosan, sebaiknya kau dirawat di rumah saja, di klinik ini bau obat mungkin itu yang membuatmu mual “ ucap marc dengan mimik yang lucu
Eve pun tak bisa menahan geli.
Marc mengajak Eve ke yayasan "esteve" sebelum pulang ke rumahnya.
"Tempat apa ini Marc?" tanya Eve bingung sesampainya di halaman parkir Yayasan esteve
"Eh, ini yayasan yang aku danai, aku belum menceritakan padamu. Aku sangat menyukai anak-anak, maka aku buat ini untuk anak-anak yang kurang beruntung, anak-anak itu perlu dana besar untuk bisa hidup normal..."
"Anak-anak cacat?" tanya Eve menekankan
"jangan bilang cacat, itu terasa menyakitkan jika mereka dengar, mereka anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus" Jawab Marc sambil tersenyum manis, lalu membantu Eve duduk di kursi roda lengkap dengan infus yang menggantung di tiang kursi roda.
"jangan bilang cacat, itu terasa menyakitkan jika mereka dengar, mereka anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus" Jawab Marc sambil tersenyum manis, lalu membantu Eve duduk di kursi roda lengkap dengan infus yang menggantung di tiang kursi roda.
"kenapa kau mengajakku ke sini Marc?"
"sebetulnya aku rutin ke sini di antara jadwal race, kau tau minggu depan aku sudah harus ke jepang, kurasa sekarang waktunya. apa kau keberatan? Kalau kau keberatan, aku batalkan saja. Kita pulang sekarang"
"Noo no, tidak Marc, aku cuma tanya, aku suka kok kamu ajak ke sini"
'Oke, kita masuk"
Marc mendorong kursi roda Eve memasuki bangunan besar itu. Di gerbang utama seorang wanita paruh baya amenyambut Eve dan Marc. Yayasan itu didiami oleh anak-anak yang menderita kanker, juga anak-anak dengan cacat bawaan.
Sementara Marc berbicara serius dengan pengurus yayasan, Eve berkeliling kamar di temani oleh Mrs Guardiola, salah satu pengurus yayasan juga.
Eve terhneti di sisi tempat tidur seorang anak yang tergeletak seperti bayi, padahal kalau dilihat dia tampak seperti anak usia 4 tahun
"Anak ini kenapa bu?" tanya Eve pada Mrs. Guardiola
"Anak ini mengalami gangguan pertumbuhan syaraf, usianya sebetulnya 6 tahun tapi ia tidak bisa bergerak seperti seharusnya, ia seperti bayi karena syaraf-syarafnya terganggu sejak dalam kandungan, ibunya tak menghendaki anak ini dan berusaha menggugurkan tetapi gagal. Akibatnya anak ini seperti ini, kasihan padahal bukan salah anak ini...'
Eve terdiam, kata-kata itu seperti sedang menegurnya. Tak seharusnya dia tak peduli dengan kehamilannya, tak seharusnya dia putus asa, anak dalam perutnya berhak mendapat kehidupan yang baik. Tiba-tiba eve merasa bersalah jika anak yang dilahirkan nanti menjadi anak cacat. Eve bergidik ngeri .Eve berjanji dalam hati akan makan seberapapun mualnya dan terus berusaha makan meski akhirnya muntah lagi.
Usai berkeliling, Marc menghampiri Eve " Kau masih ingin di sini? atau kita pulang sekarang?" tanya Marc lembut
"Aku, ingin pulang Marc, pasti mami Roser sudah masak untuk kita " jawab Eve sambil mengerling kan mata cantiknya
Marc terkejut, tak menyangka Eve menjadi seceria ini "Apa kau sudah berselara makan sekarang? memangnya Mrs Guardiola mengatakan apa padamu"
Eve menggeleng " tidak, dia tidak bilang apa-apa. Aku hanya ingin anak kita mendapat makanan yang cukup supaya dia sehat "
Marc berjongkok dihadapan Eve "Aku ingin mendengarnya lagi Eve....kau bilang anak kita"
"iya anak kita..." ulang eve sambil mencolek ujung hidung Marc
Marc tersenyum lebar lalu bergegas membawa Eve pulang.
****
Jelang MotoGP Motegi.
"Eve, kau yakin tidak ikut? MotoGp asia panjang, aku hampir sebulan tidak pulang ke spanyol, lagi pula selepas australia aku ada jadwal ke Indonesia, Apa kau tidak ingin pulang ke Indonesia?'
"Marc...kandunganku belum kuat untuk penerbangan jauh, kau tau Dr Jimenez tidak mengijinkannya. Pergilah sendiri, hmmm lagi pula kalau aku ikut pasti akan jadi bahan pertanyaan. Apalagi jika aku pulang ke Indonesia dengan perut seperti ini...." mendadak mendung membayangi wajah ayu evelyne
"ahh sudah.. sudah...malah jadi kau bersedih...maafkan aku yah sayang...aku mengerti, aku senang kau peduli dengan keselamatan bayi kita. " ucap marc lalu membenamkan kepalanya ke perut eve
"terimakasih Marc untuk pengertiannya...." jawab Eve sambil membelai lembut rambut Marc dengan jemarinya.
"eve...." panggil Marc lembut, masih dengan kepala yang terbenam di perut Eve
"yaaa...." sahut eve lembut
"Kapan anak kita lahir?" tanya Marc
"hmm dr Jimenez bilang 7 bulan lagi...." jawab Eve sambil memainkan cuping telinga Marc
Marc tersenyum simpul " Seperti apa nanti rupa anak kita ya?"
"kalau cowok pasti ganteng seperti kamu...." jawab Eve manja sambil menarik ujung hidung Marc
"dan kalau cewek pasti cantik seperti kamu sayang...." potong Marc meneruskan kalimat Eve sambil menengadahkan wajahnya ke arah Eve
Eve menundukkan wajahnya mendekat ke wajah Marc. Marc menyambutnya. Untuk pertama kalinya setelah peristiwa beberapa bulan lalu di belanda mereka berciuman kembali
"I love you eve..." ucap Marc lembut
'I love you too, Marc..." sambut eve dengan air mata yang menggenang
"kenapa nangis eve?' tany amarc menyadari air mata menggenang di mata Eve
Eve menggeleng " tidak, aku hanya sangat bahagia..." jawab Eve berbohong menutupi kegalauan hatinya. Jika Marc sebaik ini seromantis ini akankah dirinya sanggup pergi dari Marc suatu hari nanti?.....
To be continue...
2 komentar:
oh no!!!
eve bakalan ninggalin marc kalo babynya udah lahir???
aduuh jangan dong eve.. kasihan babynyaaa
Suka banget punya reader menghayati sekalii:) @fitria
Posting Komentar